Dari Bubur Ase Bang Lopi sampai Pasar Kenari



Sore Kawan!
Panasnya Bekasi-Jakarta rasanya tidak menyurutkan semangat untuk berpetualang hari ini.
“Gimana kalau kita melipir ke Bubur Ase dulu?”
sebaris text muncul di layar, Eka begitu panggilan sayang gue ke dia, enggak ding emang itu nama dia.
“manut”
dijawab singkat penuh makna.

Mana mungkin gue menolak ajakan makan lebih-lebih temanya adalah dunia per-bubur-an. Soklah gaspol..

Diawali Stasiun Kranji dengan perut melapar gue dengan setia menunggu kereta yang akan membawa gue transit di Stasiun Manggarai sambung Stasiun Tanah Abang. Sebenernya kalau aja gue lebih teliti ngeliat alamat si Bubur Ase Babang Lopi ini gue bakal ngeh untuk turun aja di Stasiun Gondangdia lanjut ojek online.

Bono Mono


Part I    : Penembakan

“Boleh pacaran?” entah seperti sebuah pernyataan atau pertanyaan, yang jelas lelaki yang duduk di hadapan gue sekarang ini sedang meminta sebuah jawaban atau kesanggupan.

Namanya Bono, lengkapnya Bono Prawira. Panggilannya Bonbon, lucu sih cuman kayaknya gak macho gitu padahal dia ketua Mapala tingkat kampus, orang gila yang hobi banget manjat, entah manjat pohon, manjat tebing, manjat tiang, manjat gunung eh maaf nanjak itu bahkan manjat hati gue sekarang ini duh kata-kata gue mulai menjijikkan.
Anaknya enggak terlalu tinggi, sekitar 173cm dengan kulit yang benar-benar well done, iya matang bolak balik bahkan gue gak bakal sadar cowok keling sempurna di hadapan gue ini keturunan Jawa Tengah kalau dia enggak cerita orang tuanya berasal dari Solo.

Sebelum lanjut gue ngenalin diri gue dulu ya, sedikit narsis cuman biar kita kenal aja. Sebagai pembaca harus tahu dong siapa tokoh utamanya. Iya gue, nama gue Mona Beldan. Beldan nama keluarga gue dan memang pengejaannya agak mirip sama well done ya, gue jadi merasa mulai ada kemiripan sama Bono. Dengan rambut panjang yang sering gue iket, badan kayak malnutrisi dan baju gombrong seakan menyadarkan kalian bahwa tokoh utama kali ini berasal dari kalangan biasa saja dan lumrah ditemui di kampus-kampus terdekat. Kerjaan gue kalau enggak jadi Kupu-Kupu (Kuliah Pulang) ya sesekali diajakin nongkrong sama alien sejenis. Ya, gue ada golongan unfaedah di kampus yang cuman menuhin bangku depan yang umumnya dihindarin sama teman-teman berfaedah.

Solo Travelling : Banyuwangi Bagus (Part 3)


Selesai di Banyuwangi bukan berarti liburan usai, transit di Surabaya selama 6 jam gue maksimalkan dengan sangat baik.
Sebelumnya mari singgah dulu di part 1 : Banyuwangi Bagus Part 1
dan di part 2 : Banyuwangi Bagus Part 2

Senin, 16 September 2019

04.50 gue tiba di Stasiun Surabaya Gubeng, meluruskan badan dan menunggu sebentar di stasiun, gue memutuskan membunuh 6 jam untuk berkeliling Kota Surabaya. Jam 05.00 wib gue memutuskan untuk memulai hari dengan misa harian di Gereja Kristus Raja.

Tujuan 1 :Gereja Kristus Raja


Ini adalah destinasi pertama gue di kota Surabaya sebelum memulai aktifitas selanjutnya, yaps Misa Harian, Misa harian di mulai pukul 05.30 wib.

Solo Travelling : Banyuwangi Bagus (Part 2)


Sebelum lanjut, jangan lupa baca part 1 nya dulu gaes Banyuwangi Bagus Part 1

Jumat, 13 September 2019

23.30 wib

Pintu sebelah yang diketok sama Mas Rahmat gue yang bangun. Jadi Mas Rahmat bilang ada yang mau barengan kita lagi 2 orang baru tiba sore tadi.
Luar biasa juga mereka baru dateng udah mau nanjak.

Menembus malam gelap dengan suhu Banyuwangi yang luar biasa. Gue dengan gegayaan ngendarain sendiri. Haha superb emang, padahal mereka udah nawarin diri gitu tapi ya gue pengen ngerasain gimana sih rang orang itu pada touring ke puncak dengan suhu begitu dan masih kuat. Iya gue kuat banget, kuat menggigilnya haha.. Makin ke puncak gigi gue gemeletuk gak karuan, sambil goyang-goyang dan coba fokusin mata mari kita bersemangat gaes menuju puncak impian di hati.

Akhirnya gerbang Taman Kawah Ijen terlihat, disini ada retribusi gerbang nih sebesar 5.000 IDR per orang dilanjut beberapa menit akhirnya pos Paltuding keliatan. Ah iya ada parkir juga, kalau kalian bayar parkir pas di parkiran jangan dibuang karcisnya ya, nanti pas di Pos Paltuding kalian akan diminta bayar parkir nah bisa deh tunjukkin tuh karcis parkir jadi dapet potongan harga, gue rasa kalau masukkin kode promo bisa jadi free haha canda..

Solo Travelling : Banyuwangi Bagus (Part 1)


Sore kawan,
Sayup-sayup terdengar suara musik gandrung disela-sela suara announcer stasiun Pasar Senen. Ya, gue sedang mendengarkan musik gandrung khas Banyuwangi untuk meresapi perjalanan ke Banyuwangi.

Rabu, 11 September 2019
Perjalanan dimulai dari Stasiun Pasar Senen ke Lempuyangan jam 21.30 malam, gue memilih perjalanan malam ke Lempuyangan dan bukan Stasiun Pasar Gubeng guna menghemat waktu, so buat kalian yang mau lebih menghemat waktu bisa nih milih tujuan Lempuyangan.

Sebentar duduk datanglah seorang gadis penghuni bangku sebelah, mencoba ramah gue menjulurkan tangan lalu dilanjut obrolan dan nonton bareng sampai dia turun di Stasiun Purwokerto, gadis itu namanya Novi, dari Purwokerto ke Cikarang mau cari kerja. Well, baiknya ketika gue sampe di Banyuwangi dia DM (kebetulan gue demen banget tukeran IG) nanyain udah sampe Banyuwangi, ah carenya si dedek emesh satu ini~