Inspirasi Kelas Menulis AKBER


Sore kawan, 

Cerita kali ini disponsori oleh AKBER, siapa itu AKBER, silakan ulik disini bersama dengan Mbak Hanny Kusumawati.  Gue sendiri baru pertama kali nih ikut kelas menulis, biasanya kan menyambangi perkumpulan alien maniak grepe-grepe keyboard (dibaca blogger).

Awalnya agak pesimis karena ada seleksi tapi ya dicoba aja dulu siapa tahu dewi fortuna bersin ke gue yekaan. Menjawab segala pertanyaan sambil berdoa rupanya dewi fortuna bersedia bersin dimuka gue. Yaa ada nama gue kecantum disitu. Bahagia? Beuh bahagia gue. Iya sesederhana itu mah kebahagiaan gue.



Singkat kegembiraan, sabtu (12/01/19) gue pun udah nongol di Perpustakaan KEMENDIKBUD sebelum jam 08.00 pagi. Tapi sayang banget panitianya belum ada penampakan sama sekali, sejujurnya hal ini kalau dipergunakan dengan baik bisa ngajak chit chat sama peserta lain tapi beruntungnya gue cuman bisa kenalan sama 2 mahkluk cantik yang seru juga diajak ngobrol.

Berhubung acara molor satu jam, selain berkenalan gue pun eksplor KEMENDIKBUD, ini Kementrian keren euy, modern gitu.. meski gue enggak paham simbol kubah di halaman depan itu artinya apaan. 
Lama jalan dan berfoto akhirnya panitia pun menampakkan diri dan tanpa banyak basa basi bergegas menyiapkan ruangan dan absensi. Sebelum dimulai mereka pun menyebarkan kuisioner yang tujuannya untuk menjadi referensi pembicara akan dibawa kelas menulis pada hari ini.

Ah, ini temen baru gue nih. Namanya Mbak Rury, doi anak Bekesong juga ciint.


Kelas menulis ini dibagi dalam 3 sesi, sesi apa saja itu mari kita mulai dari nol yaa.. #SPBUmendadak
Sedikit kata pengantar dari AkBer, kelas langsung dilempar ke Mbak Hanny yang memakai jaket kuning, mengingatkanku pada winnie the pooh, mbaknya kecil menggemaskan juga sih.

Oke sesi satu pun dimulai :

Sebagai penulis ataupun tukang catet biasanya kita sering banget nih stuck dalam menulis atau bahkan udah punya ide tapi enggak paham mau menulis dari mana dulu. Apa iya harus dimulai “Pada suatu hari” gils tua banget man..

