Solo Travelling : Banyuwangi Bagus (Part 1)


Sore kawan,
Sayup-sayup terdengar suara musik gandrung disela-sela suara announcer stasiun Pasar Senen. Ya, gue sedang mendengarkan musik gandrung khas Banyuwangi untuk meresapi perjalanan ke Banyuwangi.

Rabu, 11 September 2019
Perjalanan dimulai dari Stasiun Pasar Senen ke Lempuyangan jam 21.30 malam, gue memilih perjalanan malam ke Lempuyangan dan bukan Stasiun Pasar Gubeng guna menghemat waktu, so buat kalian yang mau lebih menghemat waktu bisa nih milih tujuan Lempuyangan.

Sebentar duduk datanglah seorang gadis penghuni bangku sebelah, mencoba ramah gue menjulurkan tangan lalu dilanjut obrolan dan nonton bareng sampai dia turun di Stasiun Purwokerto, gadis itu namanya Novi, dari Purwokerto ke Cikarang mau cari kerja. Well, baiknya ketika gue sampe di Banyuwangi dia DM (kebetulan gue demen banget tukeran IG) nanyain udah sampe Banyuwangi, ah carenya si dedek emesh satu ini~


Kamis, 12 September 2019

Jam 05.55 wib kereta memasuki stasiun Lempuyangan, lega luar biasa bisa menyelesaikan perjalanan pertama. Dengan mentari hangat gue berjalan-jalan sebentar disekitar stasiun Lempuyangan sekalian meluruskan kaki dan pinggang. Perjalanan sesungguhnya akan segera dimulai dan gak boleh nih kaki sampe kaku.

Jam 07.00 wib Stasiun Lempuyangan-Stasiun Karangasem berangkat. Go Go!

Ah iya, sedianya gue melakukan perbekalan dengan 3 nasi bungkus beserta lauk teri dan nugget khusus disiapkan dari rumah. Tapi buat yang no ribet-ribet bisa beli makanan di Kereta seharga 30.000 per pcs dengan berbagai macam varian dan rasanya kayaknya enak (gue cium dari baunya sih, haha).

Perjalanan ini 8,5 jam atau kurang lebih gue bakal tiba di Stasiun Karangasem-Banyuwangi sekitar jam 20.34. Satu kali gue pergi ke gerbong makan untuk makan bekal, eh ternyata gak boleh makan disitu kalau enggak beli alhasil gue numpang duduk sebentar, tanggung udah nyampe gerbong makan sepi juga ya udah gue duduk aja disebelah bapak-bapak yang makan sendirian. Bapak-bapak ini hendak pergi ke Probolinggo melepas rindu pada istri dan anak, beliau ini seorang entrepreneur dan kebetulan bagai daun kelor dia bekerjasama dengan perusahaan gue juga. Lah sempit ya dunia.. wekekek..

Perbincangan berakhir ketika gue diusir karena ada yang mau makan dan yasudah akhirnya melalui perbincangan satu jam bersama beliau gue pamit undur diri balik ke gerbong dan makan disana.

Bila di perjalanan sebelumnya gue ditemani seorang gadis dan bangku kosong disebelah, kali ini gue ditemani pasangan kasmaran yang duduknya berhadapan (ceweknya salah beli tiket jadi mereka duduk kepisah, si cowok duduk disebrang euy). Mereka berdua hendak pergi ke Bali lewat jalur pelabuhan Ketapang dan sebelum menyebrang malamnya akan nanjak Ijen dulu. Terlintas untuk ikut tapi mereka gunain open trip, mereka dapet harga promo 100.000 IDR dari harga asli 300.000 IDR. Ragu karena mengeluarkan budget segitu gue pun mengurungkan niat untuk ikut.

Gue bertukar banyak cerita sama cewek yang kebetulan lagi semester 7 di salah satu perguruan tinggi Yogyakarta. Aslinya dia tinggal di Sulawesi dengan pantai-pantainya yang mempesona banget. Nah kan asik ya, siapa tahu gue ada rezeki ke daerah Sulawesi bisa nyambangin pantai-pantai disana.

