Keputusan Akhir.

Yah, pada akhirnya gue menulis disini juga.
Sekedar mengungkapkan kata-kata berbalut emosi sebenarnya ini (lalu nyetel One Ok Rock "Good Goodbye" sebagai backsound).

Kadang kita pikir hidup ini adalah sepenuhnya milik kita, punya kita hingga kita sampai pada titik dimana apapun yang kita lakukan semuanya adalah hak kita dan gak ada yang boleh ngelarang kita, karena kita adalah pemilik sah tubuh dan pikiran ini.
Ya, itu pun gak luput dari pemikiran gue, dimana gue yang udah menginjak dewasa memikirkan akan berbuat ini dan itu, bebas bergerak.
Tapi ya gak gitu.
Gue sadar dalam kehidupan gue ada batas batas.. kiri kanan.. atas bawah.. dan gue terlalu lelah untuk mendobraknya.
Apa ada campuran takutnya? iya, jelas.

Seperti menawar Tuhan, segala yang gue lakukan sekarang pun cukup sulit dilakukan meskipun terlihat bagi sebagian orang adalah hal yang paling sepele.


Gue punya banyak keinginan yang gak bisa ditampung dalam satu badan, dalam semesta pikiran, gue terlalu lelah bermimpi hingga ingin berbuat nyata. Gue terlalu lelah duduk berdiam tanpa berbuat.
Gue mau melakukan sesuatu, gue mau berbuat sesuatu.

Dan gue mulai memilih sebuah komunitas dibawah naungan KAJ, awal masuk ketika wawancara bayangannya berbeda dari yang gue kira. Mereka lebih dari menyenangkan, acaranya masuk dalam kepala gue bulet-bulet dan diliat dari sudut pandang manapun ini semua logis dalam pemikiran gue.
Malamnya gue bermimpi melakukan banyak hal bareng komunitas ini.
Ini bukan komunitas biasa dimana loe bisa seenaknya masuk tanpa ada seleksi dulu, bukan juga loe bisa mendobrak pikiran orang lain tanpa mempengaruhi pemikiran loe.
Gue pun dengernya bukan akhir-akhir ini aja tapi udah lama, karena angkatan sebelumnya ada yang berasal dari daerah gue.

Tapi besoknya kenyataan bahwa gue sudah terlanjur nyaman ngebuat gue harus nelen kenangan pahit sebelumnya, well ijinkan gue menceritakan hal sebelumnya pada kalian.

(Terlempar ke masa lalu)
Waktu gue masuk semester akhir di Kampus dan memikirkan masuk teater Jepang nyambi skripsi karena kalo cuman skripsi doang rasanya gue jadi mahasiswa pengangguran semester 9. Gue pun mulai memilah dan memberanikan diri untuk mengikuti seleksi teater Jepang yang lagi-lagi susah sekali untuk lolos.
Bermodal harapan kecil namun tidak pesimis dengan inti memberikan yang terbaik gue pun datang dengan gagah dan berani, berkenalan sana sini ketawa sana sini sampe tukeran nomor handphone sana sini.
DITERIMA. gue dan kebanggaan yang menyeruak lebih besar daripada harapan gue, diterima di teater Jepang yang sulit dimasuki merupakan kebahagiaan, bahkan bahagia itu menyesaki dada gue dan memenuhi nafas gue.
DITOLAK nyokap, dengan keras. Kukuh tak tergoyahkan ngebuat gue yang keras kepala tetap melanjutkan. Yaaa, pada akhirnya memang gue disadarkan bahwa kehidupan ini bukan punya gue, nyokap jatuh sakit. Nyokap pengen gue ngelakuin hal lain.
BERHENTI dan pergi ke Jepang dengan grup teater itu cuman angan-angan belaka, mimpi gue untuk berteater sekali saja pupus. 3 kali latihan bersama mereka sangat sangat menyenangkan, gue gak pernah nyesal masuk kedalamnya meski sampai sekarang gue masih sedih bila tahu gue gak sama mereka lagi.

(Masa kini)
Sekarang gue menguji diri tepatnya bahwa apa yang gue lakukan untuk mengembangkan diri akan diterima nyokap gue.
Seleksi di minggu kemarin, pengumuman di hari kamis, dan hari Jumat ini adalah konfirmasi apakah gue menerima kesuksesan atas kelulusan segala bentuk seleksi atau memilih mundur.
Gue belum jawab emailnya, gue mau menyelesaikan tulisan ini dulu. Tulisan yang biasanya menghantarkan gue pada keputusan yang bulat.

Gue gak berani menjamin bahwa gue gak menyesal dengan berhenti disini dan melihat temen yang tadinya gue paksa ikut tetep ngelanjutin (i'm really sorry dear, tapi gue tau loe bakal cocok banget disana).

