Tentang Pertanyaan

Fiksi 

Menurutmu apa itu pertanyaan?

Sebuah langkah awal atas penerimaan?

Tidak berujung dan menyedihkan?

Atau menggantung begitu saja?

 

Aku bertanya dan kamu menjawab,

Bukankah itu adil?

Pertanyaan dari sisi yang satu dan jawaban dari sisi yang lain,

Namun tidak semua-muanya merasakan hal itu.

Banyak ya jawaban atas pertanyaan yang tidak kita ketahui, tidak kita mengerti.

Beberapa pertanyaan sungguh mengerikan karena kita tidak tahu dan tidak paham.

Tuhan sedikit keji menurutku membiarkan pertanyaan menggantung di semesta dan membiarkannya begitu saja, memang ada yang akhirnya terjawab namun banyak juga yang akhirnya diam saja. Diam meringkuk terpuruk sepi, terjerembab dalam kata-kata puitis bahwa tidak segala hal membutuhkan jawaban.

Menyebalkan.

 

Bagi aku pertanyaan selalu ada jawaban meski pada awalnya selalu bertanya kenapa kenapa. Sifat dasar manusia adalah serakah, serakah atas jawaban.

Tidak boleh tidak dijawab, meski tidak menggunakan akal sehat harus ada jawaban!

Menuntut.

Keras.

Wajib.

Egois.

Egosentris.

Aku harus mendapatkan jawabannya dan kamu tau kenapa?

Karena katanya manusia yang tidak mendapatkan jawaban akan terus menjadi roh yang bergentayangan.

Ini tidak seram dibandingkan tetanggamu yang menghakimu hanya karena mereka tidak tahu, tidak mau tahu dan tidak mau cek kebenarannya.

Ini tidak seram dibandingkan tetanggamu yang ternyata memperkosa anak tetanggamu yang lain dan dia baik-baik saja.

 

Lalu apa jawaban atas kejadian-kejadian janggal itu?

Semesta yang patut disalahkan dia menjalankan dunia ini semau-maunya, semua-muanya seturut kehendakNya.

Meratapinya selamanya pun tidak ada gunanya meski sedih itu membekas.

Bahwa jawaban yang diyakini, bahwa pertanyaan yang dilontarkan

“Tuhan kemana?”

Hanya bisa menjadi perih saja di hati.

 

Sekali lagi, ketika kita meratap atas pertanyaan tak terjawab dan kita memaksa menjawab sebagai pelipur lara.

Aku akan menyemangatimu bahwa tidak apa-apa mencari-cari alasan,

Tidak apa-apa menyalahkan dirimu sendiri.

Tidak masalah jika kamu bilang memang itu salahmu.

Tidak apa-apa karena percayalah Tuhan akan mengirimkan seorang untuk menamparmu dan berkata bahwa ini semua adalah atas kehendakNya dan kita tidak sepatutnya menyalahkan sepenuhnya diri sendiri.

Berjuanglah,

Katakan pada Tuhan bahwa cobaan yang dihantarkan ada karena kehendakNya maka keselamatan pun karena Dia.

No comments:

Post a Comment