Banyak bercerita sampai bangku didepan gue akhirnya terisi oleh seorang bapak-bapak dan anak muda disebelahnya. Kami bertiga pun kembali bertukar cerita, si bapak dan anak muda itu akan turun di Stasiun Glenmore dan dari mereka gue mencoba bertanya-tanya mengenai keadaan di Banyuwangi. Yaaa biasanya kan sudut pandang orang asli suka beda sama cerita musafir yang gue baca dari setiap blog.

Si bapak pulang dari pergi seminar di daerah Surabaya dan si anak muda itu pulang dari dinasnya, dia anak STAN loh weh weh, kalau udah denger STAN merinding akutuh. Gak mampu otaknya soalnya haha..
Lewat Stasiun Glenmore gue habiskan dengan tidur sampe cewek semester 7 itu ngebangunin gue, Puji Tuhan baiknya dia gue enggak kelewatan turunnya di stasiun Karangasem.

20.40 wib

Rasanya badan masih aja bergetar haha, pamit sama cewek itu gue pun segera mencari penginapan. Nah kali ini gue nginep di Rumah Singgah Banyuwangi, penginapan gratis untuk para backpacker.

Buat kalian yang mau travelling ke Banyuwangi dan niatan untuk menginap di rumah singgah gratis milik Mas Rahmat ini bisa langsung singgah di contact person yang tertera di IG @rumahsinggahbwi atau menghubungi nomor ini :
Mas Rahmat
0812-3197-3933

Saat ini tersedia dua bangunan, kalau dikamar gue sih ada 5 kasur dengan satu kasur muat sampai 2 orang. Kamar mandinya setengah alam alias setengah tidak beratap jadi seringnya kalau gue mandi sambil bengong dah tuh ngeliat bintang di langit Karangasem yang uapik tenan bro, betewe ini rumah singgah letaknya cuman 5 menit dari Stasiun Karangasem loh.

Ah iya, karena ini free dan merupakan rumah singgah jadi siap aja digabung sama backpacker lain yaa dan inget selalu jaga kebersihan gaes, karena kebersihan sebagian dari iman #halah.

Saat gue tiba di Banyuwangi, sekitar stasiun Karangasem lagi mati lampu dan gue menunggu sebentar di penyewaan motor yang lagi dijaga mas Luthfi. Kalau mau sewa motor disini cukup bayar 75.000 IDR per hari.

Nunggu sampe jam 21.00 wib gue diantar Mas Lutfhi ke penginapan yang letaknya dibelakang stasiun Karangasem dan berdekatan dengan reddoorz yang rancakbana bentukannya gerbong kereta.

Begitu sampai dan bebersih dengan lampu seadanya, jam 22.00 akhirnya lampu menyala. Nah begini baru keliatan nih yang sekamar sama gue siapa sih. Iya cewek dan cowok sahabatan. Mereka berdua lagi kuliah di Malang dan lagi liburan ke Banyuwangi. Ini malam terakhir mereka menginap disini sebelum besok pagi jalan-jalan dan siangnya balik ke Malang. Sebentar ngobrol kita pun saling ingat waktu untuk undur diri beristirahat.

Jumat, 13 September 2019

Seperti tidak mau membuang-buang waktu jam 05.00 wib gue udah bangun dan mulai bergerak untuk beberes.

Uniknya jam 05.30 disini udah mulai terang nih, karena berdekatan dengan Pulau Bali maka kalau di Banyuwangi berasanya itu jam WIB rasa WITA, adzan pun berkumandang lebih cepat. Soale biasanya kalau di Jakarta gue ngegunain adzan sebagai patokan jam berapa sekarang meski gue juga kagak sholat sih haha..

