Angin itu membelai lembut rambutku, mengusap pipiku dan menerbangkan setiap leleh mataku.
Seringnya rindu ini tak tertahankan sampai ingin ku menangis.
Seringnya rasa ini tak terbendung sampai ingin ku menangis.
Dia jauh disana, melewati gunung dan lautan dan aku berada disini.
Hubungan jarak jauh... komitmen kami, tekad kami, bentuk hati kami yang tak ingin kalah oleh jarak.
Tanah yang kami pijak tak lagi sama, udara yang kami hirup tak lagi sama. Meski ada sesak dalam hati ini, apalah yang bisa kulakukan.. tak mungkin aku dan dia bersikeras bertemu tiap bulannya, terlalu sulit..
Hubungan ini sudah kami lalui lebih dari dua tahun, sudah banyak rasa yang terucap, sampai aku akan tersenyum mengenangnya, sudah banyak pertengkaran jarak jauh yang kami alami, sampai aku merindukan pertengkaran itu.
Tidak jarang diriku marah padanya dan dia selalu menjadi air untukku, menyejukkan tiap jengkal diriku dengan dirinya, membuatku tidak lagi marah dan kembali tersenyum.
Katanya kami memiliki hati yang satu, hanya fisik yang membuat kami jauh tapi hati kami berdekatan, kita tidak akan saling meninggalkan, hatinya adalah milikku dan hatiku adalah miliknya. Sebelum perpisahan jarak ini terjadi aku dan dia bukan hanya berjanji untuk saling memiliki tapi juga berjanji untuk tidak saling meninggalkan.
Pertemuan kami bukanlah suatu kesengajaan, kami sudah saling mengenal dan ketika akhirnya aku memutuskan untuk sendiri dahulu dia malah hadir dalam tepi kesepianku, mengisi hari-hari kosongku yang masih terpuruk karena cinta. Ini bukanlah sebuah pelarian manakala aku dan dia mengalami pendekatan dengan begitu matang. Kami tak mau terburu-buru, kami ingin menikmati setiap jejak langkah manisnya kedekatan kami. Hingga akhirnya dia dengan berani menyatakan hatinya, membuat benang merah antara dirinya dengan diriku. Ya adalah jawabku dan Kesetiaan adalah jawaban selanjutnya.
Hubungan kami diliputi begitu banyak penantian dan perjuangan, bahwa dalam jarak terpisah ini kami saling menguatkan.. menguatkan hati yang sudah merindu, kami saling menguatkan bahwa ini tidak untuk selamanya, bahwa pada saat yang tepat segalanya akan menjadi manis. Bahwa dalam jarak yang terpisah ini kami saling mengingatkan, mengingatkan akan hati yang telah setia menanti, mengingatkan bahwa pada titik ini adalah perjuangan bagi kami berdua, meski raga tak terlihat kami yakin bahwa hati kami telah sepaham, bahwa ini ujian bagi hati yang kuat, bagi cinta yang tak akan padam dimakan jaman, cinta yang tak akan padam oleh hati yang lain.
Tapi, sayang... ujian ini kadang terasa berat bagiku. Melihat mereka teman-temanku merasakan kehangatan tangan kekasihnya, merasakan kehangatan pelukan penuh cinta itu, merasakan dengan indah perhatian yang begitu tumpah ruah. Terkadang aku sakit, aku perih melihatnya, aku merindukan hal itu, bisa menggenggam erat tanganmu, bisa membisikkan ditelingamu betapa aku menyayangimu, dan memelukmu, aku merindukan hal itu. Dan aku sadar bahwa kamu pun disana berjuang. Berjuang bagi hati kita, dan ini bukan hanya tentang aku dan segala yang kuinginkan tapi juga tentang dirimu dan keinginanmu.
Ketika kita akhirnya bisa skype-an, ada rasa yang lebih, bisa melihatmu lagi, meski aku selalu merasa tidak pernah cukup. Ada rasa yang begitu besar untuk lebih bisa bertemu denganmu, bukan hanya lewat layar saja. Rindu ini pun kembali memuncak dan ketika kita usai bertemu pandang aku akan menangis. Menyalahkan waktu yang berjalan lebih cepat manakala aku mengobrol denganmu, menatap wajahmu, aku menyalahkan semua yang bisa kusalahkan, menyalahkan betapa egoisnya diriku yang tak bisa menahan rasa rindu ini, menyalahkan bahwa dunia bergerak terlalu cepat, menyalahkan bahwa sudah besar rinduku untukmu.
