Ketika cinta harus berakhir..

Aku tinggal disini dalam rona gelap malam, diam dalam keheningan, mengingatnya menyakitkan hatiku. Bahkan sang mentari pun tak dapat membuatku tersenyum dan rembulam juga cahaya gemintang tak dapat membuatku ceria, ini kisah pilu untukku, ditinggalkan sewaktu aku mencintainya, bahkan terlalu mencintainya.
Sang alam mempertemukan kami dalam balutan kasih tiada tara, pertemuan yang tak sengaja namun terancang apik dalam rencananya. Dahulu kujadikan ia sebagai yang tersayang.
Aku dikenalkan oleh seorang sahabat dan sahabat.. menjalin hubungan dengannya dalam canda tawa, keriangan.. mengenal dan berbicara kepadanya adalah kesenangan bagiku, membuat batinku sejuk dan pikiranku ringan, Lama waktu bergulir dan tanpa kusadari hati ini terebut olehnya, bahkan sampai berakar dalam nadiku.
“boleh aku jujur padamu?” ujarnya kala itu dalam sms,
“ya tentu..”,
“aku menyukaimu, tapi beneran aku gak maksa juga buat kamu suka ama aku, aku cuman mau ngutarain rasa ini padamu, yaa biar lega aja”, dia manis dalam mengungkapkan kata-katanya, dilain pihak sang hati takut tertolak namun dilain hati sang hati ingin mengutarakan rasa itu.
“aku juga menyukaimu..”, balasku, senang kubalas demikian walau kumasih ragu dengan rasaku sendiri,
“benarkah?” ia yang tak percaya pada pandangan matanya kepada layar hp.nya membuatku harus mengulang lagi sebuah kata-kata,
“ya, aku juga menyukaimu..”, lalu senyum merekah dibibirku, semoga ini akan menjadi yang terbaik, batinku. Kurasakan ia pun merasakannya dalam hatinya. Ini menyenangkan.
Kenangan yang tak akan terlupakan dalam ingatanku Stasiun Senen, pertama kali kami bertemu dan mulai merasakan rasa bersama. Perbincangan yang diidasari hati itu berlaku untuk selamanya, menjadi kenangan abadi dalam memori hatiku. Sayang, sesungguhnya aku tak pernah melupakan apapun itu tentangmu, kuingin kamu tahu itu. Ucapku dalam batin.
Ada rasa yang berbeda, tidak biasanya, kini aku hampir menghafal semua gerak gerik dia, memantau dari sudut mata ini. Ada yang berbeda dari sikapnya, satu-satunya yang dapat membuatku manja. Membuatku tertawa senang mengingat sikapnya.
Namun nasib berkata lain, jarak yang sebelumnya tak masalah dan memang tak pernah bermasalah membuat kami berpisah. Status kami yang pelajar dan dia yang berasrama membuat kami harus memisahkan hati. Jarak Jakarta-bekasi yang tak semiris Indonesia-luar negeri menjadi sangat berarti bagiku. Dengan tetesan air mata dan hati yang teriris pilu kulepaskan dia.
“aku udah gak kuat, kamu gak pernah datang untukku lagi, kita putus”, sebaris kata dan berakhir semuanya, walau bagiku dunia serasa runtuh namun kusadari kuharus tegak dan tegar. 3 bulan masa putus masih membuatku frustrasi karena terus mengingatnya, kuselalu tanyakan kabarnya kepada sahabatnya yang dengan setia menemaniku dan menjawab kecemasan hatiku. 3 bulan waktu yang cukup lama dan menyadarkanku untuk terus hidup bersamanya. Walau aku tersenyum namun aku merasakan hati ini sakit. Dan tepat 3 bulan juga dia muncul kembali dengan nomor yang berbeda, dia menelfonku.
“siapa ya?” tanyaku membuatnya lalu tertawa,
“vincent?” sahutku membuatnya terdiam,
“ya, ini aku. Apa kamu masih sayang aku?” tanyanya kemudian, membuatku tertegun dan dalam keheningan berfikir, jalan apakah yang akan kuambil, apakah dengan kembalinya aku bersamanya, merajut asa itu kembali bersama, dia tak akan kecewakan aku?
“jawab dong..”, sahutnya kemudian
“ya, aku mau..”, dan kami mulai rajut asa itu lagi, merajut tiap kenangan, merajut kisah yang terputus 3 bulan.
Cinta adalah cinta.. suatu kiasan kata bermakna ganda berarti apapun sesuka hatimu. Tuhan mencintaimu, menyayangimu, melindungimu, begitu pun dengan semua yang ada disekelilingmu. Apa yang pergi akan kembali tapi belum tentu jika ia kembali nanti dialah yang kamu inginkan. Keinginanmu adalah bagaimana hatimu dan pikiranmu juga ragamu saling menyatu sayang..maka inilah yang sesungguhnya kamu inginkan. Bernafaskan gelora asmara berdetaklah jantung hatimu dan terselimuti cinta penuh dengan angan manis. Honey inilah yang aku inginkan dalam dekap hangat tubuhmu yang melayang dalam pikiranku.
Aku mencintaimu lewat kesederhanaan kamu sayang…
Senang senang dan senang, tapi sayang gak semua yang kamu harapkan akan terwujud, begitu pun juga aku, aku memutuskannya, entah apa yang terfikir dalam kepala ini. Setiap detik yang kulalui dengannya adalah senyum, setiap menit yang kulalui dengannya adalah mengingatnya dan setiap jam yang kulalui adalah berfikir tentangnya.
