Siang itu panasnya Depok macem matematika yang solusinya gak nemu, bikin ujung kaki sampe ubun-ubun berasep.
Gue yang nongkrong di mantan kampus, jadi ngerasa aneh ngeliat mahasiswa-mahasiswi bersileweran dengan tas di pundak dan segerombolan anak yang mengelilingi mereka. Kalau dulu waktu masih ngampus gue gak pernah berfikiran bahwa hal ini bakal gue rinduin, betapa banyaknya tugas atau apapun itulah namanya. Awalnya ngerasa belum siap padahal waktu kuliah pikiran udah pengen cabut aja karena puyeng, well ketika menginjak arti lulus gue pun sadar bahwa sekarang gue udah menjadi bagian dari masyrakat seutuhnya.
Mungkin dilema yang gue rasain ini bukan cuman gue doang yang punya, tapi hampir semua temen seangkatan dan diatas angkatan membicarakan bahwa menjadi mahasiswa adalah sesuatu yang sakral dimana loe bisa bermain sambil berfikir, dimana loe bisa mengerahkan kekuatan loe bukan hanya untuk belajar tapi juga untuk menyalurkan apa yang loe sebut passion ataupun hobi, loe bisa eksplore segalanya diwaktu senggang loe kuliah, bahkan nyicip bagaimana rasanya kerja kantoran dengan magang, dimana untuk manusia malas, menjadi mahasiswa berarti masih berlindung dibalik ketiak orang tua dan selamanya dianggap belum cukup untuk menjadi bagian dari masyrakat.
Siang itu kesendirian gue mempertemukan dengan seorang teman yang akhirnya membuat kita berbicara banyak hal, tentang apa yang dituju dimasa yang akan datang, tentang apa yang akan dilalui untuk masa yang akan datang.
Dia masih membingungkan kelak menjadi apa, mau apa dan bagaimana. Bukannya dia tanpa kemampuan tapi kufikir dia sendiri masih belum menemukan apa yang mau dia perbuat atau bagaimana kemampuan sebenarnya. Ini masih lebih buruk daripada teman gue yang selalu dibully tapi dia tau mau jadi apa dan mau bagaimana.
Tekanan dari kanan kiri atas bawah adalah salah satu faktor menyulitkan yang membuatnya tidak bisa lepas dari kesulitannya memutuskan. Dia tentunya tidak bisa disalahkan. Kita tentu tidak bisa nge-judge bahwa dia adalah manusia yang secara utuh mengikuti alur dan nantinya adalah urusan nanti yang penting sekarang dulu.
Dia juga tidak yakin pada kemampuannya sendiri, apakah dia bisa dengan situasi pribadinya sendiri, dan gue sebagai manusia yang jujur hanya terbiasa mendengarkan dan bukan seorang konsultan handal cuman bisa berkata "jalani aja dulu". Yaah, kita emang gak pernah tau apa yang ada didepan tapi bukan berarti kita takut untuk menjalaninya. Satu hal yang gue tau adalah ketika ternyata apa yang kita jalani menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai, tidak akan ada kata penyesalan. Karena pada akhirnya mengikuti kata hati adalah sebuah kepuasan bagi diri yang sedang berusaha.
Apa yang gue pelajari ketika gue ngobrol sama dia yang sebenernya lebih pinter daripada gue adalah, kita semua seringkali mengikuti alur yang telah ditentukan oleh orang lain tanpa berfikir bahwa pada akhirnya kita akan berdiri sendiri dan menghadapi segalanya sendiri. Kadang kita bermanja-manja pada waktu dan keputusan-keputusan orang lain tanpa kita sendiri menganalisa keputusan itu dan mempelajarinya.
Kita mungkin memutuskan untuk lanjut atau berhenti, memutuskan untuk memulai atau mengakhiri. Tapi yang perlu diingat tentunya visi dan misi dari sesuatu itu.
Gue yang nongkrong di mantan kampus, jadi ngerasa aneh ngeliat mahasiswa-mahasiswi bersileweran dengan tas di pundak dan segerombolan anak yang mengelilingi mereka. Kalau dulu waktu masih ngampus gue gak pernah berfikiran bahwa hal ini bakal gue rinduin, betapa banyaknya tugas atau apapun itulah namanya. Awalnya ngerasa belum siap padahal waktu kuliah pikiran udah pengen cabut aja karena puyeng, well ketika menginjak arti lulus gue pun sadar bahwa sekarang gue udah menjadi bagian dari masyrakat seutuhnya.