Jam 07.00 akhirnya gue kelar beberes dan bersiap jalan, pas buka pintu ada segerombolan laki-laki,
Cowok 1: “Misi mbak, mas Rahmatnya dimana ya?” gue mikir dulu, gue aja belom ketemu sama yang namanya mas Rahmat

Gue: “Belum liat sih daritadi, coba ke penyewaan motor yang didepan” gue jawab dalam hati beneran gue gatau yang mana orangnya

Cowok 1: “Nah itu, kita aja disuruh kesini”

Gue : … coba coba gue mikir dulu, blaarrr …
Sampe akhirnya sih teriak teriak mas Rahmat meski gue gatau yang mana orangnya eh dari kamar sebelah keluarlah seseorang dimana gue juga masih gak yakin itu orangnya bukan haha..
Cowok itu duluan yang ngenalin dan bilang

“Mas Rahmat saya…..”

dan gue pun ikutan,

“saya Christina mas baru dateng tadi malem….”
Percakapan singkat lalu gue undur diri untuk pergi ke tujuan pertama sembari berfikir, apakah ini jodohku untuk naik ke Ijen? haha..

Rupanya percakapan tidak berhenti disini, ketika gue mau minjem helm ke penyewaan gue kembali ngobrol sama Ibunya Mas Rahmat, beliau ini asik juga diajak ngobrol ibaratnya inget Mama dirumah, persis begini gaya ngobrolnya.

Sampai ada cowok yang nongkrong di depan Penyewaan motor menanyakan penginapan dan sewa motor. Nah cowok ini hendak ke Taman Nasional Alas Purwo, gue sendiri enggak memasukkan Taman Nasional Alas Purwo ke Itinerary karena udah dihimbau sama temen agar tidak kesana, ya gue sih percaya aja lagian juga jaraknya jaooh..

Cowok ini hendak pinjem motor tapi cuman sehari, awalnya gue menawarkan diri untuk berbarengan aja kalau memang dia mau mampir juga ke Pantai Merah tapi entah karena satu dan lain hal akhirnya ya gak jadi, waktu gue nyambung obrolan sama Ibunya Mas Rahmat pun, beliau bilang,
“enggak mau, saya juga enggak mau maksa deh”
Ya sudah akhirnya gue pamit dan melanjutkan perjalanan.
Tujuan 1 : D’Jawatan Benculuk

Menaiki matic istimewa dengan helm tanpa pengait ditemani suara mbak-mbak gmaps, gue dan matic istimewa pun meluncur dengan mulus ke SPBU, iye sebelum beranjak pergi kita ke kasih makan dulu nih motor.

Bisa gue bilang suasana Banyuwangi ini kayak daerah Jawa kebanyakan dengan jalanan super lengang kayak di Belitung, bedanya kalau di Belitung cuman bisa nemuin 4 SPBU besar dengan antrian parah kalau disini SPBU tersedia dalam jarak wajar.

Asik berkendara tiba-tiba perut meraung lapar, kebetulan melewati pasar baru rogojampi dan mampir beli soto didepannya seharga 13.000 sudah bersama minum. Kelar makan dan kenyang gue pun melanjutkan perjalanan yang diperkirakan 30 menit lagi itu. D’Jawatan baru buka jam 08.00 wib dan gue memperkirakan sekitar jam 08.30 baru sampai di sana.

Bener aja jam 08.30 gue sampe. Dengan harga tiket cuman 7.000 IDR gue pun siap menjelajah D’Jawatan yang kalau kata orang kayak hutan di film Lord Of The Rings atau ada yang bahkan bilang dunia lain.







Hutan milik perhutani yang kemudian dialihfungsikan menjadi tempat wisata ini sebetulnya tempat penyimpanan kayu dari pohon trembesi atau kalau di Indonesia biasanya punya nama Ki Hujan, Pohon Hujan dengan tajuknya yang besar itu dan kemampuan menyerap air yang sangat tinggi pohon ini sering banget meneteskan air makanya terdapat beberapa warning kalau hujan besar tidak diperbolehkan berteduh dibawah pohon ini.

Nah karena akarnya yang kuat, lebar dan berpotensi merusak jalanan dan fasilitas umum lainnya pohon ini bukan rekomendasi yang tepat ditanam dipinggir jalan.

Disini Pohon Trembesi seperti mendapat tempatnya dan gue seperti mendapat tempat untuk berswafoto dengan epik. Wekekek.

Begitu masuk kalian akan disambut kafe yang juga dikelola pihak perhutani lalu rumah pohon, bangku-bangku kafe yang otentik. Di jalanan besar kalian akan melihat delman yang bisa digunakan untuk mengeliling D’Jawatan seharga 10.000 IDR per orang. Lalu disisi lain ketika kalian menyusuri D’Jawatan kalian akan menemukan Pohon Trembesi dengan dahan melengkung yang biasa digunakan untuk foto-foto.

