Suntikan kegigihan

Hari ini ada acara imunisasi disekolah tempat gue menggali butir-butir berlian. Kebetulan gue yang saat itu tugas berjaga ngawasin mbak mbak perawat ataupun dokter mengganti setiap jarum suntik yang dipakai.

Mulai dari dipeluk erat, digenggam dengan kekuatan dahsyat, baju basah dengan tangisan, sampai akhirnya pada satu titik dimana salah satu murid bersikeras dan sangat keras tidak mau disuntik.

Sebelumnya ada dua murid yang memang tidak berkenan disuntik, menangis sejadinya dan ditenangkan dengan sangat sabar oleh kepala sekolah. Apa mau dikata, ijin dari orang tua agar anaknya disuntik telah dikantongi terlebih ini adalah untuk kesehatan. Maka memang tidak ada salahnya untuk terus berusaha membujuk, dua murid itu meski berteriak akhirnya berhasil disuntik.

Tembok Cinta

"Apa kamu tahu bagaimana rasanya pacaran dengan seorang homo?"

"Bagaimana rasanya?"

"Rasanya ketika langit menjadi milikmu, bahagia didepan mata. Begitu dalam rasa cintamu. Begitu bangga kamu bisa memilikinya, hingga ada benang kuat yang terjalin dan kamu tidak akan melepaskannya. Kamu sangat yakin itu tidak lepas sampai kamu melihat lelaki yang kamu kagumi memutus jalinan benang itu"

"Apakah sesakit itu?"

Meremehkan kemampuan diri melawan kehidupan.

Dalam kehidupan ini kadang dikejutkan oleh hal-hal yang kita sendiri gak ngerti kenapa bisa kita terkejut.
Bahkan kita seringkali bertanya mengapa itu terjadi.
Hal baik seringkali membuat kita kaget apalagi hal buruk.

Sama seperti begini, gue dan kesukaan gue mencoba makan di pinggir jalan.
Pertimbangan gue memilih makan di pinggir jalan adalah apakah tempat itu cukup bersih, apakah sanitasinya cukup terjaga. Apakah akan baik-baik saja, biasanya kalau sudah memastikan hal itu dengan melihat sekilas gue akan langsung memutuskan untuk makan ditempat itu.

"Gak semua orang bisa diginiin"

“Tumben baju lu bagus”
“Muka lecek banget, pengen gue setrika rasanya”
“Itu badan apa penggilesan, rata amat”

Rasa-rasanya kalau ada orang yang udah biasa gaul sama gue, ngedenger hal-hal macem itu udah biasa paling gue di “Kampret lu” atau dikatain “Sial”.

Ngomong jujur (baca:songong) menjurus ke frontal buat gue emang kadang gak bisa di rem, makanya seringkali orang yang gak kenal pun bakalan bilang, ‘gila mulut udah kayak pompa kering, bikin semua orang menderita’
Oh my..

Mini Fiksi : "Salah Tanya"

Pernah suatu kali,
Aku menatap langit,
Bertanya pada Bintang,
Kapan jodohku muncul?

Pernah suatu hari,
Aku menatap ikan disungai,
Bertanya pada ikan,
Kapan jodohku datang?

Pernah siang itu,
Aku menatap langit,
Bertanya pada mentari,
Kapan jodohku melamar?

Kuulang setiap hari,
Agar aku tidak lupa,
Bahwa jodohku berlum terlihat.