Mungkin dilema yang gue rasain ini bukan cuman gue doang yang punya, tapi hampir semua temen seangkatan dan diatas angkatan membicarakan bahwa menjadi mahasiswa adalah sesuatu yang sakral dimana loe bisa bermain sambil berfikir, dimana loe bisa mengerahkan kekuatan loe bukan hanya untuk belajar tapi juga untuk menyalurkan apa yang loe sebut passion ataupun hobi, loe bisa eksplore segalanya diwaktu senggang loe kuliah, bahkan nyicip bagaimana rasanya kerja kantoran dengan magang, dimana untuk manusia malas, menjadi mahasiswa berarti masih berlindung dibalik ketiak orang tua dan selamanya dianggap belum cukup untuk menjadi bagian dari masyrakat.
Siang itu kesendirian gue mempertemukan dengan seorang teman yang akhirnya membuat kita berbicara banyak hal, tentang apa yang dituju dimasa yang akan datang, tentang apa yang akan dilalui untuk masa yang akan datang.
Dia masih membingungkan kelak menjadi apa, mau apa dan bagaimana. Bukannya dia tanpa kemampuan tapi kufikir dia sendiri masih belum menemukan apa yang mau dia perbuat atau bagaimana kemampuan sebenarnya. Ini masih lebih buruk daripada teman gue yang selalu dibully tapi dia tau mau jadi apa dan mau bagaimana.
Tekanan dari kanan kiri atas bawah adalah salah satu faktor menyulitkan yang membuatnya tidak bisa lepas dari kesulitannya memutuskan. Dia tentunya tidak bisa disalahkan. Kita tentu tidak bisa nge-judge bahwa dia adalah manusia yang secara utuh mengikuti alur dan nantinya adalah urusan nanti yang penting sekarang dulu.
Dia juga tidak yakin pada kemampuannya sendiri, apakah dia bisa dengan situasi pribadinya sendiri, dan gue sebagai manusia yang jujur hanya terbiasa mendengarkan dan bukan seorang konsultan handal cuman bisa berkata "jalani aja dulu". Yaah, kita emang gak pernah tau apa yang ada didepan tapi bukan berarti kita takut untuk menjalaninya. Satu hal yang gue tau adalah ketika ternyata apa yang kita jalani menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai, tidak akan ada kata penyesalan. Karena pada akhirnya mengikuti kata hati adalah sebuah kepuasan bagi diri yang sedang berusaha.
Apa yang gue pelajari ketika gue ngobrol sama dia yang sebenernya lebih pinter daripada gue adalah, kita semua seringkali mengikuti alur yang telah ditentukan oleh orang lain tanpa berfikir bahwa pada akhirnya kita akan berdiri sendiri dan menghadapi segalanya sendiri. Kadang kita bermanja-manja pada waktu dan keputusan-keputusan orang lain tanpa kita sendiri menganalisa keputusan itu dan mempelajarinya.
Kita mungkin memutuskan untuk lanjut atau berhenti, memutuskan untuk memulai atau mengakhiri. Tapi yang perlu diingat tentunya visi dan misi dari sesuatu itu.
Untuk apa kita melakukannya,
Kenapa kita melakukannya,
dengan melakukannya kita akan mendapatkan apa,
apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkannya
apa yang bisa kita lakukan setelah mendapatkannya.
Ada baiknya kita berfikir sebelum selagi dan sesudah.
Cara kita mengeksekusinyalah yang akan membawa kita pada hasil yang kita inginkan.
Manusia Boleh Berencana Tapi Tuhanlah Yang Menentukan
Semangat. Usaha. Doa. Ikhlas.
Percayalah Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang baik untuk loe.
Percayalah Usaha loe adalah buah dari keberhasilan meskipun itu tidak pernah loe fikirin dan bukan perkiraan loe.
Percayalah hanya Semangat yang membuat loe tetap pada jalur yang benar
Percayalah bahwa keIkhlasan akan membawa loe pada titik dimana loe merasakan kepuasan.
SETELAH PERCAYA, YAKINLAH LOE BISA.
Semangat !
ReplyDeleteSemangat! :o
Deleteini kata kunci yang cerdas dari kakak "Untuk apa kita melakukannya,
ReplyDeleteKenapa kita melakukannya,
dengan melakukannya kita akan mendapatkan apa,
apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkannya
apa yang bisa kita lakukan setelah mendapatkannya."
Well, sudah saatnya kita berfikir untuk hal ini
DeleteMenurut gue sih, lebih banyak kita melakukan survive, lebih banyak mendapat pengalaman. lebih banyak dapet wawasan. daripada kita terus berlindung di zona nyaman dan ga bertindak apa apa
ReplyDeleteYES!
Deletesurvive adalah cara manusia berfikir untuk menjadi manusia