Hanya sekitar 30 menit gue habiskan untuk berkeliling, 15 menit untuk bermain ayunan dan 15 menit untuk menatap khidmat pohon-pohon peneduh yang saling bergesek riang menimbulkan suara-suara khas tak lama kafe pun mulai memutar musik, seakan tidak mau beranjak waktu akhirnya menyadarkan.

Perjalanan harus dirajut kembali, gue pun siaga memasang headset dan menyetel maps ke arah Taman Nasional Meru Betiri.

Tujuan 2 : Taman Nasional Meru Betiri - Teluk Hijau (Green Bay)


Enggak seperti yang gue harapkan, perjalanan mulus kayak pantat bayi, perjalanan ke Taman Nasional Meru Betiri hanya setengahnya mulus, setengahnya lagi? Bersiaplah untuk off road. Serius.

Dengan batu terjal kanan kiri gue harus ekstra hati-hati, salah-salah atau ngegas tanpa perhitungan bisa nyebabin ban motor minimal bocor atau jatoh.

Lega ketika ngeliat gerbang Taman Nasional Meru Betiri, rasanya tuh ya kayak disiram Ichi Ocha udah lega haus lagi, persis kayak gitu. Karena perjalanan ke Teluk Hijau pun sama parahnya.

Gue offroad dengan matic, kurang keren apa coba gue.

Awalnya gue mau ke Pantai Sukamade buat ngeliat penyu-penyu piyik yang uchul tapi apa daya itu terlampau sangat jauh dengan jalan lebih gila dan nanjak, matic pun dibilang tidak cukup kuat ditambah harus menginap didaerah sana karena penyunya hanya bertelur di malam hari.

Oke akhirnya gue hanya ke Teluk Hijau.
Dari Taman Nasional diarahkan untuk mengikuti plang dan terus sampai ketemu tulisan Parkiran Teluk Hijau.

Jalan ekstra hati-hati sesekali bertanya karena jarak gerbang ke parkiran lumayan. Menanjak ekstra sembari berdoa semoga enggak jatuh, akhirnya ngeliat plang parkiran. Udah lega? ini baru lega tahap dua gaes..

Karena dari parkiran kita diarahkan untuk trekking selama kurang lebih 20 menit. oh oke, trekking dengan beton gue pikir enggak ada masalah.

Begitu ngeliat trekkingnya dengan jalur awal nanjak gue agak nelen ludah. Abis tanjakan pasti turunan kan (keringat dingin) tapi ya udah sampe sini, puncak juga harusnya enggak curam-curam amat.





Pantai Batu
Aha, habis tanjakan terbitlah turunan. Ini seperti tantangan awal gue. Tanpa fokus terbagi sesekali gue duduk dulu lalu beranjak turun secara perlahan. Sesekali berhenti melihat laut dari kejauhan lalu turun lebih perlahan. Sampai akhirnya gue menemukan Pantai Batu dengan jalanan beton yang terputus, agak keki juga kalau masuk hutan yang kayaknya enggak pernah dilalui orang gue pun memutuskan menyusuri pantai batu yang panasnya naujubila (eh kan emang pantai yaa, haha).



Begitu ngeliat petunjuk tulisan Teluk Hijau, rasanya pengen lari sambil teriak-teriak ke arah pantainya.

Teluk Hijau ini sepiiii banget, persis kayak pantai privat!
Saat gue kesana cuman ada 3 bule yang lagi gegoleran sama 2 bule dengan 1 guide yang lagi asik maen air. Gue?

Pertama-tama yang gue lakuin adalah nyari batu buat senderan handphone dan swafoto haha, main air di bebatuan, nyusurin pantai dengan pasir putihnya. Air dinginnya ngebuat gue pengen banget berendem disitu lalu duduk dipinggir pantai sambil ngeliatin ombak. Disini harus hati-hati yaa karena monyet-monyet berkeliaran.


