"Romantisme Si Kambing"

 “aku ibu kandungmu dan ini kakak kandungmu”, hello enak banget ngomongnya, seperti membalikkan tangan dari putih ke hitam, tiba-tiba mantan mertuaku dan mantan pacarku (yang masih kusayang banget dan kuharapkan banget untuk balikan) datang kerumahku dan mengatakan sesuatu yang membuatku sangat terkejut sampai dinding duniaku jadi debu seketika dan hatiku berhamburan, melayang kemana-mana. Gila aja, dari kemaren kemana aja baru sekarang muncul, mana pernah berhubungan dalem banget lagi ama itu anak yang kini sekarang harus kupanggil kakak.
Pernah gak sih kalian merasakan ini atau setidaknya berimaji akan ada kejadian seperti ini?? Kalo gak bersyukurlah kamu, karena pasti kamu bakal ngerasa sedih dan pengen nangis tujuh turunan.
         “kamu udah pulang?” tanya mantan mertua yang sekarang harus kupanggil ibu dengan berat hati..
         “udah tan, eh bu”, jawabku sambil meralat. Haduuh biasa manggil tante begitu manggil ibu lidah jadi kaku banget. Apalagi yang selama 18 tahun ini tidak pernah sekalipun aku memanggil ibu dengan makna yang sebenarnya. Memang sih aku mengharapkan sosok ibu ada tapi gak gini juga kali caranya, apalagi pas banget sang ayah melayang ke Surga eh dia tiba-tiba ngaku jadi seorang ibu.
        “kamu ada rencana apalagi setelah ini sayang?” tanya ibuku lagi, sambil tersenyum.
        “mau ke senayan, ada fashion show temen”, jawabku singkat, begini ya rasanya punya ibu, aneh.. ditanyain mulu, beda banget ama ayah, perhatiannya beda.
        “mau ku temenin?” tanya mantanku yang kini menjadi sosok kakak, haduh.. jantungku.. berdebar-debar tak karuuuan.
        “gak usah yank, eh kak adi maksudnya”, jawabku, haduh mati rasa, kelu banget lidah manggil mereka dengan sebutan seperti ini.
       “hem, ya udah”, sahut adi yang sekejap bengong lalu dengan cepat kembali ke dunia nyata dan segera melenggang pergi ketika permintaannya ditolak.
       “sabar ya sayang, lama-lama juga terbiasa kok”, haduh si ibu enak banget ngomongnya, neh saya nih bu, yang waktu jadian ama anak ibu imajinya udah pengen nikahin aja, udah kemana-mana, apalagi kissing pertama ama dia. Aduuuuhhh ayaaahhhh udah gak kuat lagi tinggal serumah ama mereka.

