Begitulah Cinta

Buat gue cinta itu kayak cuaca, panas kayak neraka bocor tapi memiliki malam yang sejuk atau hujan rintik yang menggembirakan lalu sekejap berubah menjadi badai yang tak tertahankan. Segalanya tak terkendali namun selalu menyenangkan.

Tentu aja ketika gue menarikan jemari gue membentuk seketik dua ketik kalimat gue membawa cerita buat kalian semua, yang kepo akan kehidupan gue, tapi gak masalah buat gue, lumayan buat modal menjadi tenar nanti (nanti kapan tau), Begitulah cinta, bahkan ketika gue belum bercerita aja gue selalu menghela nafas lalu berkata dalam hati yaa begitulah cinta, namanya juga cinta dan segala bangsanya.

Diawali dengan sangat ketidaksengajaan, cuman gara-gara gue nginjek kakinya pas berhenti dilampu merah, gak gue gak naik mobil, kalo gue naik mobil namanya kelindes, lagipula gue juga gak punya mobil (kecuali yang saban minggu gue apelin, yang mobilnya warna merah dan ada nomornya, itu namanya angkot).
Yang gue injek cewek tulen, pas keinjek dia langsung teriak aw dengan sangat manis (entah bagaimana caranya pekikan dia sangat manis dan anggun buat kehidupan gue yang laknat), otomatis gue sebagai pejantan tangguh dan berenergi akibat minum tolak angin langsung meminta maaf dan disambut ketawa sama dia, oh gosh, tawanya renyah banget kayak Ciki Komo yang baru keluar dari pabrikan, tapi sejurus kemudian ketika dia mengatakan sesuatu malah gue yang dibuat jadi ketawa dan akhirnya nanya eeehh jadi minggir deh buat ngobrol, inilah yang dia katakan ke gue,
“haha, pagi begini udah diinjek dua kali, salah apa ya kaki gue?”
kalimat yang berupa pertanyaan dan patut banget dijawab, itu kode banget gak sih?
Gue yang tanya loh kok bisa dengan tampang kaget keren langsung dijawab dia sambil senyum, ah senyumnya, rasanya persis kayak ditabrak truk tronton, maknyus.

Peduli Sesama, Sesama Peduli

                                                      Yakinlah bahwa setiap masalah akan berlalu,
                                            Yakinlah bahwa dalam setiap masalah, kita punya Tuhan,
                                     Serahkan padanya dan lakukan apa yang terbaik dengan usaha kita.

Secara beruntung gue dan anak-anak muda dari wilayah Yohanes Pemandi mengunjungi Yayasan Galuh, apakah itu sejenis panti asuhan atau panti cacat fisik atau panti jompo? kalo gue bilang ini adalah kombinasi dari ketiga hal itu, beberapa dari mereka tidak punya keluarga, rumah atau siapapun yang dikenal, mereka cacat secara mental; ketidakstabilan dalam kehidupan, beberapa dari mereka juga termasuk golongan jompo dan yang paling muda adalah 12 tahun.

Ya, kita mengunjungi sebuah panti yang menampung orang gila, dimana mereka sama sekali gak terlihat gila dan gue merasa menjadi gila ditengah orang waras.
Tepatnya minggu tanggal 22 Februari 2015 kita kesini dan Semesta seperti mendukung, neraka bocor terjadi di Bekasi. Pukul 10.30 kita tiba di lokasi, lokasinya berada di Jl HM Hasibuan Margahayu Bekasi Timur Bekasi Jawa Barat, Indonesia (+62 21 88342480)

Tujuan kita tentunya bukan dateng lalu update status, instagram, path atau apapun itu di social media persis kayak anak muda galau yang bertebaran dipinggir jembatan summarecon saban fajar menyingsing. Kita mau menguak betapa Tuhan menciptakan kita dengan sangat seimbang, menciptakan kita dengan kesempurnaan juga kekurangan, dengan stress yang melimpah tapi kebahagiaan yang tak tertandingi.

Apakah Tuhan Kesepian?

Tidak ada yang sempurna, itulah yang selalu dikatakan semua orang. Mereka mengatakan hanya Tuhan Esalah yang sempurna, padahal tentulah kita belum pernah melihatnya.
Tidak ada yang sempurna, anak-anak selalu diajarkan begitu, namun aku berpendapat sempurna bukan sesuatu yang haram bila dijadikan milik manusia.
Manusia dengan dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, satu hidung, satu mulut, organ yang lengkap adalah manusia yang sempurna secara lahiriah. Manusia yang baik, rela menolong sesama, tersenyum, rajin ibadah adalah manusia yang sempurna secara batiniah.
Lalu kemudian kalian akan mengatakan benarkan tidak ada yang sempurnya, buktinya tidak ada manusia yang sempurna secara lahiriah dan batiniah, maka bolehlah kalau aku katakan. Pikiran kalian cukup picik hingga mengatakan hal itu.

