"Menjadi Kuat"

"Apa kamu ingat sesuatu yang lucu ketika kamu kecil?" tante membuka pembicaraan dimalam yang hening itu, aku menatapnya setengah percaya, jarang sekali dia mengungkit masa lalu.

"rasanya aku tidak pernah melakukan hal bodoh" ucapku lalu kembali kepada pekerjaan rumahku.

"ah pernah, dikereta waktu itu. Ketika kamu masih berusia sekitar 10 tahun. Besar dan lucu, karena tante selalu merasakan lucu disentuh pipi gembilmu" aku mengingat-ingat memangnya sebesar apa pipiku dulu?

"ceritakanlah" pintaku tak beranjak dari tugas yang kukerjakan

"Alasan dan Makna Kehidupan"

"Bagaimana liburanmu?" tanya tante padaku, sore rasanya semakin mendung saja kalau tante menanyakan hal itu

"seperti biasa, hanya aku dan angin yang menikmatinya" jawabku lalu menyesap teh yang terhidang dihadapanku, tanteku hanya tersenyum. Entah kenapa, tante dan ibuku adik kakak yang sama sekali berbeda. Tanteku penuh dengan keramahan, sedangkan ibuku jangankan ramah kalau bisa melihatnya tersenyum palsu pun aku rela standing applause.

#OneDayTrip : Pulau Pari

Hola Lebaiers, setelah sekian lama jemari gue gak bercumbu sama keyboard, akhirnya sekarang bercumbu lagi. Kangen banget men~
Okeh gue kembali dengan cerita yang cetar banget, secetar petir pagi tanggal 27 Desember itu. Yang sama cetarnya dengan petir gue nekat melakukan backpacker (niatnya sih gitu). Kalo sebelumnya pas hari keberangkatan gerimis dan BMKG tercinta udah menyatakan bahwa seharian akan terjadi hujan sedang plus berawan gue bakal gelar kasur lagi dan berlindung dibalik selimut sambil mencari waktu yang tepat, tapi kali ini dengan semangat '35 yang berarti Indonesia masih menjajah gue dan kakak gue beserta teman yang lain tetep cabut buat ngetrip. Mungkin loe semua bakal bilang bocah gila yang maksain ngetrip, karena dengan cuaca yang sama buruknya dengan patah hati (mulai galau) apalagi kalo tujuan kita itu adalah pantai tepatnya Pulau Pari men tapi gue tetep jalan, gue tambahin lagi kali ini gue bakal kasih hashtag #gagalbackpacker.

"Bu, tatap aku sebentar"

Hujan masih terus turun manakala aku sudah sampai diluar Jakarta. Aku tidak mengerti kita akan kemana, karena memang aku tidak mau tau aku mau kemana, dalam hatiku yang terdalam aku hanya ingin melihat ibuku meski dia kini duduk didepan bersama supir dan aku duduk dibelakang. Lalu gunanya apa supir itu kalau ibuku masih saja duduk didepan?

"bu.." ucapku memecah keheningan, memanggil namun menatap rintik hujan, memanggil dengan keraguan, dan menuliskan 'Hope' pada kaca jendela.

"ya.." namun dia menyahut sambil memandang tabletnya,

"apa ibu tau 3 kata sakti?" sahutku lagi

HHK : Accepted

Menunggu sebulan untuk keterima di perusahaan ini emang jadi alat buat gue melatih mental dan jiwa hihi..
Mulai dari step awal Interview, lalu menunggu seminggu untuk psikotes yang letaknya dijakarta selatan deket Gancit, sampai akhirnya MCU dan dua minggu kemudian baru dikabarkan soal penerimaannya.
Lamanya itu loh gan bisa numbuhin janggut loe sampe tanah kalii.. wkwk..

Gue keterima di perusahaan ini (akhirnya) dengan masa percobaan 6 bulan karena masih fresh graduated, kalo untuk yang udah ada pengalaman sih cukup 3 bulan aja.
Keterima disini serta merta ngebuat gue persis kayak anak tk baru masuk kelas, berdegup gak karuan dan gak tau bakal nemuin apaan. Nah berhubung gue udah meninggalkan status gue sebagai mahasiswa dan kini menjadi pekerja, gue mau share  ke kalian gimana rasanya menjadi pekerja setelah fresh graduated.
HHK atau Hari Hari di K*albe akan mengawali lembaran baru di Desember ceria sekali ini. :)

HHK : Inter-View-Fun

Panggilan pertama ngebuat gue gak percaya sama apa yang gue lakuin, sama apa yang ada pada diri gue sehingga bisa dipanggil.
Well, tentunya lu pada masih bingung apa itu HHK. Tenang jangan bingung, di part 3 gue bakal jelasin :D