Senayan, 19.00.
        “tunjukin sama saya, baju yang terbaru dimusim ini. Dan saya mau baju yang ini”, ucapku sambil tersenyum sumringah. Belanja adalah kesenangan tiada tara dan merupakan obat kebahagiaan yang paling ampuh bagiku, cewek tanpa belanja??? Bukan cewek namanya kalo gitu. Hoho..
Uia, kenalin namaku Christi Angelia Yanuarty. Cewek langsing yang mempunyai tinggi 170 cm, dan selalu memakai sepatu berhak minimal 5 centi dan maksimal 10 centi. Punya rambut panjang kebanggaan, menyukai junkfood karena itu keren, seorang mahasiswi disebuah perguruan tinggi swasta bonafit.
        “apa yakin kau mau membelinya?” tanya seorang lelaki entah padaku atau pada siapa yang pasti dia berdiri disebelahku,
        “ya, ada apa ya?” tanyaku balik, membuat dia nampak berfikir sejenak.
        “itu gak cocok untukmu”, jawabnya, membuatku menaikkan alis lalu memandangnya dari atas sampai bawah. Dia cowok yang sebenernya ada di nilai 8.5 antara 1 sampai 10. Dengan jam switcherland ditangan, sepatu hills, baju giordano, topi distro, dan celana khaki. Merk berjalan yang cukup memukau.
        “maksudmu itu apa ya, Aku gak cocok pake barang mahal?” tanyaku lagi, ini menyebalkan karena dia sendiri memakai barang yang mahal-mahal.
       “kamu? Kamu sendiri aja udah mahal. Daripada beli barang begitu yang sebentar lagi musimnya habis lebih baik memikirkan barang yang keluar untuk dua musim mendatang”, jawabnya lalu pergi, aduh udah dirumah stress ama keluarga yang aneh sekarang juga ketemu ama cowok aneh yang sok banget ngeritik. Suka-suka aku dong, mau tuh baju cocok gak cocok, aku ini yang punya uang.
        “Christi, kamu abis belanja?” tanya Yernie, sahabatku yang telah selesai fashion show tepat jam dua malam,
        “yap, udah.. gimana tadi shownya?” tanyaku, membuatnya hanya tersenyum senang,
        “kamu mah payah dateng kemari bukannya nonton malah belanja sendiri”, protes Yernie membuatku hanya terkekeh.
        “ya udah kalo gitu sekarang kamu harus temenin aku ke clubbing. Okey”, ajaknya diiringi anggukan mantap olehku.
Jadilah kami disini, tempat redup yang dipenuhi oleh orang-orang yang asik menari dengan dentuman sang Dj, pertama kalinya aku mengenal clubbing sewaku kelas satu SMA, tempat ini sebenarnya cukup membuat frustrasi karena padat dengan orang dan lampu yang berkelap kelip, namun makin kesini ya makin asik aja, kecanduan malah. Melupakan bagaimana keadaan rumah yang porak poranda ketika seseorang yang mengaku sebagai ibu belum datang dan ayahku sibuk bekerja, menimbun harta dan aku kejatahan untuk menghabiskannya. Hei, itu sangat menyenangkan, baru kusadari itu. Dulu aku terjebak dalam kesendirian dan keputusasaan apalagi ditambah pembantu yang kejamnya kayak ibu tiri.
        “vodka galz?” tanya seorang bartender yang kau tahu, dia sangat rupawan dan menawan, senyumannya mirip pangeran Charles, bedanya ya kalo si Charles itu tinggal diatas sana dan bergelar bangsawan sedangkan yang ada dihadapanku adalah yang mirip Charles yang tinggal dikostan kecil dibelakang clubbing dan bergelar pangerannya kampus.
         “come on Jack, you know what I want..”, jawabku sambil tertawa, membuatnya tersenyum penuh memamerkan giginya yang putih dan lesung pipitnya yang cukup dalam. Membuatnya tampak sangat manis.
        “ah, please Christi, haha, gak ada cinta bartender. Okey”, sergap Yernie ketika aku terus mengintai Jack, sang bartender.
        “yeah, I know. Dan asal kau tau dalam hatiku ini only love to my darling.. adi..haaah..”, ujarku lalu memainkan bibir gelas yang kini nongkrong dihadapanku,
        “OMG Christi, forget him. Dia udah jadi kakak kamu”, sanggah Yernie, membuatku langsung menyirnakan muka penuh harap dan penuh senyum. Ya, dia benar kini saatnya aku harus benar-benar melupakan dia sang mantan yang kini telah berubah wujud menjadi sosok kakak. Ya Tuhan, pertanyaan bagiku, dapatkah aku menghapus rasa cinta yang begitu dalam kepadanya?
        “okey.. ayo kita happy-happy aja dimalam ini..”, ucapku lalu melakukan toast dengan Yernie.

        “kamu pulang pagi, membawa belanjaan banyak dan terutama kamu.. kamu mabuk?” haaaah dia wanita terbawel yang pernah kulihat, aku lebih suka si bibik yang jarang bicara namun terus memukul, yang telah dipecat ketika aku divonis claustrophobia oleh dokter kejiwaan.
        “ayolah, aku hanya sedikit mabuk..”, ucapku menyanggah ucapan ibu yang menurutku sangat lebay,
       “dan kau tahu, harga belanjaanmu itu melebihi batas normal dan apa yang kau keluarkan ketika berada di clubbing juga dalam batas yang sangat membuat ibumu ini terkesan..”, sahut ibu, dalam keadaan tetap berdiri dan ia memegang buku tabunganku. Sudah lama sekali aku tak melihat buku tabungan itu karena sebelumnya ayahlah yang menyimpankannya untukku.
       “come on mom, kayaknya gak ada problem deh dengan itu semua.. it’s big city, akan freak kalau aku Christi, memakai barang tanpa brand dan ketinggalan mode. Lagipula clubbing itu cuman masalah sepele dan kecil. Gak usahlah terlalu dibesar-besarkan seperti itu. Ayah saja tak pernah mempermasalahkannya..” , jawabku santai, membuat mukanya merah padam, dia ini kenapa sih?
       “kamu gadis, anak gadisku satu-satunya, dan clubbing adalah hal buruk, dan belanjamu ya Tuhan, dapat menghidupi orang satu RT mungkin. Mulai sekarang kamu akan kena jam malam dan kartu ATMmu akan ibu sita..”, hei hei, boleh dia jadi ibu gadunganku tapi dia gak berhak buat mencampuri apa yang kulakukan terutama kesenanganku,
       “hei, kamu gak berhak begitu padaku, siapa sih kamu? Cuman seseorang yang tiba-tiba datang menjadi sosok ibu dalam hidupku. Jangan sok jadi ibuku deh…”, seruku yang kini berdiri menantangnya,
       “baru kali ini ibu tau sikapmu yang seperti ini, sekarang. Masuk ke kamarmu, bersiaplah kekampus, jam malammu sampai jam tujuh..”, hello, ibu kemaren sore, kemaren tuh kemana aja sekarang baru sok-sok ngatur gini.
       “yang benar saja. Kamu gak berhak ngatuur hidupku..”, seruku,
       “kamu…”, ibu hampir saja melayangkan 5 jarinya untuk pipiku kalau saja kak Adi tidak datang dan menahan tangan itu,
       “sabar bu, masuklah kekamarmu Christi..”, suruhnya, sejenak aku memandang wajah kak Adi yang sedang memandang mata ibuku lalu aku pergi kekamar.
Samuel Adi Pratamajaya, seorang pejantan tangguh yang memikat hatiku, sungguh-sungguh memikat dan membuatku menjadikannya pangeran dalam hatiku. Memberikan kehangatan seorang lelaki dan sungguh benar dia adalah dambaan semua gadis. Aku dan dia merajut cinta selama 3 tahun dan putus ditengah jalan karena kesalahpahaman yang telah terselesaikan, ketika aku melanjutkan kuliah aku bertemu dengan Adi yang berada di kelas 3, saat kedekatan dan aku yakin dia mau menembakku lagi, disaat itu jugalah ternyata dia datang membawa kabar yang menggemparkan. Aaarrgh menyebalkan, kini selain aku harus mengatasi rasa ini juga mengatasi ibu jadi-jadian itu.

