Solo Travelling : Banyuwangi Bagus (Part 3)


Selesai di Banyuwangi bukan berarti liburan usai, transit di Surabaya selama 6 jam gue maksimalkan dengan sangat baik.
Sebelumnya mari singgah dulu di part 1 : Banyuwangi Bagus Part 1
dan di part 2 : Banyuwangi Bagus Part 2

Senin, 16 September 2019

04.50 gue tiba di Stasiun Surabaya Gubeng, meluruskan badan dan menunggu sebentar di stasiun, gue memutuskan membunuh 6 jam untuk berkeliling Kota Surabaya. Jam 05.00 wib gue memutuskan untuk memulai hari dengan misa harian di Gereja Kristus Raja.

Tujuan 1 :Gereja Kristus Raja


Ini adalah destinasi pertama gue di kota Surabaya sebelum memulai aktifitas selanjutnya, yaps Misa Harian, Misa harian di mulai pukul 05.30 wib.


Tujuan 2 : Soto Lamongan Cak Har 



Kelar gereja terus numpang bebersih di kamar mandi dan ngajak ngobrol sebentar bapak satpam, tapi emang lucky banget boleh dong nitip tas segede gaban gitu di satpam Gereja. Begitu diizinin nitip tas langsung berangkat ke Soto Lamongan Cak Har buat nyarap.

Rasanya?
Kayaknya perpaduan lapar dan beneran enak, mantappu djiwa deh rasanya. Apalagi koyanya bisa nambah sampe turah-turah dan sambalnya khas banget lah, harganya 19.000 IDR tanpa nasi.

Tujuan 3 : Museum Sepuluh November & Titik Nol


Perut kenyang mari kita bergerak ke tujuan berikutnya, Museum Sepuluh November. Bentuk museumnya mengingatkan gue sama Monumen Jogja Kembali (Monjali) bedanya kalau Monjali itu satu piramida yang ini membentuk rangkaian tiga paramida, yang lebih amazenya sih ini museum kekinian amat. Dengan desainnya yang oke punya sebenernya gue betah banget nih disini apalagi kalau semua lampu dinyalakan. Mungkin karena kelewat sepi dan penjaganya lebih care sama handphonenya ruang audio visual tidak dimaksimalkan, pengap banget sampe gue cuman kuat 10 menit terus keluar. Padahal menarik banget loh.



















Kelar jelajah Museum ini, temen di Surabaya Whatsapp dan kebetulan bisa ketemuan. Wah asik nih dapet guide gretong.

Alhasil ketemuan di Museum Sepuluh November kita lanjut foto ke Titik Nol Surabaya dimana dibelakangnya adalah Kantor Pemerintahan tempat dimana Pengibaran bendera merah putih pertama dilakukan.


Tujuan 4 : Museum Kapal Selam

Puas foto di titik nol Surabaya kita pun melanjutkan ke Museum Kapal Selam yang buat gue geleng-geleng kepala lagi saking jarangnya ke museum yang berpondasi aneh haha, biasanya museum yang gue sambangi adalah bekas kantor administrative atau rumah-rumah yang ini bentuknya Kapal Selam, beneran.
Nih foto-fotonya :













Tujuan 5 : Paper Cup Coffee


Lyke Jakarta, di Surabaya juga banyak banget coffee shop menjamur. Salah satunya ini nih yang kata temen gue favorit segala bangsa, yang punya tagline “Dikocok lebih enak” asolele joss..

Dan gue akuin minumannya seger bener (apa karena gratis ya makanya enak? haha)

Tujuan 6 : Depot Sambal Bu Rudy

Tahu dong sambal Bu Rudy yang tersohor itu, nah kali ini gue cukup beruntung bisa berkunjung langsung ke tokonya dengan jejeran ala ala bu Rudy banget deh gue beli 2 botol sambal Bu Rudy dan bekal untuk perjalanan panjang Surabaya-Bekasi.

Singkat cerita, akhirnya kita tiba di stasiun tepat 11.30 wib. Beruntungnya karena jalanan Surabaya ampun-ampunan macetnya, jelas sih macetnya gegara lampu merah dibanding Jakarta yang kadang gue bingung kenapa bisa macet.

Jam 12.00 wib pun tiba kereta pun datang. Time to go.

Untuk perjalanan jauh ini adalah pertama kalinya gue ngelakuin solo travelling. Dari target awal pergi ke Titik Nol Indonesia hingga akhirnya karena berbagai hal pindah haluan ke Banyuwangi,
Dari punya temen untuk pergi ke Banyuwangi hingga akhirnya dia enggak bisa dan akhirnya gue beraniin diri pergi ke Banyuwangi seorang diri setelah memastikan kota ini ramah traveler.

katanya titip promosi nih kawan bisa follow di IG nya @nab_beel

Apakah gue puas?

Daripada puas gue bahagia. Terlalu banyak orang baik yang Tuhan kasih hingga rasanya lebih dari syukur, terlalu banyak pengalaman yang Tuhan beri hingga gue tersenyum bila memikirkannya.
Gue belajar batasan-batasan yang bisa dilakukan seorang diri, bahwa ada masa dimana kita harus bisa menahan diri, tidak termakan ego dan mendengarkan kata hati,
belajar dengan ketakutan yang dimiliki, bersikap ramah dengan tetap waspada sangat diperlukan.
belajar bahwa apapun yang dilakukan akan selalu balik lagi ke diri sendiri, dimana gue harus terus belajar menghormati dan menjunjung tanah yang dipijak hingga mereka pun menghormati gue sebagai pengunjung yang perlu banyak arahan.
belajar selalu melakukan riset mendalam mengenai tempat-tempat yang gue kunjungi dan bersikap awas terhadap lingkungan sekitar.
Pada akhirnya gue belajar mendengarkan kata hati dan mengenal batasan-batasan diri sendiri hingga paham mana yang bisa gue lakuin sendiri dan mana yang harus minta bantuan.

Dan berapa yang gue habiskan selama ada disana, langsung cekidooott :

 

No comments:

Post a Comment