Apa yang harus kulakukan?
Kadang pertanyaan ini terselip dalam hidupku, dan dia dengan baiknya akan berkata untuk bersabar, segalanya akan berubah bila waktunya. Bahwa kita saling memiliki, bahwa jarak tak akan melumpuhkan rasa cinta ini, bahwa segala perjuangan ini akan dia bayar dengan manis. Semanis menunggu diriku di pelaminan, bersama menyatakan cinta dihadapan Sang Ilahi. Dan aku pun akan kembali tersenyum, meski dalam hati ini pedih.
Penantian panjang itu makin terasa tiap harinya, meski kini hatiku sudah tak merengek untuk menyatakan bahwa rinduku sudah tak tertahankan lagi untuk bertemu denganmu.
Dan untuk kesekian kalinya inilah jawaban hatinya untukku...
Aku selalu ada disampingmu sayang, meski tidak secara fisik ingatlah bahwa aku akan selalu memberimu kabar, bahwa bagaimanapun juga apapun yang terjadi aku akan selalu ada disaat kamu membutuhkanku ataupun tidak membutuhkanku. Bahwa aku akan setia hadir dalam mimpimu, memeluk dirimu, menggenggam tanganmu, mengelus rambutmu, menyapu tiap tetes air matamu yang kamu tumpahkan untuk kerinduan yang menyesakkan jiwa ini. Bahwa fikiranku ragaku jiwaku hatiku dan segala yang kulakukan bukan hanya untuk diriku dan orang disekitarku, tapi juga untukmu.
Untukmu yang telah setia menahan segala cobaan dan tidak memalingkan hatimu dariku. Menjaga keutuhan hubungan ini. Ya sayang.. Aku selalu ada disampingmu.
Seringnya rindu ini tak tertahankan sampai ingin ku menangis.
Seringnya rasa ini tak terbendung sampai ingin ku menangis.
Dia jauh disana, melewati gunung dan lautan dan aku berada disini.
Hubungan jarak jauh... komitmen kami, tekad kami, bentuk hati kami yang tak ingin kalah oleh jarak.
Tanah yang kami pijak tak lagi sama, udara yang kami hirup tak lagi sama. Meski ada sesak dalam hati ini, apalah yang bisa kulakukan.. tak mungkin aku dan dia bersikeras bertemu tiap bulannya, terlalu sulit..
Hubungan ini sudah kami lalui lebih dari dua tahun, sudah banyak rasa yang terucap, sampai aku akan tersenyum mengenangnya, sudah banyak pertengkaran jarak jauh yang kami alami, sampai aku merindukan pertengkaran itu.
Tidak jarang diriku marah padanya dan dia selalu menjadi air untukku, menyejukkan tiap jengkal diriku dengan dirinya, membuatku tidak lagi marah dan kembali tersenyum.
Katanya kami memiliki hati yang satu, hanya fisik yang membuat kami jauh tapi hati kami berdekatan, kita tidak akan saling meninggalkan, hatinya adalah milikku dan hatiku adalah miliknya. Sebelum perpisahan jarak ini terjadi aku dan dia bukan hanya berjanji untuk saling memiliki tapi juga berjanji untuk tidak saling meninggalkan.
Pertemuan kami bukanlah suatu kesengajaan, kami sudah saling mengenal dan ketika akhirnya aku memutuskan untuk sendiri dahulu dia malah hadir dalam tepi kesepianku, mengisi hari-hari kosongku yang masih terpuruk karena cinta. Ini bukanlah sebuah pelarian manakala aku dan dia mengalami pendekatan dengan begitu matang. Kami tak mau terburu-buru, kami ingin menikmati setiap jejak langkah manisnya kedekatan kami. Hingga akhirnya dia dengan berani menyatakan hatinya, membuat benang merah antara dirinya dengan diriku. Ya adalah jawabku dan Kesetiaan adalah jawaban selanjutnya.
