Genggaman Kecil 2

"Bukankah dunia ini sangat indah?" tanyanya kepadaku, Aku hanya mengangguk dan tetap memandang lurus ke laut biru yang terhampar luas didepanku, menyuguhkan panorama yang tak terbantahkan dan membuatku urung merasakan kemelut masalahku.

"Kau kenapa? rasanya laut indah didepan sana berubah menjadi hitam..." candanya membuatku tersenyum dan menatapnya

"Aku sedang bingung.." bukaku membuatnya menatapku dengan serius

"Ayo bicarakan kepada temanmu ini, aku memang bukan sahabatmu tapi setidaknya semua masalah akan terurai dengan baik kalau kau mau berbagi sedikit beban itu, yaa tapi hati-hati juga terhadap teman dibalik selimut" ah, berbagi beban dan kepercayaan yaa.. karena aku percaya kepadanya, tak ada salahnya aku menceritakan hal ini, toh ini bukanlah hal memalukan dan semua orang pun mengalaminya.

"aku bingung memilih langkah kedepannya, kemana aku akan mengambil sesuatu yang serius yang harus kujalani, seorang tak kukenal berkata kepadaku tentang hati yang bergetar dan bergerak, dan aku sama sekali tak memikirkan bagaimana menemukan sesuatu itu hingga hatiku bergetar dan bergerak" ucapku dan temanku hanya menghela lalu tertawa, Aku masih tersesat tidak mengerti dimana letak kelucuannya.

"Aku juga tersesat, Aku tidak mengerti sejauh ini langkah apa yang ku ambil, sejauh ini apa yang kudapat. Aku hanya masuk dan menjalaninya saja sampai akhirnya kamu berkata begitu rasanya Aku berfikir sudah sejauh apa aku berbuat untuk diriku sendiri" jawabannya membuatku berpaling penuh kepadanya, dia sahabatku memang sudah menapaki dunia perkuliahan dan rupanya dia salah satu dari sahabatku yang tersesat dalam dunia yang lebih dewasa ini.

"Jurusanku Akuntansi, dan sampai sekarang aku belum paham persamaan dasar akuntansi. Hebat? ya hebat sekali, padahal untuk urusan ilmu komunikasi dan yang berhubungan dengan sosial media aku sangat bisa dan tertarik..." Aku tertegun mendengarnya, ya dia benar, keahliannya dan bidang yang dia geluti sekarang tidak ada hubungannya, keahliannya sama sekali tidak berkembang tapi ilmu yang dia pelajari sama mentoknya dengan keahlian yang seharusnya bisa diasah dengan profesional bukan dengan pelajaran otodidak.

"Aku hanya mengikuti saran orang tuaku, bukan buruk mengikuti saran mereka, tapi keburukan itu justru didapatkan ketika kita lebih interest kesesuatu yang lain dan membuat bidang yang seharusnya diperdalam jadi terbengkalai karena sesuatu yang bikin tertarik itu punya magnet yang luar biasa besar"

"Jadi kamu memilih saran orang tuamu dengan jurusan Akuntansi meski pada akhirnya kamu malah belajar mati-matian ilmu komunikasi itu?" pertanyaan yang tidak punya jawaban, begitulah pada akhinya dia malah tersenyum masam dan membiarkanku dalam kesunyian.

Terkadang kita harus mengikuti saran dari orang tua atas apa yang kita lakukan, mereka merasa mengerti tentang apa yang terbaik dan apa yang telah terpampang nyata, untuk anak mereka, mereka tidak akan melepaskan kita dengan kebebasan, kecuali kita memberikan mereka satu.. pembuktian..
Jika keinginan kita sama kuatnya dengan pembuktian yang bisa kita berikan restu orang tua akan dengan mudah mendarat ditelapak tangan kita.
Keinginan dan penggapaian akan keinginan itu membutuhkan sebuah usaha dan perjuangan, sekarang aku masih dalam kebimbangan meski dititik ini aku merasakan bahwa hidup harus memilih dan kemana aku memilih aku tidak boleh menyesalinya dan berusaha sebaiknya.


Bersambung...

2 comments:

  1. wah, maksud judulnya itu apa ya, aku kurang ngerti deh, dan ya orang tua itu cuma butuh pembuktian dan pasti mereka akan merestui pilihan dan pasion kita apapun itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. maksud dari penjelasan akan berada pada akhir cerita ^^ dan awal mula cerita ini dapat disimak di genggaman kecil 1 :D

      Delete