Mini Fiksi : "Sakitku menjadikanku hidup (2)"

Matahari terbit dari Barat,
Lalu orang lain mulai teriak aku gila.
Aku memang gila, gila saking bosannya.
Tapi aku sudah menemukan solusi bosanku.
Cutter dan aku kini adalah sahabat sejati, tidak terpisahkan.
Sampai guru-guru mulai berdatangan,
Aku dikerumuni,
Dihakimi,
Dicibir,
Semua orang mulai berbisik-bisik padaku.
Salahku apa?
Kalian tidak pernah mengerti, jangan menghakimi.

Aku menangis sesenggukan,
Mencoba meraih apa yang tidak bisa kuraih,
Aku menangis kembali,
Serpihan kaca seperti menghantam tepat dijantungku.
Apa yang kamu lakukan, gila. Sakit jiwa. Tidak waras. Tidak bermoral.
Aku tertawa dalam hati.
Surat panggilan mulai ditujukan untuk ayahku.
Memangnya ini berhasil?
Apa surat panggilan bisa membuat ayahku terbang dari luar negeri kesini?
Aku penasaran.

Satu minggu, dua minggu, aku menahan diri untuk tidak menggerakkan tanganku.
Sulit. Terlalu sulit.
Kenikmatan akan rasa yang menjadikanku hidup itu bagaikan candu.
Aku tidak bisa lepas.
Aku butuh rasa sakit itu.

Akhirnya aku kembali lagi melakukannya,
Ayahku pun tak kunjung menyapa, dia kirimkan sekretarisnya.
Aku tersenyum,
Menggoreskan kembali cutter.
Darah mengalir,
Udara terasa sangat sejuk,
Kali ini kubuat garis memanjang disebelah urat nadi,
Sambil tersenyum kurasakan rasa sakit yang sungguh,
Ini menyenangkan.

Darah mengalir tidak berhenti,
Aku mencecapnya,
Aku hidup,
Kucelupkan tanganku kedalam bak mandi berisi air hangat,
Kurasakan perih tiada tara,
Aku lebih hidup,
Rasa sakit itu menjalar ke sekujur tubuhku,
Membuatku merasakan bahwa aku sangat dibutuhkan dalam kehidupan ini.
Lama kurendam, lama kunikmati rasa sakit ini, lebih lama aku merasakan kehidupan.

Mataku berat,
Pikiranku melayang,
Mengenai bagaimana aku tertawa,
Mengenai bagaimana aku bersedih,
Ketika ayah masih semiskin dulu dan aku masih bisa riang.
Kini kututup mataku, biarkan darah menggenang dalam kehangatan air yang menjalar sampai ke hatiku yang beku.

-FIN
Cobalah lebih perduli pada semua orang.
Tidak semua masalah harus sama.
Semua menghadapi masalahnya sendiri-sendiri.
Kuatlah.


No comments:

Post a Comment