       “duniiiaku hancuur… duniaakuu tanpa belanja..”, gerutuku pelan di kantin, hari ini sangat menyebalkan. Mengingat kartu ATM tak lagi menghuni dompetku.
       “kalau begitu pacaran saja denganku..”, jawab seseorang, hei itu bukan pertanyaan atau sebuah kalimat yang membutuhkan balasan.
       “kambing kali…hem? Kamu? Kita satu kampus?” tanyaku tiba-tiba kaget juga ngeliat bocah yang ngegangguin waktu aku belanja di Senayan.
        “gak, aku gak kuliah disini, kebetulan aja lagi disini..” jawabnya lalu memesan minum,
        “terus?” tanyaku,
        “ngeliat kamu, terus tertarik ama kamu. Pacaran yuk..”, ajunya, membuatku menganga, kaget setengah mati.
        “apaan sih, dateng-dateng ngajakin pacaran.”, ucapku kesal,
        “woy, Rizky, hem.. Christi? Kok disini?” tanya Enggar pada cowok yang berada disebelahku dan aneh melihatku,
        “iyalah dia cewek aku nggar..”, jawab cowok yang dipanggil Rizky itu pada Enggar, astaga nian sejak kapan, tanpa mengelak dan tanpa menyanggah, entah sebetulnya apa yang kulakukan. Gossip itu pun menyebar dan sejak itulah tanpa menembak dan hanya mengajukan penawaran yang belum kusanggupi kita jadian.

