Travelling Pake Kartu Kredit? Kenapa Enggak?


Heloo Lebaiers!

Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar tetangga bahwa si anu tetangga gue terjerat hutang dari kartu kredit sampai lintah darat akibat hobinya jalan-jalan keseluruh dunia.

Agak gila sih kalau menurut gue, soalnya kesimpulan yang dapat ditarik secara orang umum adalah "gara-gara make kartu kredit" padahal sebenernya itu ya gak bener-bener amat.
Mari kita ramai-ramai menyalahkan saja pengendalian diri yang kurang hingga kejadian ini terjadi,
Berikut gue kasih tips and trik nih gimana caranya biar lu pada travelling kartu kredit gak pake bangkrut:

Mini Fiksi : "Pojok Ruang"

Sepi itu merenggut hadirku,
Tik.. tok.. tik.. tok
Nyaring bunyinya,
Aku memandangnya.

Rasa sepi ini,
Rasa sedih ini,
Tidak ada siapapun selain aku.

Aku berada dipojok ruangan tergelap,
Pengap dan tidak ada siapapun,
Aku merasa hilang dan kelam,
Aku tenggelam dalam rasa yang tidak berkesudahan.

Rasanya hidupku hilang sudah,
Hanya ragaku yang tersisa.
Bukan mengenai cinta,
Bukan mengenai kedua orang tua yang telah tiada,
Bukan karena siapapun yang disebut sahabat.
Tapi karena aku menjerumuskan diriku dalam kesepian yang merana.

Surat Untuk Jodoh

Halo Jodoh!
Apa kabarmu!

Lama sekali kukosongkan hati hingga laba-laba membuat kompeni di hati yang kosong ini. Mengenai kabarmu entah sakit atau sehat yang jelas ketika kita bertemu nanti kita dalam keadaan sehat ya!

Mungkin sekarang statusmu adalah milik seorang yang lain dan aku harus berterima kasih kepada seseorang yang sekarang kamu gandeng tangannya, peluk pundaknya dan dengan sayang menghalau dinginnya malam bahwa dia telah menjaga jodoh orang lain, atau bila statusmu sekarang sendiri, ingatlah bahwa diluar sana ada jodohmu yang tertunda.

Mini Fiksi : "Tersenyumlah sayang, meski sembari berdarah"

Aku memandangnya dari jauh,
Jauh sekali,
Kalau aku bilang wajahnya terlihat jelas,
Maka jelaslah aku telah berbohong.
Aku mengatakannya semata-mata untuk menyenangkan diri.

Aku mencintainya sedari dia tidak mencintaiku,
Dulu bagiku cukup hanya memandangnya,
Pandang saja sepuas hati,
Sampai lelah menghampiri dan aku berhenti,
Lalu melakukannya keesokannya lagi.

Kali ini aku memandangnya dengan semangat tak terkira,
Hari ini ulang tahunnya,
Saat ini aku akan memandangnya sambil mendoakannya,
Cukup itu,
Lalu berbisik selamat ulang tahun dari hatiku yang terdalam.

Panduan Main Uno Stacko


Tahu Uno Stacko?
Bingung cara maininnya?
Tenang aja,
gue juga sama.

Nah tapi bukan bermaksud menyesatkan, yang jelas ini cara gue dan keluarga gue biasanya main mainan yang bertujuan bikin si ponakan terkecil kaget sampe nangis *senyum setan*

Uno Stacko seperti kita tahu terdiri dari balok warna warni (cuman 4 warna sih biasanya; ungu, kuning, merah, hijau, diluar itu haram).

Mini Fiksi : "Selembar Nilai"

Perasaan takut itu timbul,
Menghantuiku,
Semua jadi terasa tidak masuk akal,
Aku sudah berusaha keras,
Aku sudah melakukan yang terbaik.

Selembar kertas itu mengkhianatiku,
Orang-orang disekitarku menjadi palsu,
Aku mencoba berlari,
Terus saja berlari,
Berharap ujung dunia adalah jurang,
Hingga aku terjun kedalamnya,
Dan tidak akan pernah terlihat lagi.

Siang itu,
Aku, kedua orang tuaku,
Diundang ke sekolah.

Family Gathering : Kebun Raya Bogor


Kalau ngomongin Family Gathering pasti yang terlintas dalam benak kalian adalah liburan dari perusahaan bareng keluarga. Nah kalau yang dimaksud disini adalah pertemuan keluarga beneran.

Bukan kebetulan dari pihak nyokap bersaudara tujuh dan kelimanya berada di Jakarta, sisanya berada di Magelang jaga tanah leluhur.
Sehubungan dengan liburan yang luar biasa panjang, maka keempat keluarga memutuskan untuk melakukan family gathering.
Rame? lumayan.
Satu keluarga aje punya anak 1 sampe 4, jadi kalian bisa bayangin gimana keluarga gue dengan tuyul-tuyulnya berkeliaran.

Mini Fiksi : "Demi Ayahku"

Aku tidak apa,
Meski ayah dan ibuku berantem,
Aku tidak apa,
Aku hanya akan berpura-pura bermain dan tidak mendengar apa-apa.

Sungguh, aku tidak apa.
Aku hanya akan merasa sedih bila Ibu pergi tak kunjung kembali.
Aku merasa kehilangan bila kedua orang tuaku tidak di rumah yang sama.

Aku pernah bertanya pada ayah,
Kemana ibuku.
Ayah langsung memelukku,
Mengatakan ibu akan kembali pada waktunya
Aku hanya harus bersabar.

Aku tersenyum,
Kutepuk pundak ayah,
Aku katakan,
Demi ayah, aku akan menunggu ibu sampai kapanpun.