Keraguan

Sumber


Di masa itu ketika semua orang merelakan kepercayaannya pada satu orang pemimpin, merelakan waktu untuk mengagung-agungkan orang tersebut. Bagiku dia nampak sama sebagai manusia, hanya kepercayaan, harkat dan martabatlah yang membuatnya nampak berbeda.

Bukankah memang sebagian orang diciptakan terlihat lebih hingga dipuja puji?

Aku hanya melihat dari kejauhan, kehidupan desa yang damai aman dan senantiasa berbahagia, hidup guyub dan bergotong royong hingga suatu ketika istri sang pemimpin yang dielukan meninggal. Meninggal penuh dengan kemasyuran, semua orang membicarakan kebaikannya selama hidup. Jenazahnya diarak ke kampung-kampung dengan ribuan pengikut. Begitu megah dan penuh keriaan.
Hingga satu kelompok begitu mengagungkan tanggal wafat istri sang pemimpin yang begitu dielukan, di tanggal itulah satu orang akan dikorbankan untuk menjamu istri sang pemimpin.
Kelompok ini begitu menggilai istri sang pemimpin.

Usaha Pulang

Sumber

Aku terbangun di suatu tempat asing, begitu ramai namun tidak kudengar suara apapun. Mereka terlihat tertawa tapi aku tidak mendengarnya.

Aku melihat sekitarku, orang-orang berkemeja dengan handphone ditangan sibuk hilir mudik. Tidak sepenuhnya tidak kukenal, wajah mereka tidak asing. Aku memegang sakuku, tidak ada dompet disana hanya ada handphone dengan sinyal penuh namun pulsa yang tidak ada.

Aku menunjuk handphone salah seorang yang duduk disana, merasa bahwa dunianya adalah miliknya seorang. Dia meminjamiku namun apa daya, nomor yang kuhubungi tidak tersambung. Sedih.

Aku membalik badanku dan kulihat punggung seseorang yang kukenal, begitu familiar berada di antara keramaian. Aku melihatnya lama, meminta mulut mengeluarkan suara dengan lantang. Aku ingin bantuannya, tercekat, suaraku tidak bisa keluar seperti yang kuingini.

Tersesat

Sumber

Derai tawa yang tidak akan pernah kulupakan, aku dan seseorang yang kuanggap ibuku duduk diteras sore itu. Memegang gelas berisi minuman kesukaan masing-masing, dia teh aku kopi.
Burung tetangga bersahutan saling mencuit, satu dua kali tetangga mengucapkan permisi. Hanya kontrakanku saja yang memiliki bangku diteras sedangkan yang lain memilih tidak meletakkan apa-apa diteras kontrakannya.

Ibuku berumur 63 tahun, wajahnya tak elak dari keriput namun masih segar berseri, terdapat banyak semangat hingga ajalnya mendekat. Dia tak sekalipun menunjukkan kerapuhan yang digadang-gadang kaum hawa, terlampau kuat dengan welas asih yang membuncah. Asihnya dia curahkan penuh untukku seorang, anak semata wayangnya.

Kupikir kebahagiaan itu akan selamanya ada, hidup sudah cukup sulit dan kami menanganinya bersama, kupikir begitulah selanjutnya hidupku.

Tapi hari itu seseorang menarikku dari ibuku, aku menangis sekencangnya, sekuatnya. Aku tidak ingin berpisah, kukatakan begitu. Ibu tak kuasa menahanku, tenaganya tidak cukup, orang itu terlampau kuat.

Jelajah Purwakarta Bandung 2D2N



Ke Bandung mungkin terdengar biasa aja, alternatif ke sana pun bisa dikatakan banyak.
Mulai dari kereta, bus, mobil pribadi, motor, pesawat atau kalau mau naik kapal laut terus muter kemana-mana dulu juga boleh. Engga ada aturan saklek tergantung mau nyampenya kapan aja gitu.

Nah, engga mau mainstream dan sekalian menikmati perjalanan gue pun memutuskan untuk memakai kereta lokal yang harganya memiliki kearifan lokal pula.

13 Maret 2020

Hari jumat dipilih menjadi hari baik untuk memulai perjalanan ini dengan matahari mentereng bedanya engga sale dimana-mana.
Berhubung naik kereta lokal Walahar Ekspress Nomor 468 jadi harus transit dulu ya di Purwakarta untuk kemudian dilanjutkan ke Bandung.
Harganya berapa?
Cukup ngeluarin kocek 6ribu aja bisa langsung cuss ke Purwakarta ya kawan, belinya bisa on the spot atau lewat KAI Access, tapi gue saranin sih lewat KAI Access aja, bayarnya bisa pake Link kok.