Jadi mbak Hanny nekenin untuk membuat Writers Toolbox, kalau diibaratkan bekal makan ya ini tuh isi dari bekal makan itu. Kawan bisa masukkin apapun itu, potongan inspirasi, pemahaman mengenai menulis, ketika kawan paham mana tulisan jelek dan mana tulisan bagus berarti ada pemahaman disitu dan segala aspek yang menurut kawan bisa dibuat modal lah istilahnya.
Writers Toolbox inilah yang kemudian akan membangkitkan Confidence buat diri sendiri. Ibaratnya ketika memahami bahwa ada tulisan bagus dan tulisan jelek maka biasanya kalau baca tulisan sendiri. Kok enggak bagus ya, kok enggak nyambung ya, kok begini begitu semua semua dapat dilakukan, semua dapat dilakukan dengan kantong ajaib #mendadaknyanyi
Ya pokoknya timbul rasa tidak percaya pada tulisan sendiri, udah ngerasa tulisan jelek ngerasa juga orang-orang enggak bakal nyaman apa yang kita tulis.
Nah permasalahan confidence akan gue coba ulas di postingan sendiri. Untuk kali ini Mbak Hanny hanya mengisyaratkan beranilah untuk menulis, karena kalau tidak dimulai kita enggak bakal tahu juga bagaimana tulisan itu akan berkembang. Yang menariknya Mbak Hanny menyimpulkan begini :
Ada dua jenis penulis, yang pertama adalah orang yang takut sama tulisannya dan orang yang terlalu berani hingga tidak dapat berkembang. Kalau orang yang berani menulis mungkin okelah apapun yang dia tulis dari otaknya dia merasa oke aja, nah kalau yang takut. Nulis paragraph pertama aja mungkin udah langsung ngejudge diri sendiri.
Next,
Perlu diingat bahwa Toolbox itu meski disebut penyimpanan jangan pernah berhenti untuk mengumpulkan. Kumpulkan sebanyaknya pelajari sebanyaknya dan olahlah sebanyaknya, jangan lupa juga bangun confidence lalu warm up excersise. Ya! pemanasan biar otaknya makin panas terus meleduk.
Oke, meleduk adalah kata yang agak horor. Warming up exercises ini punya beberapa metode, enggak gue jabarin satu-satu tapi akan gue berikan dua metode yang menurut gue gokil banget.
Yang pertama adalah Free Writing, jadi kawan menuliskan apapun itu yang terlintas di kepala kawan dalam waktu sesingkatnya. Jadi awalnya mbak Hanny memberikan beberapa pertanyaan, salah satunya kenapa kawan ingin menulis dan jawaban itu ditulis tangan dalam waktu satu menit. Bisa bayangin gak, kawan diberi pertanyaan pada saat itu juga dan harus menuliskan apapun yang terlintas di kepala kawan kemudian ditumpahkan hanya dalam waktu satu menit. Pertama kalinya gue menulis dengan agak mikir dan berhenti ketika mbak hanny mengatakan berhenti tapi untuk kedua ketiga keempat dan udah panas gue merasa harus menyelesaikan kata yang dimulai haha..
Well untuk beberapa pertanyaan dia memberikan jeda lebih lama, paling lama 5 menit.
Hal ini dirasa dapat membuat kita mengeluarkan segala yang ada di otak dan mengeluarkan rasa yang biasanya kita tahan.
Metode kedua adalah Tell a Story. Ketika kawan merasa sangat minder dan merasa tulisan kawan tidak nyambung, pernahkah membacakannya keras-keras, dengan membaca keras-keras sudut pandang kita biasanya akan berubah dari penulis menjadi pembaca, dari situlah kita tahu mana yang ganjil dan harus diperbaiki.
Lalu sisa metodenya? sorry kawan gue keep haha.. biar nextnya kalau ada kelas menulis kalian bisa ikut.

Sesi kedua adalah “Good Writing”
Semua orang pasti setuju bahwa menulis dengan jujur lebih berfaedah daripada menulis dengan penuh kebohongan. Lalu menulis jujur itu seperti apa sih?
Ya menulis apa yang ingin kawan tulis. Jujur kepada diri sendiri hal-hal apa yang ingin kawan tulis.
Di sesi ini mbak hanny bertanya dan kita menjawab dalam hitungan menit
“Apa yang membuat kawan merasakan emosi entah gembira, sedih, jijik, cemburu, merasa terpojok?”
“Apa yang ingin kawan tulis”
Kedua pertanyaan diatas dijawab secara instan selama satu menit. Menariknya dari jawaban yang diutarakan kita akan menemukan :
Hal-hal yang paling dinikmati
Hal-hal yang paling dirindukan
Apa yang kawan nikmati, rindukan hingga hal-hal tersebut menjadi sebuah momen dalam kehidupan kawan. Dari sini kawan dapat mengenal pribadi kawan, apa yang disukai hingga yang paling tidak disukai.

Ini dia mbak hanny euy
Beranjak ke sesi ketiga adalah “Narrative Non-Fiction”
Ini gue juga baru pertama kali denger, gimana orang menuturkan Non-Fiction dengan gaya penulisan Fiksi. Semisal kita baca Koran maka kita hanya akan disuguhi ilmu saklek dan sederet fakta demi fakta, itu agak menjemukan buat kebanyakan orang enggak sih?
Nah, Narrative Non-Fiction ini menyuguhkan hal yang berbeda, menyikap diluar pikiran lumrah atau kelucuan dari sesuatu yang dianggap tegang. Mbak hanny pernah membaca sebuah buku dimana TNI dan GAM sedang berperang namun dalam buku tersebut diceritakan bahwa tidak setiap hari mereka berperang, ada waktu yang telah disepakati tidak berperang. Ya, daily life para TNI di kancah peperangan atau dalam situasi yang orang lain anggap waspada darurat, selalu ada hal-hal berbeda di lapangannya.