  
 “Sendiri aja kamu” sapa si bapak guide sambil nepok pundak gue dengan keras, sebenernya lebih kaget ditepok daripada disapa sih,
“Iya pak” jawab gue berusaha nutupin rasa kaget dan waswas (tiba-tiba aja alarm waswas gue berbunyi)

“Tadi kamu lewat hutan itu?” si bapak lanjut ngomong, gue ngangguk

“Ini nganterin dua bule, mereka udah mau pulang sih. Mending kamu sama kita naik kapal, kasihan cewek sendirian jalan lewat sana” (nunjuk ke hutan arah gue trekking) awalnya gue ragu. Kentang banget berangkat free pulang bayar.
Sambil nontonin ombak sambil mikir, lama-lama hanyut buaian ombak sampe tertidur sebentar lalu bangun dan nyamperin si bapak.
“Maaf pak, saya enggak enak kalau bareng, bayar juga. Jadi saya trekking aja” jawab gue

“Enggak papa, udah kamu tinggal naik aja” gak lama ngomong begitu dari kejauhan kapalnya sudah datang. Ya pada akhirnya gue pun naik kapal itu.
Sedikit cerita dari Taman Nasional Meru Betiri ini, disini ada 3 Pantai yang pertama Pantai Rajagwesi lalu Pantai Teluk Hijau disusul Pantai Sukamade paling jauh dan merupakan penangkaran Penyu juga. Disini banyak satwa dan tumbuhan langka salah satunya Bunga Bangkai yang tiap gue kunjungi di Kebun Raya Bogor selalu nguncup (emang selalu sial).

Kalau trekking bonusnya Pantai Batu kalau naik kapal bonusnya pemandangan super dari gugusan tebing dan luasnya lautan. Wagelasih gue merasa lucky banget karena bisa trekking sekaligus ngerasain naik kapal.

Naik kapal sendiri berangkat dari Pantai Rajagwesi dengan harga PP 35.000 IDR dan sekali jalan 25.000 IDR. Begitu sampai ke Pantai Rajagwesi si bapak ini juga yang antar gue ke atas parkiran Teluk Hijau sampe ngebayarin parkir gegara ngeliat gue ribet banget cuman nyari uang goceng buat parkir. Super bangetlah pokoknya.

Sampe gue ganti uangnya pun dia enggak mau, dia bahkan nawarin makan di rumahnya dan terpaksa gue tolak karena harus jalan ke Pantai Merah, akhir kata gue cuman bisa doain yang terbaik sama bapaknya.
"Eh kamu baliknya sama si bapak, tadi temen kamu baru aja balik” sapa si penjaga parkir Teluk Hijau. Gue mikir mikir mikir, temen mana ya.. perasaan gue enggak bawa temen

“Siapa ya? temen yang mana” gue menyahut dengan raut bingung

“Itu temen kamu, kayaknya kalian selisih jalan pas di pantai batu. Makanya enggak nemu” dia melanjutkan pembicaraan

“Siapa ya, saya sendiri kesini..” gue meyakinkan,

 "Katanya satu penginapan” jeng jeng terjawablah sudah yang dia maksud temen itu adalah si embak dan si emas yang kuliah di Malang, gue pun tertawa dan mengatakan bahwa sayang sekali tidak bertemu.
Mendadak gue merasa begitu familiar dengan Banyuwangi, gue berasa pulang ke kampung halaman untuk bernostalgia dan begitu banyak orang yang gue kenal.
Ah iya usut punya usut kenapa si Bapak bisa sebaik itu gue temuin jawabannya ketika nongkrong di pos Taman Nasional Meru Betiri. Jadi ketika gue mau balik, gue sempetin buat duduk santai di Pos Taman Nasional Meru Betiri karena sadar perjalanan panjang lagi euy. Tapi ya obrolan yang dibuka sama bapak-bapak penjaga gerbang taman nasional kalau gue inget-inget agak buat bergidik juga.
 "Loh udah pulang, nyasar gak?” tanya si bapak 1 (di pos ada dua bapak dan satu embak)

 "Enggak dong” jawab gue bangga, padahal sesekali gue tanya lebih-lebih gue muter ke pantai rajagwesi dulu haha