Menjadi manusia adalah tentang sebuah kebanggaan, yang bagi sebagian orang malah dirasuki oleh kebanggaan itu sendiri dan akhirnya menjadi sok penguasa, padahal mereka tau ada Tuhan Esa, dan bagi sebagian orang menjadi manusia adalah sebuah kutukan dari Yang Kuasa, karena begitu beratnya ujian yang mereka hadapi, padahal Tuhan tidak pernah mencobai umatnya melebihi kemampuannya (benarkah? lalu kalian mulai bertanya, bagaimana dengan bebanku? bagaimana dengan kehidupanku? tidak cukupkah bagi kita untuk menganggapnya terlalu berat?). Manusia diberikan Tuhan setan dan malaikat, diberikan pengetahuan dasar tentang mereka, dan akhirnya kita patut memilih ingin menjadi apa, mau jadi apa.
Kita selalu dihadapkan pilihan absurd yang kadang kita sendiri tidak mengerti akan menghasilkan apa, akan menjadikan apa. Tapi itulah keindahan manusia, memiliki ketidakpastian ditengah rencana yang pasti.
Bukankah itu menyenangkan? mengetahui dirimu bisa jadi apa saja, bisa kemana saja ditengah rencana yang telah kamu susun rapi, ditengah nalarmu?

Manusia boleh berencana tapi Tuhan yang tetap akan memutuskan

Tidak, Tuhan bukannya tidak adil, tapi dia mengerti masa depan. Di tangannyalah dia merajut masa depan kita jauh dari imajinasi kita. Kita manusia senang bermain, maka Tuhan menciptakan permainan takdir, kita dimintanya memutuskan padahal Tuhan sudah memutuskan, kita dimintanya untuk meminta padahal Tuhan tau betul apa yang kita pinta. Bukankah ini menarik? Tuhan meminta kita berbicara padanya, Tuhan meminta kita langsung kepadaNya. Apakah Tuhan kesepian?

Kadang aku terusik pada kalimat itu, tidaklah baik bila aku terusik oleh Rahmatnya maka biarkan aku bertanya, Apakah menurut kalian Tuhan kesepian?
Dia meminta kita selalu berdoa pada waktunya, meminta kita bersyukur atas nikmat yang telah Ia berikan, meminta kita untuk belajar mengucapkan terima kasih, belajar untuk berdoa tentang rasa syukur dan nikmat, dan dia meminta kita berbicara dalam tiap jengkal kata yang keluar dari mulut kita. Ah, sungguhlah.. Tuhan meminta kita sebelum tidur sesudah tidur berbicara kepadanya, meminta kita sebelum makan sesudah makan berbicara kepadanya, meminta kita ketika dalam masalah, ketika sedang berbahagia bercerita kepadanya. dan Tuhan pun akan tersenyum bahagia ketika kita berbicara padanya sekalipun itu keluhan.
Itulah Tuhan Esa, kadang dia mengeluh kepada kita, jikalau kita terlalu sering bersenang-senang terhadap kehidupan, kadang dia iseng memberikan si sabar ujian dan memberikan hadiah terindah diujung ujian, kadang dia iseng membuat kita tersandung dan menantikan kita memanggil namanya untuk kembali bangkit.

Apakah Tuhan kesepian? membutuhkan teman untuk saling berbagi cerita, berbagi beban dan saling berbagi canda tawa. Pernahlah sekali kudengar, tawamu yang kamu bagikan bersama orang lain adalah tertawa bersama Tuhan, apa yang telah kamu bagi dengan yang lain adalah Berbagi dengan Tuhan. Dia bisa menjadi siapa saja, karena dia memang siapa saja, karena memang kita milik dia dan selamanya kita akan selalu membutuhkannya. Tuhan hanya ingin kita berbicara selalu padanya, tidak melupakannya layaknya hati yang tak ingin tersia-siakan.
Tuhan,
Apakah Tuhan kini masih kesepian?

