Berawal dari pertemuan yang gue hadiri, gue mengenal satu bahasa ini.
Ini bukan bahasa nenek moyang, tanah air, atau kayak Tiongkok yang mengangkat bahasa nasionalnya karena penduduk mayoritas.
Nah bahasa ini uniknya dibuat, loh kok bahasa dibuat.. bisa gitu?? Nah untuk ngejawab masalah itu bacalah terus..

Bahasa Esperanto dibuat oleh Dr. Ludwig Lazarus Zamenhof (1815-1917 - Warsawa, Polandia) berhubung namanya rada susah berikutnya akan kita panggil dia mas Zam, pemikiran untuk membentuk bahasa ini seiring dengan lingkungan mas Zam, dimana orang sekitarnya waktu itu memiliki lebih dari satu bahasa, membuat pertengkaran akibat salah tafsir.
Nah, muak sama itu semua akhirnya dia membuat bahasa terencana dan terstruktur tanpa perkembangan kayak bahasa ibu di tahun 1887.

Gue pikir semua punya ketakutan, gue pikir semua juga punya phobia.
Dulu gue gak takut apa-apa, dulu banget waktu gue masih dikandungan.
Karena gelap gue sendiri gak ngerti apa yang perlu ditakuti.
Pas kecil, megang apa-apa, makan apa-apa main santap aja gak perlu mikir kayak sekarang.
Setelah beranjak dewasa gue pikir punya sesuatu yang ditakuti itu perlu dan keren banget. Akhirnya dengan meditasi beberapa hari dan melakukan studi banding ke beberapa kawan sejawat gue menemukan hal keren yang kudu ditakuti tapi gak norak-norak banget.

Iya, semisal orang takut karena mengalami trauma yang menyakitkan, gue takut karena gak mau dianggap cewek super strong yang gak punya ketakutan, menurut gue waktu itu punya ketakutan adalah manis, cewek banget gitu.
Gue bertekad bahwa gue takut kecoak, apapun bentuknya, megang pun males.
Tapi lucunya ketika gue LDK dan ada kecoak merayap semua teriak, gue coba teriak tapi ya namanya kecoak gak punya otak diteriakin, kita yang makin histeris bukan kecoaknya. Gue akhirnya tendang kecoak jauh-jauh sambil mencoba teriak kiyut, hasilnya emang agak menjijikkan tapi gue berhasil dapat sorakan kegembiraan dari temen-temen lain. Di lain waktu kecoaknya terbang dan gue bener-bener jadi histeris. Saat itu gue bertekad, gue takutnya sama kecoak terbang bukan merayap. Gue udah bertekad bulat gue takut kecoak terbang.

Awalnya makan dipinggir taman sembari ditemani abangnya ngobrol, bentuk gerobaknya mau didorong atau digoes pasti urutannya sama.
Warnanya pun pasti dimana-mana sama.
Tulisannya pun peletakannya rata-rata sama.
Tapi sayang abangnya gak tau darimana nama makanan ini berasal.

Iya, gue lagi ngebahas Ketoprak, bukan yang buat loe ketawa kepingkal-pingkal tapi makanan yang bisa ngenyangin bahkan cukup berdua biar rada mesra dikit (baca hemat).
Gue mikir kok bisa-bisanya namanya Ketoprak.
Gue juga mikir kok bisa-bisanya gerobaknya sama semua bentukannya, kayak ada standar gerobak abang ketoprak gitu.
Gue juga lebih mikir kenapa isinya pasti sama semua dan jarang banget yang namanya gue temuin Ketoprak "ala sendiri" yang isinya jauh dari aslinya,
Terus gue heran kenapa gue bisa mikir..


Gegara nonton pretty proofreader, akhirnya gue pun penasaran sama profesi satu ini. Profesi yang paling jarang diketahui orang kalo dia bukan berasal dari dunia literasi.
Gue pikir apakah benar profesi ini 'seekslusif' itu, sampai jarang sekali orang mendengarnya.

Menurut mr. wikipedia
"Proofreading is the reading of a galley proof or an electronic copy of a publication to detect and correct production errors of text or art.[1] Proofreaders are expected to be consistently accurate by default because they occupy the last stage of typographic production before publication."
Jadi bisa dikatakan Proofreading ini adalah kegiatan tahap akhir penyuntingan baik buku, naskah, dan dokumen. Biasanya buku, naskah atau dokumen yang telah sampai ditangan proofreader (orang yang melakukan proofreading) adalah naskah final dari seorang Editor.

 Sumber gambar
sumber gambar
Tulisan ini gue dedikasikan penuh buat para pejuang cinta diluar sana, kita sama sob *toss mesra*.

Jadi pejuang cinta itu emang paling afdol kalo rame-rame, nongkrong rame-rame, dan semuanya dilakuin rame-rame karena kalo berpasangan, pasangannya belum ada.

Tapi masalahnya, jam terus aja berdetak meski hati belum terisi asmara, eh rupanya temen-temen yang rame udah pada punya pasangan. Apes sih enggak cuman keliatan ngenes aja~

"Cari jodoh tuh jangan yang gendut kayak gue, tapi punya karakter kayak gue", celetuk Putri kala itu, disambut tawa Miko.

Putri, Gita, Nesya, Miko dan Gue sedang ngobrol santai di salah satu tempat ngopi di Jakarta, dan pernyataan ini seperti pengantar awal dari perbincangan kami sore itu. Mungkin buat gue ini salah satu inspirasi untuk nulis artikel yang udah bau Cappuccino ice dengan 3 bungkus gula biar paitnya gak nyesek dihati (nah kan jomblo baper).