Ini sedikit menjadi pembahasan tapi ilmunya yang terserap lumayan banyak. Gue jadi tertarik membaca salah satu buku dalam situasi perang, karena terakhir gue membaca kisah berat mengenai ghost writer dan itu benar-benar berada dalam tekanan hingga membahayakan nyawa.

Lalu setelah itu semua, bagaimanakah sebaiknya kita memulai?
PESAN – MEMORY – TEMA/IDE BESAR
Ketiga point diatas bukanlah hal saklek yang harus kawan lalui tahap demi tahap. Ketiga hal tersebut adalah panduan dimana kawan dapat memulainya dari mana saja.

Apakah pesan itu?
Pesan menyoroti bagaimana kawan ingin menyampaikan apa yang ingin ditulis kepada para pembaca dan bagaimana para pembaca memahami apa yang ingin kawan sampaikan.
Tanyalah kepada diri kawan, ingin menyampaikan apa sih dari tulisan itu. Apakah kebahagiaan, kesedihan, ingin ngasih tahu orang-orang kalau keluarga tuh segalanya atau apapun itu yang kawan ingin bahwa semua orang tuh harus paham bahwa didunia ini ada hal-hal seperti ini.
Pesan bagaikan pondasi dalam motivasi kawan menulis.
Bayangkan kawan hanya ingin menulis saja tanpa ada motif yang ingin kawan sampaikan, tak selesai sampai akhir pun jadi tak masalah, apakah begitu?
Dan apakah motivasi itu harus positif? Ya tidak juga, kawan ingin narsis membuktikan pada dunia kawan ingin menulis juga boleh, tapi pastikan saja tulisan kawan mempunyai alur yang tujuan yang jelas.

Apakah Memory itu?
Sudah disampaikan bahwa menulis dengan jujur adalah hal yang baik untuk permulaan, mengetahui apa yang ingin kita tulis bukan yang harus kita tulis menjadi hal paling berharga sebelum memulai. Mungkin ada kalanya ditengah menulis tiba-tiba berhenti karena pindah haluan motivasi ataupun genre yang ingin ditulis. Maka memory mungkin bisa membuat kawan berfikir sebelum menulis.
Kenangan-kenangan yang paling berkesan dalam kehidupan kawan untuk direnungi dan dijadikan bahan tulisan.
Dari usia kawan paling kecil hingga saat ini. Kenangan-kenangan yang membekas hingga tak terkira yang akhirnya bisa membuat toolbox kawan dapat terisi.

Apakah Ide Besar itu?
Kawan ingin menulis apa sampaikan saja, tidak ada larangan bagi tulisan berbagai bentuk itu. Jika sudah mempunyai ide besar itu buatlah outline yang ingin kawan tulis dan kembangkan berdasakan pesan dan memory yang sekiranya bisa dipadukan ke dalam tulisan.

Dari banyak peserta, mereka semua mempunyai motivasi untuk ikut kelas menulis ini. Ada yang demi tugas kantor, traveler, membuat review film dan lainnya. Beranjak dari motivasi yang berbeda menuju tujuan yang sama.
Dapat menulis.

Gue sebagai blogger yang sering hilang fokus pun enggak menyangkal, bahwa tulisan sekarang berkat tulisan-tulisan sebelumnya. Perkembangan yang baik memang. Resolusi tahun ini pun gue berencana lebih banyak ikut lomba menulis. Ya doakan saja kawan. Dan membuat novel tentunya.
Sebuah cita-cita dari masa silam yang kini sedang dipertaruhkan kembali. 



Sumber ide dan kebanyakan gambar :
https://twitter.com/AkberJKT
https://www.instagram.com/akberbekasi/
https://beradadisini.com/

No comments:

Post a Comment