“bumi itu sebenarnya gak bulat” ucapku pada tante saat kami sedang duduk dihalte menunggu bus yang akan mengantarkan kami pulang setelah lelah berbelanja pakaian untuk natal.
“bulat kok, kayak tahu bulat” jawab tanteku sambil memakan tahu bulat yang baru saja kami beli
“tapi gak bisa dimakan” sahutku ketus, lagi lagi tanteku tersenyum lalu menyodorkan tahu bulat padaku, meski kesal aku menerimanya lalu memakannya
“tante gak lebih pintar daripada ponakan tante yang jenius ini. Tapi setidaknya tante mengerti ada maksud kamu mengatakan itu”
“bumi kotak bagaimana?” sahutku lagi
“boleh, anggaplah bumi kotak. Kita bayangkan dia sebagai bangun ruang. Mempunyai sudut yang tajam disisinya hingga kita para manusia tidak bisa saling mengunjungi”
“tapi manusia pintar, sekalipun bumi kotak pasti pada akhirnya manusia menemukan jawabannya” belaku
“baiklah anggaplah bumi kotak dan manusia bisa mengitarinya. Namun yang jadi pertanyaannya adalah sisi yang tajam itu bagaimana? sisi yang pada akhirnya terpisahkan itu bagaimana?”
“apa maksud tante dengan sisi tajam?” tanyaku kembali
“kotak selalu mempunyai sisi tajam, manusia pun juga begitu. Namun tegakah kamu bila sisi tajam itu akhirnya melukai?”
“aku tetap tidak mengerti”
“Aku juga tidak mengerti kenapa aku sangat menyukai bumi yang bulat daripada yang kotak” tanteku tersenyum namun itu tidak membuyarkan rasa kesalku karena tidak bisa mengerti tentang sisi tajam
“jadi tante gak mau berandai bumi itu kotak dan lebih pas untuk bulat?” ucapku lagi
“ya, begitulah. Tuhan menciptakan bumi itu bulat bukan tanpa maksud” dan aku mulai tertarik pada perkataannya
“Tuhan menciptakan bumi bulat, kamu tau b-u-l-a-t” tanteku mulai mengeja bulat dan aku mencibirnya kalau aku tau ejaan bulat
“Tuhan menciptakan bumi bulat atau lebih halusnya lingkaran sebagai pertanda untuk manusia bahwa Tuhan menciptakan dunia ini tanpa akhir, kita manusia tidak akan pernah tahu ujung dari kehidupan tapi Tuhan menginginkan segala sesuatu yang telah diciptakannya terus ada, terus berkembang. Lingkaran ini juga pertanda bahwa kita sebagai sesama manusia memiliki kerukunan atau hidup guyub tanpa ujung” filosofi tante yang juga tak bisa kusangkal.
Jadi Tuhan selalu memberikan tanda pada kita manusia, bumi itu bulat mengartikan bahwa kehidupan manusia tidak akan putus dan kasih sayang dimuka bumi ini tidak akan pernah mengenal berhenti. Dia akan terus berputar tanpa pernah berpaling.
“bulat kok, kayak tahu bulat” jawab tanteku sambil memakan tahu bulat yang baru saja kami beli
“tapi gak bisa dimakan” sahutku ketus, lagi lagi tanteku tersenyum lalu menyodorkan tahu bulat padaku, meski kesal aku menerimanya lalu memakannya
“tante gak lebih pintar daripada ponakan tante yang jenius ini. Tapi setidaknya tante mengerti ada maksud kamu mengatakan itu”
“bumi kotak bagaimana?” sahutku lagi
“boleh, anggaplah bumi kotak. Kita bayangkan dia sebagai bangun ruang. Mempunyai sudut yang tajam disisinya hingga kita para manusia tidak bisa saling mengunjungi”
“tapi manusia pintar, sekalipun bumi kotak pasti pada akhirnya manusia menemukan jawabannya” belaku
“baiklah anggaplah bumi kotak dan manusia bisa mengitarinya. Namun yang jadi pertanyaannya adalah sisi yang tajam itu bagaimana? sisi yang pada akhirnya terpisahkan itu bagaimana?”
“apa maksud tante dengan sisi tajam?” tanyaku kembali
“kotak selalu mempunyai sisi tajam, manusia pun juga begitu. Namun tegakah kamu bila sisi tajam itu akhirnya melukai?”
“aku tetap tidak mengerti”
“Aku juga tidak mengerti kenapa aku sangat menyukai bumi yang bulat daripada yang kotak” tanteku tersenyum namun itu tidak membuyarkan rasa kesalku karena tidak bisa mengerti tentang sisi tajam
“jadi tante gak mau berandai bumi itu kotak dan lebih pas untuk bulat?” ucapku lagi
“ya, begitulah. Tuhan menciptakan bumi itu bulat bukan tanpa maksud” dan aku mulai tertarik pada perkataannya
“Tuhan menciptakan bumi bulat, kamu tau b-u-l-a-t” tanteku mulai mengeja bulat dan aku mencibirnya kalau aku tau ejaan bulat
“Tuhan menciptakan bumi bulat atau lebih halusnya lingkaran sebagai pertanda untuk manusia bahwa Tuhan menciptakan dunia ini tanpa akhir, kita manusia tidak akan pernah tahu ujung dari kehidupan tapi Tuhan menginginkan segala sesuatu yang telah diciptakannya terus ada, terus berkembang. Lingkaran ini juga pertanda bahwa kita sebagai sesama manusia memiliki kerukunan atau hidup guyub tanpa ujung” filosofi tante yang juga tak bisa kusangkal.
Jadi Tuhan selalu memberikan tanda pada kita manusia, bumi itu bulat mengartikan bahwa kehidupan manusia tidak akan putus dan kasih sayang dimuka bumi ini tidak akan pernah mengenal berhenti. Dia akan terus berputar tanpa pernah berpaling.
Yap, benar. Bumi itu bulat. Membentuk lingkaran, menyatukan segala arah. Merapatkan segalanya tanpa celah. :)
ReplyDeletemaka sebagai manusia janganlah membuat celah satu manusia dengan manusia lain. Bukankah begitu? :D
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteBumi memang bulat, kalau bumi kotak tidak akan ada titik temu.
ReplyDeletesetuju sekali :)
DeleteAku salut sama tantemu. Salam yaaa!:D
ReplyDeleteoki doki :D
Delete