“Kamu trekking, digangguin gak?” tanya si bapak 2

“Enggak pak, penghuninya baik-baik” jawab gue mantep, padahal mah ya itu aja gue fokus seratus persen buat turunin puncaknya

“tapi pulangnya ada bapak baik banget, nawarin buat naik kapal. Si bapak anu (maaf gengs gue lupa nama bapaknya). Kalau dia enggak nawarin saya enggak bakal tahu kali kalau gugusan tebing disini bagus banget!” gue cerita berapi-api persis kayak cerita ke temen yang belom pernah ke Teluk Hijau padahal gue ceritanya sama yang jaga taman nasional loh

“Oh si bapak itu emang baik orangnya dek, dia lagi cari istri buat dua anaknya. Anaknya kan ada tiga tuh, semuanya cowok. Anak pertamanya udah nikah tinggal sama istrinya diluar kota, ya anaknya semuanya cowok juga. Makanya dia tuh baik banget biar cepet mantu” deg.. jangan-jangan gue diajakin makan dirumah dia buat dijadiin mantu, aseli sih pengen ngakak jadinya.

Si bapak itu juga bilang kalau main ke Teluk Hijau atau mau ke Pantai Sukamade tinggal bilang sama dia ditambah sama mbak penjaga Taman Nasional kalau mau kesana hari minggu dia siap ajak keliling, duh kan gue berasa pulang kampung deh, haha..

Ah iya buat kalian yang hendak ke Teluk Hijau. Saat ini akses menggunakan kapal hanya bisa menuju ke Teluk Hijau, kalau ke Pantai Sukamade sendiri dengan gugusan tebing yang lebih sadis dan ombak yang enggak bersahabat karena langsung menghadap selat Bali, kapal enggak bisa merapat kesana.

Jika kalian bawa rombongan atau mau langsung dapet kapal untuk menuju ke Teluk Hijau kalian bisa ngehubungin Vian nih, Vian ini ponakan si bapak baik itu. Yaaa itung-itung gue enggak bisa ganti duit gue bisa bantu promosi kapal Vian. Nih bisa hubungi kesini :
VIAN – TELUK HIJAU
0856-0759-9296
Kelar ngobrol di Pos Taman Nasional Meru Betiri gue pun pamit pergi ke Pantai Merah.

Betewe ya begitu masuk Taman Nasional Meru Betiri babar blas gue enggak dapet sinyal. Jadi gue gak paham orang-orang disini tuh pake provider apa biar bisa dapet sinyal gitu.

Tujuan 3 : Pantai Pulau Merah (Red Islands)



2 jam perjalanan akhirnya sampe di Pantai Pulau Merah, kayaknya emang bahagia banget ngeliat pantai.

Begitu parkir gue langsung minta tolong orang lewat buat fotoin, ah iya. Kalau di D’jawatan dan Pantai Merah banyak orang wara wiri dimana gue bisa minta tolong foto beda kalau di teluk hijau dimana gue kudu nyari batu atau apapun yang bisa gue pake buat bisa foto dengan tangan bebas.


Dilanjut keliling sembari nyusurin garis pantai yang panjangnya naujubile, begitu kaki cukup lelah gue pun makan bakso dipinggir pantai sembari membayangkan es kelapa. Padahal si kelapa tinggal dibeli tapi kayaknya masih ada aktivitas yang kurang yang belum membutuhkan si kelapa.


Di Pantai merah ini ada tempat duduk tenda yang sewa per jam 20.000 ya gaes, jadi kalau kalian mau leha-leha enggak berpasir bisa nih nyewa disini.

Kelar makan gue pun melanjutkan aktivitas memandang ombak dengan lagu indie syahdu sembari menunggu mentari terbenam dan pasir pantai memerah.

