Cuaca kala itu terik seperti mendukung kami dan rencana yang telah tersusun.

Sudah cukup lama semenjak kami dating karena sibuk bekerja dan bermain dengan anak kami yang masih berusia 2 tahun kurang.

 

Meski cutinya ga dadakan namun tujuan kami baru terpikirkan malamnya, agak lucu juga. Langsung gas pesen tiket via KAI Apps kelar balik main sama anak sambil nyengir-nyengir berdua. Besok pasti seru! Inner child kami membuncah, petualangan baru akan segera di unlock.

Fiksi 

Menurutmu apa itu pertanyaan?

Sebuah langkah awal atas penerimaan?

Tidak berujung dan menyedihkan?

Atau menggantung begitu saja?

 

 Fiksi

Hai,
Apa kabar?
Apa kabarmu baik? Apa kamu baik-baik saja?
Apakah hari ini baik untukmu?
Apakah hari ini buruk untukmu?
Apakah ini hari yang bersedih?
Apakah ini hari yang membuatmu tertawa?
Apakah ini hari candu tak terlupakan untukmu?

Sudah sekian lama tidak bersua, semoga para rekan sekalian baik-baik saja. 
Yap, banyak sekali ya yang gue lewatkan untuk diceritakan. 
Semoga saja dengan hari baru dan komitmen baru dapat terus merangkai cerita, asa dan harapan.

Babak baru ini akan gue isi dengan mengentaskan draft yang udah sekian lama nongkrong bagai voldemort yang tidak tersentuh (ah, iya pada akhirnya dia mati juga).

Hari terik disambut dengan semilir angin itu menghantarkan pertemuan gue dengan Monik, Yoana dan Sindy di Rumah Perubahan atau bahasa kerennya Jakarta Escape. 
Awalnya dibangun oleh Bapak Rhenald Khasali dengan tujuan edukasi dan arena berwisata daerah perbatasan Bekasi-Jakarta. Luasnya kurang lebih 7 hektar, jadi bisa dibayangkan ya seluas apa tempatnya. 




Ya gue paham, jatuh cinta adalah bunuh diri paling epik sepanjang masa. 
Karena percuma raga sehat bila hati sudah tiada.

Kisah percintaan gue biasa aja, kayak orang umumnya, ketemu di bangku kuliah chit chat intens lanjut wara wiri. Nyambung dan akhirnya lanjut.
Kita ngejalaninnya pun ya kayak orang pacaran umumnya, gimana ada hari-hari kita bahagia ada juga sedih bersamaan. Ada saatnya gue engga paham sama pemikiran dia atau dia yang salah paham sama kelakuan gue. 
Gue pikir ya hubungan kita ya biasa aja.
Bukan yang gimana-gimana kayak di film-film meskipun menonton film adalah bagian dari ritual kita berdua setiap sabtu dirumahnya make infocus ditemenin popcorn dan obrolan keluarganya yang biasanya nonton bareng kita. 



"Ngajakin nikah doang lewat WA, kesini kalau berani," ucap gue dengan sombong dan 5 menit kemudian tuh cowok udah berdiri di depan warung, nyengar nyengir sambil minta kelengkapan pendaftaran pernikahan negara.

Gilak. Begitulah sosok lelaki yang berdiri di depanku, belum mandi dan baru pulang kerja.

Waktu itu gue sama dia emang lagi ngobrol sembarang aja, yah namanya juga lagi PDKT kalau kata orang sekarang mah. Tapi kaget juga yekan disatroni gitu aja.
Tanpa berpacaran. Tanpa ba bi bu. Dia memutuskan untuk memberikan tulang rusuknya padaku.
-Kilas Balik Sebelumnya-


Hai pembaca ceritasore!

Sudah terlalu lama sepertinya pergi dari dunia tulis menulis ini, entah kemana hilangnya hasrat dan rasa itu. Dibiarkan terlalu lama hingga akhirnya menjadi kosong melompong dan kemalasan menguasai diri dan batin.

Dimana masa lampau menggadang-gadang bahwa menulis adalah setengah dari keyakinan diri dan pertahanan diri sejauh itu didapat dari menumpahkan segalanya melalui tulisan.

Yang mati-matian mengatakan tidak masalah tidak mendapatkan uang dari blog karena itu bukan tujuan utama.


Halo kawand, 
Perjalanan yang sudah gue lalui setahun yang lalu ini mungkin terbaca cukup basi karena di tahun ini baru bisa dicurahkan, tapi tak apa tak mengapa izinkan sahaya menuangkan cerita di kertas putih, di dalam blog yang sudah bersawang saking jarangnya ditengok.

Perjalanan kala itu dari Bekasi menuju Bandung singgah di Purwakarta. Ya, gue menggunakan kereta lokal menuju Purwakarta. Ingin merasakan bagaimana ke Bandung dengan ongkos sangat terjangkau tapi memang ya sangat menyita waktu. 
Mentari telah berganti rembulan, 
Malam menanti dengan khusyuk, selimut sudah menindih badan. Mari kita tidur dan masuk ke malam. 

Memejamkan mata didunia nyata, membukanya didunia kedua.

Kali ini aku menuju dunia bawah laut, aku memakai pelampung berwarna kuning, sesekali menyelam sesekali menggapai permukaan. Masih tak kuat dan tak biasa bernafas dibawah laut. 
Mari kuceritakan negeri bawah laut dengan detail, ini pun pertama kalinya aku kesini. 

Bentuknya seperti bangunan dengan banyak rongga, berada dibawah laut, banyak dari sisinya terdapat terumbu karang dan ikan melewati aku. Tempat ini pun ramai dengan orang-orang. 
Ada yang mengenakan pakaian menyelam khusus, ada yang seadanya seperti aku yang hanya memakai pelampung kuning besar. Cukup gila, tapi ini ya mimpiku, mau aku menyelam sedalam apapun aku tidak akan mati tenggelam, atau jika tiba-tiba aku kehabisan nafas ya mungkin aku bisa kembali ke dunia nyataku.

Mimpi mengenai petualangan mencekam sekali lagi.

Saat itu panas terik, dengan celana pendek berwarna coklat muda, kemeja safari senada dan topi bambu aku layaknya seorang petualang sejati. 
Kali ini aku berada tepat disebelah sungai mengalir, diantara hutan bambu yang berdesir kena angin. 
Berjalan menyusuri sungai hingga menemukan taman binatang dengan hewan-hewan elok yang ada disana. Aku melihat gajah, badak, jerapah dan lainnya. Melihat tawa dari pengunjung yang ada.
Tak berapa lama ada seorang guide dengan anak-anak usia TK berjalan dengan wajah riang gembira menunjuk ke arah sana dan sini, sesekali gurunya menarik tangan anak yang perhatiannya teralihkan ke salah satu binatang dan enggan berjalan maju. 

Melihat sekeliling aku kemudian duduk dan melihat penjual gulali yang ada diseberangku, sedang menjajakan dagangannya dengan sumringah. Bapak dan anak membelinya juga dengan bahagia.

"Dor!" letusan senapan tiba-tiba terdengar, aku menoleh dan kulihat beberapa pria berbadan tegap dan kekar memegang senjata mengarahkan senjatanya ke langit. 
Keceriaan seketika berubah menjadi kecaman, kami masih melihat dan belum tau ada apa. 
Apakah ini salah satu atraksi taman binatang?