Bisa dibilang Interview pertama yang gue jalani adalah di Hok*ben, salah satu retail makanan jepang terbesar yang lagi mau lebarin sayapnya ke Singapura. Pertama kali interview itu rasanya bagaikan dihadapkan pada juri x-factor yang punya kripik pedes, HRD-nya terkesan menyepelekan peserta dan pada akhirnya saking berdegupnya jantung gue, gue memilih senyum sebagai pelampiasan dan dari situ mulai timbul bahwa gue gak bakal diterima. Jadi dihari berikutnya gue langsung meluncur ketempat kedua gue interview dan tes. Letaknya di Cawang, nah disinilah gue belajar sangat banyak sekali dari temen-temen seperjuangan dimana rata-rata mereka sudah berpengalaman.
Gue belajar hal ini nih :
"Gak usah gugup, gak usah tegang. Enjoy aja kalo ngejalanin, jawab sejujurnya. Jujur itu kan gak dosa. Toh ini bukan skripsi yang kalo gagal harus ngulang tahun depan. Kalo disini loe gagal tandanya Tuhan gak pengen loe ada disini. Dia punya tempat yang lebih baik"

HHK : Beginning

Impian terbesar dari setiap manusia adalah menemukan mimpinya dan langkah awal gue dalam mewujudkan impian gue untuk bisa kuliah lagi (amin) adalah bekerja dahulu mencari segepok modal :D

Well dalam bekerja menemukan segepok uang pun gue gak anggep sembarangan, mungkin kalian bisa sebut gue pemilih tanpa ampun, kualifikasi tanpa batas ataupun sok jual mahal, tapi gue yakin hal yang gue yakini ini adalah atas seijin Tuhan :D

Kriteria gue dalam mencari pekerjaan adalah kerjanya dibidang yang emang gue geluti; akuntansi. Gak boleh jauh dari itu bahkan melenceng, cukup gue jadi pelancong untuk urusan alam, urusan ilmu jangan sampe. Yaaa meskipun gue gak pandai-pandai banget dalam hal akuntansi dan menyenangi beberapa mata kuliah yang hampir gak ada hubungannya dengan akuntansi tapi gue merasa bahwa ilmu yang gue tanem selama 4 tahun di bangku kuliah ini gak boleh terbuang sia-sia, setidaknya langkah awal ini harus diawali dengan semangat menggebu tentang penyaluran ilmu terpendam ini. Huehuehue..

3 Kata Sakti

“hah? 3 kata sakti?” tentunya aku kaget karena tiba-tiba saja tanteku mengatakan sesuatu yang tidak biasa. 3 Kata Sakti?

Sore itu kami sedang menunggu diteras rumah, menunggu ibuku menjemput untuk berlibur bersamanya. Liburan kali ini adalah bagian ibuku, setelah sebelumnya ibu mengundur-undur sampai aku mengatakan dengan keras bahwa tidak sekarang maka tidak ada hari esok. Ibuku terlalu banyak mengatakan alasan dengan pekerjaannya, maka aku harus mengatakan bahwa aku juga tidak punya banyak waktu untuk mereka yang tidak pernah menyempatkan waktu untukku.

“jangan kaget begitu ah..” ucap tanteku sambil tersenyum

“ya gimana gak kaget, kita gak ngobrol apa-apa, tiba-tiba tante udah ngomong 3 kata sakti aja. Emang apaan sih itu? segitu saktinya sampe ada 3, apa karena ada 3 jadi sakti?” kali ini aku nyerocos tanpa henti. Menghentikan kegugupan bertemu dengan ibuku.

“ah, kamu ini kritis sekali. Kenapa tante katakan 3 kata sakti, karena kata-kata ini akan membuatmu juga sesamamu menjadi lebih berharga, akan membuat hidupmu penuh dengan kebahagiaan dan yang pasti akan membuat sekitarmu menjadi sesuatu yang lebih”

BERPURA-PURA BUTA

Aku tidak pernah mengerti bagaimana bisa manusia sehat mencuri dari yang berkekurangan. Seperti saat ini tanteku telah kecopetan, tas dan segala isinya telah hilang.

Aku menemui tanteku yang berniat naik kereta setelah pulang dari mengajar dikantor kepala stasiun Manggarai. Tanteku sadar kehilangan tasnya ketika dia hendak menelfon memintaku untuk menjemput.

Ohya, tanteku itu orang yang kuat, dia tidak pernah mau tunduk pada kekurangannya dan selalu menganggap dirinya normal. Bahkan dia beraktivitas seperti orang normal lainnya, bedanya sesekali dia minta bantuan petugas untuk membantunya.

“Bagaimana bisa kehilangan?” tanyaku, duduk disebelahnya. Masih dengan wajah tersenyum dia hanya menaikkan bahunya. Kini kami menunggu siapa tahu copetnya membuang tasnya dikereta dan hanya berniat mengambil uangnya saja.

“apa tidak aneh, mencuri dari orang buta?” sahutku lagi agak kesal, membuat petugas yang ada disana melirikku lalu melirik tante yang duduk tepat disebelahku

BUMI ITU BULAT

“bumi itu sebenarnya gak bulat” ucapku pada tante saat kami sedang duduk dihalte menunggu bus yang akan mengantarkan kami pulang setelah lelah berbelanja pakaian untuk natal.

“bulat kok, kayak tahu bulat” jawab tanteku sambil memakan tahu bulat yang baru saja kami beli

“tapi gak bisa dimakan” sahutku ketus, lagi lagi tanteku tersenyum lalu menyodorkan tahu bulat padaku, meski kesal aku menerimanya lalu memakannya

“tante gak lebih pintar daripada ponakan tante yang jenius ini. Tapi setidaknya tante mengerti ada maksud kamu mengatakan itu”

“bumi kotak bagaimana?” sahutku lagi