Setelah pengumuman diterima, gue kasih tau nyokap.
DITOLAK. lagi-lagi atas apa yang mau gue kerjakan dan bayangkan.
Nyokap gak mau waktu gue habis dan gak punya waktu buat dirumah lagi, kumpul bareng keluarga, jalan bareng keluarga.
Gue berhenti dengan keras kepala bahwa gue akan maju terus apapun yang terjadi.
Tapi gue sadar, ketika nyokap menyatakan keberatannya, gue langsung berhenti ditempat, berputar badan dan melupakan hal-hal tersebut.
Gue mau berjuang, tapi gue inget gue cuman punya nyokap gue.
Gue mau melakukan sesuatu yang lain, tapi gue terlalu lemah untuk ngeyakinin nyokap gue bahwa dengan melakukan hal itu gue akan baik-baik saja.
Gue mau berbuat lebih, tapi gue mau nyenengin nyokap gue.
Dimana
Nyokap gue selalu mengantar kepergian gue ketika kerja,
Ketika dia menantikan kepulangan gue dan langsung banyak cerita, sedangkan gue cuman berdehem doang,
Ketika dia masak, ketika dia ngebahas tetangga mulu sampe gue enek, dengan setia bercerita dan gue dengan setia mendengarkan jarang menanggapi, ketika badan gue cape dan nyokap yang sakit, ketika gue sedih dan nyokap yang nangis.

Dulu gue pernah berjanji pada Tuhan, akan ngejaga nyokap gue, mewujudkan inginnya, tapi Tuhan jangan ambil dulu sampai gue punya anak.

Dasar gue membuat perjanjian itu sendiri ketika bokap gue meninggal dan firasat nyokap nyusul, gue tau nyokap gue yang kuat didepan selalu nangis tiap malam merindukan bokap gue.
Firasat gak enak ini ngebuat perjanjian dengan Tuhan.
Gue ikhlas Nyokap gue pergi, karena raga yang tiada bukan berarti hilang jiwa. Tapi tidak sekarang, ijinkan gue menikmati kebersamaan yang lama dengan nyokap karena Tuhan dengan bijak mengambil bokap padahal rasa sayang itu cuman gue alamin sebentar, gimana gue iri banget kepada mereka yang punya bokap. Yaah, jadi biarkan sayang nyokap gue saat ini buat gantiin rasa bokap gue yang hilang itu. 

Tapi janji ya janji meski kadang gue kebobolan tapi sejauh ini gue melakukan semaksimal mungkin, meski rasanya cukup sulit mengetahui bahwa apa yang kita perbuat dan kita ingini tidak selamanya harus kita lakukan, bahwa apa yang mau kita perbuat tidak selamanya harus terjadi.

Gue iri dengan kalian semua yang bisa berbuat seenaknya, tapi gue sangat bersyukur memiliki orang tua tunggal yang sungguh luar biasa, gue bersyukur pada bokap gue yang ngajarin gue keteguhan lewat sakitnya.

Tuhan memberi kekuatan dengan caraNya, dia memberikan hikmah kehidupan bagaimanapun caranya.
Menurut gue ada satu hal yang paling lucu, ketika jelas gue ditolak nyokap untuk melanjutkan komunitas dibawah KAJ itu gue ngobrol sama Tuhan :

Gue : Tuhan, benarkan ini jalan yang kau pilihkan untukku?
Tuhan tersenyum
Gue : Kalau iya, jangan biarkan rasa sedih karena tidak bisa bebas berbuat membebani diriku, membuatku menyesal, menjadikanku orang tua yang buruk dan memiliki dendam dimasa kini
Tuhan tersenyum
Gue : Tuhan dahulu ku berjanji padamu, maka ijinkan aku menambah inginku. Bahwa apapun yang berat bagiku dan berhasil kupenuhi maka pasangan dimasa mendatang adalah benar-benar pilihanmu Tuhan. Mencintaiku dan mencintaimu. Janji
Tuhan tersenyum
dan gue menangis

Biarkan gue menangis, 30 menit saja meratapi nasib bahwa gue gak bisa gabung dalam komunitas itu. Berikan gue 30 menit untuk rapuh dan jatuh ke dasar jurang. Agar di akhir 30 menit itu gue menyadari banyak hal penting. Agar setelah lewat 30 menit itu gue bisa tersenyum tertawa dan membuat kericuhan lagi.
Lucu ya..
Begitu manusia rapuh namun bisa bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih.
Ya, Tuhan. Aku siap, siap untuk menolak-menyiapkan diri menyesali-kemudian kembali berakivitas :)

2 comments:

  1. ya gitu.. emang rapuh, tapi semakin banyak jatuh... bangkit, jatuh lagi bangkit lagi.. lama2 jadi kuat

    ReplyDelete
    Replies
    1. hiks, harus selalu sedia tali nih biar jatuhnya gak terlalu dalam :')

      Delete