Hubungan kami diliputi begitu banyak penantian dan perjuangan, bahwa dalam jarak terpisah ini kami saling menguatkan.. menguatkan hati yang sudah merindu, kami saling menguatkan bahwa ini tidak untuk selamanya, bahwa pada saat yang tepat segalanya akan menjadi manis. Bahwa dalam jarak yang terpisah ini kami saling mengingatkan, mengingatkan akan hati yang telah setia menanti, mengingatkan bahwa pada titik ini adalah perjuangan bagi kami berdua, meski raga tak terlihat kami yakin bahwa hati kami telah sepaham, bahwa ini ujian bagi hati yang kuat, bagi cinta yang tak akan padam dimakan jaman, cinta yang tak akan padam oleh hati yang lain.
Tapi, sayang... ujian ini kadang terasa berat bagiku. Melihat mereka teman-temanku merasakan kehangatan tangan kekasihnya, merasakan kehangatan pelukan penuh cinta itu, merasakan dengan indah perhatian yang begitu tumpah ruah. Terkadang aku sakit, aku perih melihatnya, aku merindukan hal itu, bisa menggenggam erat tanganmu, bisa membisikkan ditelingamu betapa aku menyayangimu, dan memelukmu, aku merindukan hal itu. Dan aku sadar bahwa kamu pun disana berjuang. Berjuang bagi hati kita, dan ini bukan hanya tentang aku dan segala yang kuinginkan tapi juga tentang dirimu dan keinginanmu.
Ketika kita akhirnya bisa skype-an, ada rasa yang lebih, bisa melihatmu lagi, meski aku selalu merasa tidak pernah cukup. Ada rasa yang begitu besar untuk lebih bisa bertemu denganmu, bukan hanya lewat layar saja. Rindu ini pun kembali memuncak dan ketika kita usai bertemu pandang aku akan menangis. Menyalahkan waktu yang berjalan lebih cepat manakala aku mengobrol denganmu, menatap wajahmu, aku menyalahkan semua yang bisa kusalahkan, menyalahkan betapa egoisnya diriku yang tak bisa menahan rasa rindu ini, menyalahkan bahwa dunia bergerak terlalu cepat, menyalahkan bahwa sudah besar rinduku untukmu.
Apa yang harus kulakukan?
Kadang pertanyaan ini terselip dalam hidupku, dan dia dengan baiknya akan berkata untuk bersabar, segalanya akan berubah bila waktunya. Bahwa kita saling memiliki, bahwa jarak tak akan melumpuhkan rasa cinta ini, bahwa segala perjuangan ini akan dia bayar dengan manis. Semanis menunggu diriku di pelaminan, bersama menyatakan cinta dihadapan Sang Ilahi. Dan aku pun akan kembali tersenyum, meski dalam hati ini pedih.
Penantian panjang itu makin terasa tiap harinya, meski kini hatiku sudah tak merengek untuk menyatakan bahwa rinduku sudah tak tertahankan lagi untuk bertemu denganmu.
Dan untuk kesekian kalinya inilah jawaban hatinya untukku...
Aku selalu ada disampingmu sayang, meski tidak secara fisik ingatlah bahwa aku akan selalu memberimu kabar, bahwa bagaimanapun juga apapun yang terjadi aku akan selalu ada disaat kamu membutuhkanku ataupun tidak membutuhkanku. Bahwa aku akan setia hadir dalam mimpimu, memeluk dirimu, menggenggam tanganmu, mengelus rambutmu, menyapu tiap tetes air matamu yang kamu tumpahkan untuk kerinduan yang menyesakkan jiwa ini. Bahwa fikiranku ragaku jiwaku hatiku dan segala yang kulakukan bukan hanya untuk diriku dan orang disekitarku, tapi juga untukmu.
Untukmu yang telah setia menahan segala cobaan dan tidak memalingkan hatimu dariku. Menjaga keutuhan hubungan ini. Ya sayang.. Aku selalu ada disampingmu.
aaa kamu LDR garis keras yang sosweet abis :')
ReplyDeleteterima kasih :')
DeleteCiee LDR, yang kuat kakak :')
ReplyDeletesesungguhnya ini cerita tentang sahabat gue :D gue sendiri sih gak kuat LDR-an begini XD
DeleteWah ini expert banget LDRnya, Hubungannya bisa sampe semanis dan bikin terharu seperti ini. Gue mah denger kata LDR aja udah gemeteran :|
ReplyDeletesama sama... XD
DeleteLDR itu seperti punya uang dibank, punya siih tapi sulit tersentuh..