Trisuci (?) Waisak

Tanggal 15 Mei 2014 adalah Hari Raya Waisak, dan semua yang berstatus pelajar juga tau hal ini, sesuatu yang didambakan dan telah lama dinanti-nanti, mungkin agak berlebihan, tapi asal tau aja depan rumah gue pun gak luput dari anak-anak kecil kisaran SD yang duduk-duduk atau bercanda (dan sama sekali gak ada yang maen petak umpet atapun galaksin! dasar anak jaman sekarang) selain mereka duduk-duduk jelas mereka juga jajan di Warung Ayu Sederhana yang untungnya sesederhana orangnya (itu gue) #haseek.

Awalnya gue cuman mikir Ah, Waisak.. Ah, Tahun Baru (lagi)... tapi ketika ngeliat berita bertebaran gue jadi inget bahwa Waisak gak cuman Waisak, ada pelepasan lampion di Borobudur yang selalu gue impikan untuk bisa langsung hadir disana, ada bulan penuh yang cantik banget di hari raya Waisak, itu adalah moment termanis menurut gue, dan terakhir ada liburan dan ngaso dirumah. wekekek..


Yang mengusik pikiran gue berikutnya adalah kenapa Waisak atau Vesak ini mencantumkan Trisuci, apakah Trisuci ini, mengapa dinamakan Trisuci? Kalo di Katolik juga dikenal nih 3 hari suci yakni Rabu Abu, Kamis Putih dan Jumat Agung. Nah kalo di Buddha dengan Waisaknya apa yaaa arti Trisuci ini..

Ternyata googlingnya gak sesulit pertanyaannya, beberapa artikel sudah merilis jawaban dari pertanyaan itu.
Jadi Trisuci pada Waisak adalah peristiwa penting, pentingnya bagaimana dan kenapa, monggo dibaca ::
  • Peristiwa pertama adalah : Kelahiran dari Pangeran Sidharta, dimana Dia lahir kedunia sebagai Bodhisatva (Calon Buddha, Calon Seseorang yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi). Beliau ini lahir di taman Lumbini pada tahun 623 sebelum masehi.
  • Peristiwa kedua adalah : Pencapaian Penerangan Sempurna dari Pangeran Sidharta, dimana pada usianya yang ke 29, Beliau mencari kebebasan dengan menjadi Pertapa yang kemudian pada bulan purnama Beliau mencapai Penerangan Sempurna dan mendapat gelar sang Buddha
  • Peristiwa ketiga : Pencapaian Parinibbana dari Pangeran Sidharta yang wafat ketika menginjak umur 80 tahun. Semua mahkluk hidup dan para anggota Sanggha bersujud sebagai tanda penghormatan terakhir kepada Sang Buddha.
Jadi Trisuci ini bisa dikatakan perjalanan hidup dari Pangeran Sidharta yang bergelar Sang Buddha, mulai dari lahir-penerangan-wafat. Semua terangkum menjadi satu dan dirayakan pada hari yang sama sebagai peringatan selain kepada Sang Buddha juga sebagai peringatan untuk munculnya agama Buddha sendiri.
Nah makna-makna yang tersirat dalam Hari Raya Waisak ini gak kalah pentingnya dari 3 peristiwa dalam Trisuci.
Kayak dikutip dari Dhammapada
 "Kebencian tidak akan selesai jika dibalas dengan kebencian, tetapi hanya dengan memaafkan dan cinta-kasihlah maka kebencian akan lenyap"

Ah indahnya bukan kalimat dari Dhammapada? ini menyatakan bahwa ketika Waisak setiap manusia diharapkan dapat merenungi segala perbuatannya dan setiap saat selalu hidup dengan cinta kasih tanpa kebencian.
Cinta Kasih

Hal ini memang gak cuman dinyatakan dalam Buddha saja, tapi juga dalam setiap agama, Cinta Kasih adalah poin penting dalam kehidupan sosial sebagai manusia baik dari segi tingkah laku sampai tutur kata, maka tak salah bila sebagai manusia juga merenungkan hal ini, bagaimanakah perbuatan selama ini? sudah cukupkah kita memberikan Cinta dan bersifat Mengasihi.
Toleran dan tidak mencela satu sama lain, menjaga mulut dan tingkah laku pun termasuk kedalam Cinta Kasih. 
Jadi sudahkah kita mencintai dan mengasihi?




Sumber :
http://odebhora.wordpress.com/2011/05/17/waisak-hari-raya-yang-menyucikan-hati-dan-pikiran/
http://id.wikipedia.org/wiki/Waisak
http://viharadhammasasana.blogspot.com/2009/04/makna-hari-waisak.html

No comments:

Post a Comment