Ciie palentine ciiee

Ciee yang abis palentinenan, yang dikasih cokelat sama tetangga sebelah, yang cokelatnya hampir mendekati kadaluwarsa tapi tetep dimakan sambil pandang-pandangan, cieee..
Ciee yang jomblo, yang berdoa sampe kepala nyentuh kaki buat malam minggu ujan ternyata malah gak ujan, terang benderang kayak lampu petromak. Remang-remang romantis, sebentar terang sebentar gelap. Cieee..

Ya begitulah akhirnya, gue sebagai anggota persekutuan jomblo terhormat Bekasi berhasil mengembalikan kehormatan jomblo terhormat dengan ngeliatin orang pacaran sambil berwajah mesem mau *ah sudahlah sob*. Jadi beginilah hari yang gue lalui ketika kalian yang pasangan asik tukeran cokelat dan yang jomblo asik tukeran sandal sama jomblo lainnya.
Dimana saat hati loe kejepit itu sudah biasa, kayak sayur dikasih garem sama gula ditambahin sedikit bawang.. Kalau perasaan terjepit juga udah biasa, tangan terjepit? Mungkin juga udah biasa, yang gak biasa adalah ketika tangan loe kejepit dipintu kereta sambil megang buku Tere Liye yang judulnya "Negeri di Ujung Tanduk", antara awkward dan ngenes moment, terlebih loe harus merasakannya dihari penuh kasih sayang. Duh sayang banget emang, sayang banget dilupakan -_-.

Hoo~baby

Istirahat kala itu mungkin jadi salah satu yang gak terlupakan. Bukan karena makan siang di kantin yang berubah jadi enak meskipun wanginya bisa buat cacing diperut menari, rasanya seperti biasa hambar kurang garam kurang gula kurang mbak Inul. Tapi yaaah namanya juga kantin sehat (dan mari kita menghela nafas bersama), yang unik dari istirahat kali ini adalah (sekali lagi bukan makanannya, yang meskipun wah tapi menurut gue tetep aja masakan emak paling enak) kita membicarakan tentang hobi. Iye, hobi. Pentingnya apa? makanya itu gue ceritain biar kalian yang kepoin hidup gue jadi punya daftar lengkap.

Kali ini juga gue makan gak pake keheningan yang menghasilkan mereka menunggu gue untuk selesein makan sampe bisa kerja (sorry bray, gue gak bisa makan sambil ngomong XD)
Entah pembicaraan apa yang akhirnya membawa gue menanyakan pada mereka

"Hobi itu penting gak sih? Terus hobi loe apa?"

Euforia Kemacetan

Pagi itu mentari bersembunyi dari pemiliknya, enyah dari hadapan, tertutup oleh awan gelap. Aku pun sampai takut menyapa awan yang telah tertatih menahan berat tubuhnya sendiri, hendak menumpahkan namun belum saatnya.

Aku memandang ke langit dari depan pagar rumah yang telah kututup rapat, menjaga agar tidak ada yang asing menghantui rumahku. Aku sedang apa tadi? ah iya memandang langit. Bahkan ketika aku berfikir dan masih melakukannya aku masih menyukai lupa dan memilih untuk meninggalkan yang tidak layak kuingat.
Aku memandang langit dan kulihat hujan akan segera mampir membuatku urung melakukan perjalanan lambat dan memilih untuk cepat, memakai pintu Doraemon kalo perlu, namun itu hanyalah khayalan untuk saat ini.

Sebuah Kubangan

Pagi itu mendung, tiada tawa terdengar tiada kehangatan pagi tergambar hanya suara desahan angin yang melambai kepadaku, memperingatkan tentang cuaca yang tidak begitu baik. Desahan angin yang beriringan dengan desahan para manusia yang mengeluhkan dan berdoa agar tidak hujan dalam perjalanan ini. Aku pun termasuk kedalamnya, bukan karena aku tidak menyukai hujan, tapi aku kurang menyukai dingin yang dihasilkannya.
Seperti biasa pagi ini begitu ramai dan begitu berisik oleh kendaraan berknalpot, sekali lagi aku yang hendak mencoba tertidur dalam kendaraan beroda empat harus terusik dan memutuskan untuk memilih si roda dua. Berdoa dan bergegas, berdoa tidak hujan hingga selamat sampai ditujuan dan bergegas agar tidak terlambat. Jalanan begitu padat dan ramai, namun tiap kali melewati jalanan ini aku akan selalu memperhatikan satu hal.
Apakah kubangan telah tercipta atau masih kosong seperti dalam musim kemarau?