Gue akuin sih dengan langit yang kurang bersih karena terdapat kumpulan awan pantai merah aja masih cantik banget pas sunset enggak kebayang deh kalau langit lagi bersih. Ah, bisa pingsan kegirangan gue saking cantiknya.



jam 17.00 wib adalah waktu terbaik pantai ini, karena jam 17.30 wib mentari telah hilang dan gelapnya malam akan segera tiba. Jam 18.00 wib gue memutuskan untuk pulang. Kebetulan karena mata gue kurang awas kalau malam, gue berjalan cukup hati-hati. Perjalanan malam memang membuat gue kurang beruntung jadi yaa sembari menikmati, sebentar berhenti untuk sekadar meluruskan kaki atau membasuh mata agar cukup jelas melihat jalanan.

Begitu sampai di penginapan, kedua anak yang kuliah di Malang itu telah pulang berganti dengan tas yang ternyata punya Istri dan anak mas Rahmat, kita tinggal disatu kamar malam ini.

Anak penginapan sebelah pun udah pulang, gue beberes dulu lalu memberanikan diri ke kamar mereka. Sambil komat kamit berdoa mereka mau direpotkan buat naik bareng.

Jawabannya?
Mereka mauk! rasanya pengen joget-joget sambil salto euy. Ketemu mereka tadi pagi aja udah bersyukur eh beneran bisa bareng ke Ijen kok Tuhan baik #eaa..

Tapi ya mereka nanjaknya malam ini juga jadi gue dengan sigap mengiyakan. Soklah atuh kapan aja neng mah mauuk.

Ah iya sekali lagi gue denger dari si emas itu hal yang sama,
“Tadi saya ketemu temen mbaknya juga, dia mau naik malam ini”

…. gue kembali berfikir keras,

“Yang dari Malang?” gue tanya

“Jadi tadi pas ke penginapan dia bilangnya, saya temennya Christina. begitu. Dia mau naik juga malam ini” sesungguhnya gue masih berfikir sampai dia bilang

“tadi pagi katanya ketemu didepan penyewaan motor”, oalah si cowok yang dari Padang backpackeran, mampir sebentar ke Banyuwangi mau ke Lombok.

“Temen..” rasanya pengen ketawa loh serius, karena di hari ini udah dua kali gue denger ‘itu temennya’, jadi berasa pengen jadiin Banyuwangi sebagai tempat pulang kampung
Kelar dari sana gue pun ke penyewaan mau memperpanjang sewa motor jadi dua hari lagi dan ngobrol sama mas Lutfhi, yaa sekadar bercerita mengenai gue pergi kemana aja.
Lucunya pas gue cerita makan bakso enak di Pantai Merah, mas Lutfhi ngeliatin gue.
“Mbak tahu gak itu bakso daging apaan” kata dia

“daging sapi?” jawab gue

“Kalau daerah Banyuwangi Selatan itu sapi mahal banget, jadi kadang mereka suka campur sama daging lainnya” sahut mas Lutfi

“wah babi?” anjay langsung refleks gue, saking udah lamanya gak makan babi

“eh bukan, daging tikus juga bukan, tapi daging kadal cicak dan lain-lain” kata dia

“Oooh, kirain. Enggak papa, enak dan murah kok” haha.. hina banget emang gue, habis saudara di Magelang juga sering ngajakin makan mulai jangkrik, kelelawar dan konco-konconya. Jadi ya rasanya gue biasa aja makan begituan.
Hari ini pun ditutup dengan gue makan nasi rawon yang terletak disebelah penyewaan motor dan ternyata mehong cin, murahan sebelahnya lagi.



Lalu istirahat agar jam 23.30 wib bisa bangun dengan segar.

So, gimana akhirnya gue sampe naik dan apakah menemukan api biru dari kawah Ijen, tetep stay tune ya kawan!

21 comments:

  1. Ya ampe mbak keren banget. Aku sekarang udah ga punya nyali solo traveling. Pernah ke Jakarta sendirian itupun karena tugas hahahahaha. Faktor umur kali ya

    ReplyDelete
  2. Banyuwangi ini destinasi favorit aku bangeeett!
    Pantainya kece kece
    hutannya warbiyasaakk
    Makanannya? SAYA SUKA SAYA SUKA
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  3. Kece banget sih mba...backpackeran, sendiri pula ���� keren juga Banyuwanginya, bisa buat next destination ��

    ReplyDelete
  4. Banyuwangi penuh pesona, saya pertama kali baca kisah petualangan tentang Banyuwangi dari majalah "Intisari", sekarang bisa mengetahui lebih banyak tentang sisi lain alamnya yang luar biasa. Senang bisa lihat foto pantainya.
    Mbak luar biasa pemberani trekking sendirian. Sekarang saya mana berani lagi gitu, gak pernah trekking ke tempat asing, paling di kampung sendiri doang.
    Biaya untuk solo travekung berapa?