         “ku tanya untuk apa kamu beli baju, padahal baju yang kamu beli setahun terakhir ini belum dipakai semuanya?” tanya Nurmansyah Rizky Putra padaku, dia ini menyebalkan tapi selalu benar, jadi makin menyebalkan saja. Terkadang memang dia membelikanku baju ataupun yang lainnya dan sisanya dia akan bertanya apa aku benar butuh semua ini atau hanya ingin, dan lain-lain, lalu dia akan mengkritik makananku yang selalu berbau junkfood dan bahasaku yang sok keinggris-inggrisan.
Setahun bersamanya dan wejangan yang tak pernah berhenti keluar dari mulutnya selalu membuatku sebal namun akhirnya berfikir juga, untuk mulai perduli pada lingkungan sekitarku dan mulai belajar menghemat.
        “ich kambing, satu aja..”, ucapku padanya, semenjak kata jadian tanpa penembakan itu aku senang sekali memanggilnya kambing, karena sumpah dia mirip banget kambing yang gak bisa makan daging (dia ini vegetarian kelas kakap), selalu mengembik (memberikan wejangan maksudnya) dan selalu bermuka males. Persis banget kambing kan?
        “dibilangin ngeyel banget sih. Udah ayo..”, ucapnya sambil menyeretku keluar dari MOI (Mall Of Indonesia), iich dia ini emang nyebelin.
        “hai Riz..”, sapa seorang cewek ketika kami berdua tengah menuju parkiran, seorang gadis yang tak lebih cantik dariku, berkulit putih dan berambut panjang.
        “ini gadismu, orang yang sangat ingin kamu permainkan dan akan kamu putusin?” ucapnya membuatku membatu dan terhenyak seketika, cewek ini ngomong apa sih..
        “bukan, dia gadisku, pujaanku..”, jawab Rizky sambil menatap marah pada gadis itu,
        “haha, hai wanita murahan. Kau tahu demi sebuah taruhan kau dipacarinya. Menurutmu apa tak aneh tiba-tiba seorang lelaki datang dan mengajukan pacaran denganmu lalu membelikanmu banyak barang?” gadis jelek ini mencoba membakar amarahku yang akhirnya terbakar juga,
        “bener itu?” tanyaku pada Rizky, membuatnya memalingkan muka namun menjawab ya, arrgh shit.. kamu tuh ngeselin banget emang, dasar kambing..
Dan aku berlari dalam kekelaman luar biasa, tau gitu aku menjalin hubungan terlarang aja setaun yang lalu bersama ka Adi, biarin saudara sedarah-sedarah dah tuh, yang penting cinta. Aarrgh.. nyebelin, dasar cinta gak adil. Disaat aku mulai yakin akan ada cinta sesungguhnya, dan aku mulai menyadari betapa aku mencintainya.. hem.. aku mencintainya? astaga… air mataku mulai berhamburan keluar tanpa bisa kukendalikan mengiringi derap langkahku. Pulang.. rumah.. itulah tujuan yang terlintas dalam benakku. Memang setahun ini hubunganku dengan kedua orang itu tidak bisa dikatakan membaik tapi tidak juga bisa dikatakan memburuk.
         “Christi kamu kenapa?” tanya kak Adi yang membuka pintu, aku hanya diam dan langsung berlari kekamar, membanting diri ketempat tidur dan menangis sejadinya.
         “sayang ada apa?” tanya ibu yang duduk dipinggiran tempat tidur, tanpa berfikir panjang aku pun langsung memeluknya,
         “ceritakan pada ibundamu ini nak..”, sahut ibu kemudian, rasanya nyaman sekali, disaat jatuh begini aku berada dalam pelukan orang yang tepat dengan elusan kakak pada rambutku, ini mungkin arti keluarga.. ada dan siap menjadi obat penghiburan dikala kita manusia jatuh, ada dan akan turut bahagia dikala kita sedang senang.

         “aku gak ikut taruhan itu, aku hanya mendengarnya. Sungguh aku mencintainya, sejak pandangan pertama. Aku ingin berpacaran dengannya karena aku tak ingin ia dijadikan ajang taruhan itu. Bila aku memacarinya maka tidak ada seorang pun yang akan berani menyentuhnya. Begitulah aku melindungi ia yang kusayang meski ia tak tau itu”, jelas Rizki pada Adi, dua pejantan yang duduk bersama menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Disinilah mulai terkuak semuanya, namun tetap saja gara-gara keracunan kata-kata cewek kemarin, aku masih sebal dengan Rizki.
        “so, adikku sayang.. kamu udah denger kan penjelasan Rizki?” tanya Kak Adi padaku yang bersembunyi dibalik tembok kantin mendengarkan penjelasan Rizki,
        “ya, aku maafin. Tapi maaf juga aku butuh waktu untuk berfikir..”, ucapku lalu pergi. Benarkah yang ia katakan itulah yang ada dibenakku sekarang, aku takut dia memutar balikkan fakta. Rizky yang melihatku berlalu begitu saja tanpa memandangnya, hanya menunduk.
        “aku pasti akan melakukan sesuatu untukmu, sayangku..”, janji Rizky yang hanya disanggupin pandangan oleh Adi.

Seminggu dan aku masih belum menghubunginya, kangen… tapi ego masih saja belum beranjak untuk menyapanya..
        “CHRISTI ANGELIA YANUARTY.. AKU MENCINTAIMU..”, teriakan dari lapangan kampus itu membuatku tercenung. Rizki.. dan aku berlari kelapangan, benar Rizki disana, berdiri sambil memegang TOA.
        “aku adalah sekeping cinta, sang setia tuk temani hatimu yang sendiri. Demi mentari yang tercanang dilangit, bidadari ini berdiri dihadapanku, suaranya merdu dan wajahnya bercahayakan terang mentari, cantiknya adalah diluar kata-kataku, dan hatinya adalah cinta dengan limpahan asa, hai bidadari perebut hatiku bolehkah aku bersanding denganmu, menggapai angan bersama-sama, merajut asa terangkai menjadi satu kenangan…”, sebait puisi gombal yang menggugah hati…
        “kambiiing I love youuuu…” 

No comments:

Post a Comment