Move On Menulis

Ngomongin warna warni dunia menulis, selalu aja gak ada matinya *kayak cinta kita berdua #halah*. Dari stuck nulis sampe stuck mukanya begitu-gitu aja, begadang nyariin inspirasi dan akhirnya malah chat-an sama mantan terindah lalu jalan-jalan eh malah dapet kenalan.
Selalu aja ada pengalaman seru saat nulis, bengong ditengah jalan tapi dalam kepala penuh dengan ide sampe mendadak jadi tokoh utama dalam tulisan kita. Ini dia yang sering banget gue alamin.

Nah biar loe makin ngerti sama kehidupan nenek moyang pelaut (padahal petani) maka dari itu akan gue uraikan secara matematis pake rumus Om Al-Battani *mateee* kehidupan gue dalam dunia tulis menulis.

Minggu Sore Si Joms

Buat para Joms (Jomblo Sekarat) ayo merapat, siapa tau kita mendapatkan jodoh sekarang mungkin sekelas Chelsea Islan atau Aldi Taher dengan trio ubur-uburnya “bapakk mana bapaaaakk” (dan mari dengan semangat kita menjawab) “jongggoooollllllllll”. Okeh fix pembukaan yang absurd abis, kayak hati gue yang absurd abis-abisan setelah sekian lama hati gue dibiarkan kosong dan diterpa angin malam yang menyebabkan kerokan-kerokan disekitar punggung. Tapi begitulah hidup apalagi buat para Joms kebanyakan ngenesnya daripada bahagianya, etapi bukan berarti gue nyesel senyesel-nyeselnya jomblo yee, gue masih bangga jadi joms yang selalu bisa keliling mencari lelaki untuk digadoin *okeh apakah ini*.

Tulisan ini tercipta berkat duo maut kampret yang pacaran didepan mata gue, aseli pake abis gue yang lagi duduk santai kayak di pantai tetiba aja digrasak grusukin sama duo maut yang duduknya kayak cuman disatu bangku, dempet kayak batu bata disemenin, ngeleket ngebuat gue langsung nengok kanan nengok kiri dan emang bener kampret cuman gue sendirian dengan duo maut yang gak tau malu duduk didepan gue sambil lope lope disekitar mereka. Ini bukan malming dan ini bukan malam, ini siang men! dan gue disuguhin pendengaran yang merusak moral gue sebagai jomblo sekarat, bunuuh aja gue maaakkk bunuuhh..

Sabtu Bersama Emak

“Eh bro, mau nyaingin bukunya mas adhitiya loe?”
Woles jeng gue gak mau nyaingin buku yang berhasil bikin gue nangis kok, gue cuman mau cuap-cuap tentang sabtu yang gue habisin bareng Emak kesayangan gue. Seperti biasa yang paling gue suka kalo lagi jalan adalah tentang apa yang sedang terjadi dalam perjalanan itu. Dan karena gue anak baik hati rajin menabung dan patuh kepada orang tua maka gue mau ceritain tentang gimana hebohnya perjalanan gue nemenin nyokap keliling Indonesia, meskipun pake motor kesayangan yang gak dimandiin selama seminggu.

“Lah, akhirnya kesampean juga bro keliling Indonesia?”
Iya nih! tapi ini pemanasannya aja. Gue keliling Indonesia lewat taman mini, sampe 3 kali gue muterin tamini! sampe apal dan gue yakin banget sekalipun gue tutup mata tetep keliatan tuh jalan keluarnya.
Gue kesini awalnya karena Emak minta survey tempat buat penutupan arisannya, gue mah manut aja biar ada yang bisa dishare di social media (dan gak jadi jomblo karatan yang ngedon dirumah). Melek mata gue udah digalauin sama Emak mau berangkat hari ini atau hari minggu aja, galau dari gue mandi-ngitung utang-bayar utang ke temen-nyarap sampe sarap-beresin warung dan akhirnya Emak gue deal berangkat hari sabtu. Jadilah sabtu (31.01.2015) gue dan Emak resmi jalan-jalan berdua.

Tamini sebenernya gak jauh-jauh amat, tapi karena ini sabtu dan para manusia kasmaran pada rombongan keluar jalanan jadi macet dan akhirnya perjalanan yang ditempuh jadi sejam lebih beberapa menit (baca: 60 menit).
Gue pikir Tamini kayak dulu gue terakhir masuk, ternyata udah berubah banyak Kapten! sampe jenggotan gue saking kagetnya.
Orang 10.000
Motor 6.000
Mobil 10.000
Coba dong, mobil sama orang harganya sama padahal body mereka beda (Cek Harga Lengkap), gue udah gak ngerti lagi deh Kapten sama kehidupan ini..