Ada kerinduan disetiap helai nafasku.. sepatah kata untuk yang tersayang, ketika kami bersatu lagi kami malah sering slek. Ada rasa didalam hati ini yang siap meledak bagai bom waktu. Aku menyayanginya, namun aku mencintai bayangannya. 6 bulan ia tak pernah kunjungiku.. menyesakkan..
Kuputuskan lagi dia, dia yang kusayang dan telah menyatu dalam ragaku. Namun hati ini tetaplah miliknya, berpihak pada tuannya. Begitu banyak yang telah dilewati dan terlewati dan entah mengapa otak ini menolak mengingatnya, otak ini rupanya menuntut untuk melupakan dia namun hati ini terus saja menggenggamnya bahkan dengan erat. Aku bingung apa yang harus kukatakan, disaat tubuhku tak lagi berpadu aku bingung apa yang harus kulakukan.
Dalam jarak seminggu kami sudah baikan lagi. Ini tak sehat fikirku. namun rupanya tak brhenti sampai disini. Disaat kami lulus dan telah sibuk. Ia yang telah bekerja begitu usai sekolahnya dan aku mencari tempat kuliah kami harus kembali berpisah karena slek lagi, ini memberatkan fikiranku, membuat badanku jadi pesakitan. Sakit yang dahulu kurasa kini kembali mengunjungiku, hanya demi keluarga, kerabat dan sahabat aku bertahan untuk tidak terjatuh.
Kami berpisah untuk yang ketiga kalinya hanya karna ia inginkan bibir ini, bibir tipis yang belum terjamah siapapun. Dan tangis jadi temanku malam ini ketika aku memutuskannya lagi..
“nanti sore kita bertemu ya..untuk yang terakhir..seusai aku kerja”, ujarnya disms siang itu, membuat hatiku berdegup kencang dan senang. Sore itu di mall giant.. ia menungguku, ia masih tampan dari dulu, walau terlihat lebih kurus dan hitam, namun aku tetap menyayanginya,
“maaf ya, dah lama ya nunggunya?” tanyaku,
“ya gak papa kok, sejam nunggu bisa rasain sendirilah”, jawabnya membuat aku tersenyum, ya rasanya pasti gak enak.
Sore penuh kenangan yang tak pernah terlupakan dan kami kembali bersatu hati lagi. 3 kali dan kini hatiku tersenyum, berjanji tak akan melepaskannya dan menyalahkan diri atas kebodohanku selama ini. Mendalami lebih menyayanginya, lebih mencintainya, rasa ini memperkuat hati ini untuk bertahan dalam keadaan apapun itu, walau kutak tahu sampai kapan badan ini akan terus bertahan.
Bahagia yang kufikirkan akan terasa ini rupanya harus kurasakan kembali sebatas ini saja.
“dulu aku mencintaimu dengan setengah hati karena aku tak yakin, tapi percaya deh sekarang aku udah benar-benar menyayangimu…”, ungkapan bodoh itu meluncur dengan wajar dari bibirku dan tanpa kusadari itu menyakitinya.
Setelah kata-kata itu aku yang pernah memutuskan dia 3 kali dalam rentan waktu jauh, dia memutuskan aku 3 kali dalam sebulan ini, kita impas pikirku.
Hatiku sakit, pikiranku sakit, aku terbebani oleh cintaku sendiri, sedih bukan main, membuat tubuhku makin down, tapi dia tak perlu tahu apa yang kurasakan bukan? Cukup aku dan Tuhan saja yang tahu. Sakitnya bukan kepalang ketika dia melakukan apa yang kulakukan kepadanya dan menyakitiku. Tapi inilah yang harus kuterima, aku yang pertama menyakitinya dan inilah yang harus kurasakan karma untukku, tapi hukuman ini terasa sangat berat bagiku ketika aku tersadar dia melakukan apapun untuk memutuskan aku. Dia yang membuatku tertawa tapi juga dia yang membuatku menangis, tapi aku sangat berterima kasih padanya.
Tak ada kata penyesalan bagiku atas sayangku padamu, air mata pun tak akan kusesalkan walau berakhir karena sebuah alasan dan alasan. 8 bulan yang terajut indah tak kan pernah kusesalkan, karena memang cinta bukan penyesalan.
Dan tubuhku makin rapuh.. ia yang menginginkan aku memutuskannya kini memutuskanku lagi untuk ke-4 kalinya, dia tak lagi percaya padaku, setengah hati yang dulu kukatakan padanya membuatnya menjadi kesal dan menyimpannya dalam hati. Bukankah cinta itu butuh proses, kita harus mencapai setengah hati untuk mendapatkan satu hati, dan ia salah paham akan maksudku. Maafkan aku sayang.
“ya, aku mau diputuskan”, dan kami putus, aku tersenyum dalam kebimbangan ini, apapun yang terjadi didepan sana, tak perlulah ia tahu, walau kini aku terbaring lemah dalam rumah sakit pun tak perlulah ia tahu itu. Karna aku sudah cukup puas dan ia sudah sangat menyenangkanku.
“lupakan saja aku bila hanya setengah hati.. makasih ayu atas segala perhatian dan sayangmu, bye.” Dan dia berkata padaku, ia katakan lupakan maka bagiku adalah detik terakhir dan inilah saat aku untuk menutup mata.
Bertahan satu cinta pada penghujung hidupku..

04.10.09-04.07.10