Sumber


Gue pikir semua punya ketakutan, gue pikir semua juga punya phobia.
Dulu gue gak takut apa-apa, dulu banget waktu gue masih dikandungan.
Karena gelap gue sendiri gak ngerti apa yang perlu ditakuti.
Pas kecil, megang apa-apa, makan apa-apa main santap aja gak perlu mikir kayak sekarang.
Setelah beranjak dewasa gue pikir punya sesuatu yang ditakuti itu perlu dan keren banget. Akhirnya dengan meditasi beberapa hari dan melakukan studi banding ke beberapa kawan sejawat gue menemukan hal keren yang kudu ditakuti tapi gak norak-norak amat.

Iya, semisal orang takut karena mengalami trauma yang menyakitkan, gue takut karena gak mau dianggap cewek super strong yang gak punya ketakutan, menurut gue waktu itu punya ketakutan adalah manis, cewek banget gitu.

Gue bertekad bahwa gue takut kecoak, apapun bentuknya, megang pun males.

Tapi lucunya ketika gue LDK dan ada kecoak merayap semua teriak, gue coba teriak tapi ya namanya kecoak gak punya otak diteriakin, kita yang makin histeris bukan kecoaknya. Gue akhirnya tendang kecoak jauh-jauh sambil mencoba teriak kiyut, hasilnya emang agak menjijikkan tapi gue berhasil dapat sorakan kegembiraan dari temen-temen lain. Di lain waktu kecoaknya terbang dan gue bener-bener jadi histeris. Saat itu gue bertekad, gue takutnya sama kecoak terbang bukan merayap. Gue udah bertekad bulat gue takut kecoak terbang.


"Mungkin aku suka padamu", Bakso mengatakannya terang-terangan kepada Urat, Urat tersenyum manis lalu mengatakan sesuatu diluar dugaan.

"Aku juga suka, tapi sayang kita hanya bisa bersatu namun tidak bisa sehati. Aku hanya bisa jadi pelengkapmu meski nama kita disandingkan bersama", Bakso luar biasa terkejut, begitu lama mereka bersama bahkan sesekali menjadi idola bagi orang lain, begitu dielu-elukan. Namun kenapa nasib mengatakan hal yang begitu menyedihkan seperti ini.

"Kenapa?" Bakso bertanya kembali pada Urat, sungguh bukan ini yang diinginkan Bakso, bukan akhir yang seperti ini setelah sekian lama mereka bertukar mecin untuk saling menyedapkan.


Mungkin gue gak terlalu paham ya sama yang dipertengkarkan atau diperdebatkan orang-orang diluar sana, gue juga kurang paham ketika buka media sosial isinya adalah pertentangan.

Gue juga kurang paham kenapa selalu dapat jarkom-an baik broadcast atau private message untuk mendukung pihak-pihak tertentu. Tiba-tiba gue jadi merasa sepenting itu.

Katanya sih masalahnya berakar dari kata "pakai", entah apa yang dipakai, pakai penghinaan atau tulus pakai saja.
Yang jelas si "pakai" sudah menimbulkan huru hara dimana-mana, kasihan sekali si "pakai" ini.
Padahal dia cuman kata tambahan, tapi harus mendatangkan pakar telematika dan telepati, dikaji begitu serius sampai membawa ancaman dahsyat pada negara NKRI tercinta.


Sore itu hujan deras menerpa Jakarta, gue  pikir hujan aja udah cukup buat gue mikir untuk pulang, tapi petir yang bergotong royong bersuara membuat gue langsung menghentikan niat pulang.
Nesya bilang Dewa Zeus lagi berantem sama Dewa Poseidon, wtf banget buat gue ketawa karna gue yakin dihari sebelumnya dia pasti bersinggungan sama cerita Romawi.
Ketika langit mulai mereda, gue kembali mengurungkan niat dan mengubah haluan bersama Nesya dan yang lainnya menikmati kopi bersama rintik hujan kota Jakarta.

"Saudagar Kopi" adalah tempat yang kami pilih, membunuh waktu seperti tanpa arti.
Miko one person who coffee addict, dia seringnya ngajakin ngopi cantik, Nesya pun begitu. Nah kalo gue, minum starbucks aja baru 3 bulan yang lalu, karna ada promo, dan setelahnya gue pusing. Haha, mungkin gue adalah satu-satunya orang yang minum starbucks aja pusing.


Merasa pernah mendengar satu komunitas ini? Kalau tidak pernah mungkin kalian bisa baca ini, berita mengenai Ibu Lia, beliau adalah pemimpin sekaligus pencetus komunitas Eden atau ini deh berita terbaru diakhir tahun 2015.

Lalu kenapa gue tiba-tiba mengungkit kenangan lama macam mantan yang gak bisa move on. Jelas bukan karena gue butuh sandaran hidup tapi karena ketenangan sabtu gue terusik oleh sohib yang minta ditemenin ke komunitas ini.
Apa tujuannya, ya jelas tujuannya bukan buat gabung ke dalam komunitas ini, tapi mengumpulkan bahan untuk tugas multikultural dia. Gue sebagai sohib yang emang udah baik dari sananya ya tentu saja mengiyakan, lebih-lebih gue cukup penasaran sama komunitas yang beritanya bahkan masuk silet, dulu silet itu tenar banget, gue bahkan gak pernah kelewatan setiap episodenya dan seneng banget niru mbak feni rose waktu ngomong 'silet' kayak ada tajem-tajem nya gitu, tapi ya silet udah bubar sekarang semenjak mbak feni rose lebih milih jualan apartamen yang besok senin harganya udah naek.