Satu Hati Satu Kehidupan



Ketika usia sudah semakin meninggi dan kurasakan aku menginginkan orang yang serius padaku,
bukan hanya ingin mengencaniku saja namun juga ingin hidup bersamaku.
Gadis di usia cukup menikah memang lebih rentan yaa..

Kadang aku berfikir begitu sembari membereskan pekerjaanku dan melihat banyak pasangan berlalu lalang. Aku tidak mengharapkan muluk-muluk, hanya seseorang yang bisa menerima dan bisa kuterima apa adanya.

Dia yang kini akhirnya bersamaku pun bukan seseorang yang aku harapkan statusnya. Kami berkenalan melalui media sosial. Awalnya hanya sebuah kekeliruan.
Dia berfikir aku menyapa duluan, aku hanya memaklumi bagaimana dia yang pertama kali memakai aplikasi itu bertindak demikian.
Awalnya tidak ada pengharapan, respect dan apapun itu. Rasaku masih menjadi rasa sendiri dan dia sama sekali bukan apa yang aku perkirakan.
Kami mengobrolnya pun layaknya teman biasa, tidak berbau asmara ataupun mengarah ke arah yang serius.

Sampai dipertengahan obrolan aku dan dia, aku menemukan seseorang yang lain yang ingin memilikiku.
Ya, sang kakak kelas yang tiba-tiba hadir datang menyapaku lalu membuat hati ini kasmaran.
Katanya dia mulai merindu padaku, hatinya mulai menganggapku.
Kukatakan ya pada sang kakak kelas dan aku mulai merajut asmara itu.

Kupikir sang kakak kelas akan menjadi pelabuhan terakhirku,
Kupikir sang kakak kelas akan ada untukku, tidak hari ini ataupun besok tapi sampai akhir hidup.

Namun hal mengejutkan datang seperti badai ditengah laut tenang.
"Kini rasaku sudah biasa, bolehkah kita mengakhiri hubungan ini?"
Entah bagaimana cara berpikirnya, aku mengenalnya cukup lama namun hubungan yang terajut belum sampai bulan menampakkan purnama dan sang kakak kelas mengatakan rasanya sudah biasa.
Hatiku sakit dan aku hanya bisa mengulas senyum dalam hari-hari yang kujalani.

Takdir Tuhan memang tidak ada yang tahu dan aku hanya bisa berdoa pada sang Kuasa bahwa apa yang kuinginkan bisa kudapatkan meski aku harus sabar dengan keinginanku. Aku hanya ingin lelaki serius yang mendampingi hidupku, sekarang nanti sampai Tuhan memisahkan.

Dia yang awalnya kuabaikan, yang awalnya tidak kutoleh sama sekali hatinya, ternyata berusaha mengetuk hatiku, setelah hubungan yang gagal dengan sang kakak kelas dia datang kembali.
Lambat laun, dari obrolan singkat menjadi obrolan panjang, dari obrolan sekedarnya menjadi curhatan bersama.
Sempat kuberfikir,
"Mungkinkah dia jodohku yang sebenarnya?"
Aku meragu, aku tidak meyakininya namun bolehkah aku mencobanya Tuhan. Aku bertanya Tuhan menjawab.
Tuhan menjawab melalui bagaimana dia dan usahanya untuk terus menjaga komunikasi denganku.
Selang beberapa lama kami berhubungan dia mengirimiku pesan.
"Sedang di tempat kerjamu, kamu lagi di bagian apa?"
Sebaris kata membuatku tercenung. Sengajakah atau memang inginnya bertemu?
Aku dan dia bertemu.
Untuk pertama kalinya kami bertatap muka.
Dan dia bersama gadis lain.
Hatiku meringis, akankah hal yang sama mengenai patah hati terulang kembali?
"Kenalin keponakanku"
Satu tanya, satu jawaban dan kelegaan luar biasa yang kurasakan.
Apakah kamu tahu betapa hati ini sempat patah sesaat. Aku tersenyum, kami berbincang sebentar lalu dia undur diri.
Sempat ku berfikir apakah aku sudah menemukannya, meski aku sempat mengingatkan pada mantannya yang telah meninggalkannya.
Meninggalkan lelaki sebaik ini hanya karena perusahaannya sudah tidak berjaya.
Meninggalkan lelaki sebaik ini hanya karena sudah tidak sesuai keinginannya..
Kupejamkan mata, meminta Tuhan membimbing hati yang sempat limbung.
"Bantu aku, support aku. Aku hanya ingin bersamamu"
Sederet kata dengan kesungguhan yang serius dalam pertemuan kami yang kedua. Belum pernah kurasakan betapa aku dibutuhkan seperti ini. Namun yang lebih utama adalah bagaimana hatiku dengan tulus mendukungnya.
Aku tersadar hatiku telah menjadi miliknya dan dia hanya menginginkanku seorang.

Dengan segala kesulitan yang kini sedang dia rintis, dengan segala kesusahan yang dia tanggung. Dia ijinkan aku menjadi proses dalam hal itu semua.
Dia katakan akan melakukan hal dengan sungguh dan terbaik semampunya demi membuatku menjadi bagian dirinya. Membuat dua menjadi satu. Satu hati, satu kehidupan, satu kegembiraan karena dia ingin aku menjadi satu-satunya.

Dan setelah sekian lama aku menjalani bersamanya, dia yang selalu mengisyaratkan bahwa aku akan selalu ada dihatinya. Aku bertanya pada Tuhan.
Aku ingin bersamanya, namun kebaikannya kadang meluluh-lantahkan persepsiku. Aku ingin kita berkomitmen namun kebaikannya kadang membuatku meragu. Merasa limbung, bahwa aku akan menjadi bagian darinya di usianya yang sudah sangat cukup ini.
Tuhan belum menjawab, aku mengerti bahwa Tuhan ingin membuktikannya langsung melalui dia yang memang sudah ditakdirkan untukku.
Bahwa percayaku, segala doaku, pengharapanku dan kesabaranku akan membuat indah pada waktunya.
Kesabaran adalah keindahan, kita tidak mengerti kapan akan terjadi, mungkin saja saat kita sudah tidak bersabar ternyata sebentar lagi sudah selesai apa yang kita nantikan dan itu terwujud nyata.
Maka terus menerus kupinta pada Tuhan, aku diberikan kesabaran dari Tuhan untuk menanti hal-hal terbaik yang tengah Tuhan persiapkan.

Bukan begitu Tuhan?

Nb : Untuk seorang gadis manis polos dan gue suka ngeliat wajahnya! Seperti yang pernah gue katakan, hal-hal luar biasa dan baik akan selalu datang untuk orang baik. Dan beruntunglah lu adalah orang baik!

No comments:

Post a Comment