    ReplyDelete
  5. Wow banyuwangi ternyata indah juga ya.. banyak tempat menarik dan sayang jika dilewatkan.. kesini emang enaknya solo traveling atau bersama sahabat ya.. kalo ajak anak anak seperti kurang pas ya.. duh jadi pengen ke banyuwangi deh

    ReplyDelete
  6. Seru bgt kayaknya solo traveling kayak gini, memang niatnya harus dikuatkan ya biar bisa ke mana2 saat traveling dan selalu posthink sama org2, btw ceritanya mantul mba :)

    ReplyDelete
  7. Mba boleh kasih saran ga? gambarnya digedein karena cakep-cakep viewnya agak kurang greget liatnya kalau dikecil-kecil ini mah saran dari aku hahaha...btw Banyuwangi indah juga ya jadi inget cerita viral kkn desa penari :p

    ReplyDelete
  8. Huwaa...asik banget explor Banyuwangi. Banyak juga tempat asik di Banyuwangi ya. Denger denger Banyuwangi ini masuk salah satu wisata halal, bener gak sih?

    ReplyDelete
  9. Baca ini berasa banget keseruannya. Asik ya explore banyuwangi, aku udah parno duluan kirain bakal nulis tentang desa penat juga haha dasar ya aku

    ReplyDelete
  10. naik sri tanjung ya mba ke karangasem? lempuyangan kenanganku di bulan kemaren, nanti mau nyoba juga ke banyuwangi

    ReplyDelete
  11. Aku tuh nggak pernah ke tempat di Banyuwangi yang sekece ini. Pantainya emang indah-indah banget. Dan kayaknya ini bisa jadi salah satu tujuan wisata aku selanjutnya

    ReplyDelete
  12. Banyak tempat menarik ternyata di Banyuwangi serasa ikut berpetualang, ets tp aq gak berani Solo Traveling kak ad tips gak hehehe

    ReplyDelete
  13. Tahun 90an dulu udah pernah nih ke Meru Betiri, tapi yang di Pantai Sukamade, yang ada penangkaran penyu. Jalurnya luaaaarrr biasa. Jauh dan bikin otot-otot kuat karena tracknya sangat extreme. Nggak tau deh kalau sekarang mungkin udah lebih bagus lagi kalik ya.

    ReplyDelete
  14. Huaa asyik banget ya tempatnya dan baru tau ada pemandangan laut kaya gitu disana, duh semoga secepatnya bisa kesana juga.

    ReplyDelete
  15. Banyuwangi bagus banget dan ternyata banyak tempat wisata ya mbak. Ada laut juga yang bisa didatangi, yup jadi pengen ke mari mbak.

    ReplyDelete
  16. Serunya perjalanan naik kereta api adalah berinteraksi dengan sesama pengguna moda transportasi masal ini. Banyak kisah, cerita dan pelajaran yang mengandung hikmah.

    ReplyDelete
  17. Aku Ke Banyuwangi numpang lewat doang Mba kalo ke Bali
    pengne bisa explore tempat-tempat lain, seperti ini juga. Menyenangkan ya mba bisa mengunjungi tempat yang belum pernah kita kunjungi karena banyak kisah di dalamnya

    ReplyDelete
  18. Beneran eksplor Banyuwangi mbaknya hehe. Aku penasaran bgt ke D'Jawatan. Pgn bgt kiat pohon yg unik spt itu :)

    ReplyDelete
  19. Aku jadi kangen main di Banyuwangi nih...
    Aku ingin balik ke sana buat main ke Baluran karena sebelumnya gak kesampaian ke sana :D

    ReplyDelete
  20. Aku pengeeen deh ke Banyuwangi.. banyak baca dan cakeeep banget ya katanya. Gotta go here soon

    ReplyDelete