Negeri Bawah Laut

Mentari telah berganti rembulan, 
Malam menanti dengan khusyuk, selimut sudah menindih badan. Mari kita tidur dan masuk ke malam. 

Memejamkan mata didunia nyata, membukanya didunia kedua.

Kali ini aku menuju dunia bawah laut, aku memakai pelampung berwarna kuning, sesekali menyelam sesekali menggapai permukaan. Masih tak kuat dan tak biasa bernafas dibawah laut. 
Mari kuceritakan negeri bawah laut dengan detail, ini pun pertama kalinya aku kesini. 

Bentuknya seperti bangunan dengan banyak rongga, berada dibawah laut, banyak dari sisinya terdapat terumbu karang dan ikan melewati aku. Tempat ini pun ramai dengan orang-orang. 
Ada yang mengenakan pakaian menyelam khusus, ada yang seadanya seperti aku yang hanya memakai pelampung kuning besar. Cukup gila, tapi ini ya mimpiku, mau aku menyelam sedalam apapun aku tidak akan mati tenggelam, atau jika tiba-tiba aku kehabisan nafas ya mungkin aku bisa kembali ke dunia nyataku.
Aku memiliki pemandu, seorang gadis cantik berambut pirang. Badannya langsing seperti putri duyung milik walt disney yang sering aku liat di film-film, dia memakai pakaian penyelam dengan tabung oksigen di punggungnya. 
Ketika kedua kalinya aku mencapai permukaan, dia menarikku ke bawah, kali ini lebih ke bawah lagi dengan terumbu karang yang begitu mempesona. Awalnya aku kaget karena nafasku perlahan habis, tapi aku berfikir harus tenang. Aku mengikutinya. 

Kami menyelam lebih dalam lagi dan menemukan banyak orang tanpa oksigen. Ah, apa yang terjadi! tidak mungkin aku membiarkan doraemon milik fujiko fujio masuk ke dalam rancangan mimpiku kan?
Mereka sedang membagikan semacam rapot dibangunan-bangunan yang menyerupai ruang kelas. Orang tua dan anak, berdua-dua. Hanya diam saja, tidak ada suaranya. 
Aku terus berenang menyusuri mereka, mengikuti pemanduku sampai ujung kelas. 
Di kelas terakhir tiba-tiba air surut, hilang begitu saja, pemanduku pun hilang.

Äpa yang kamu lakukan? ayo.." aku menoleh ke arah suara dan menemukan lelaki berbadan tegap menyuruhku mengikutinya. Aku masih belum tau aku tiba pada situasi seperti apa.
Sebentar mengikutinya dan aku menemukan anggota keluarga, ayah, ibu, kedua kakak laki-laki dan aku sebagai anak terakhir perempuan.
"Kita harus segera menelusuri area ini", ah kali ini aku dijaga rupanya, tidak tega membiarkan aku menjelajah sendirian, bahkan diriku memang sangat perduli pada dirinya sendiri.

Area kering ini termasuk negeri bawah laut, ada kelas-kelas yang sebelumnya kita lihat kosong. Kami keluar dari bangunan ruang kelas menuju luar. Ada kerajaan dengan batu pualam yang terlihat sangat tua. Benar-benar tempat ini sungguh sangat luas. 
"Aku tidak membayangkan bagaimana kerajaan dan seseorang bisa tinggal disini", ucap si áyah'
ketika kami berjalan makin jauh, kami menyadari bukan hanya kami disini. Ada banyak orang disini, dengan pakaian serba krem dan salah satunya berwarna putih terang, seperti bawahan dan atasan, menegaskan perbedaan kasta, kami seperti turis yang hendak berfoto dan menelusuri.
Aku lihat pemanduku bersama dengan orang-orang lainnya, menaruh telunjuk di bibirnya, meminta aku tidak memanggil, diam dan ikuti saja mereka.

Aku diam dan terus mengikuti mereka, mengawasi keluarga ini kemana mereka hendak melangkah. 
Dalam kerajaan ini terdapat taman bunga yang sedang bermekaran dengan ditengahnya terdapat gazebo dan sungai yang mengalir, seperti jurnal mimpiku di "Tersesat" mirip sekali atau memang ini tempat yang sama?
Kami terus berjalan sampai titik kami berpencar. Aku kembali ke ruang kelas kosong yang tadi, melihat bangku kosong di tengah ruangan.
"aku tahu kamu penasaran.." suara pemanduku, aku tidak menoleh hanya berjalan mengelilingi bangku itu. 
"kamu tahu karena hal itu semuanya menjadi sunyi dan sedikit suram, yang tadi adalah bagaimana kelas-kelas sekarang. Hikmat diam, ada namun tak terasa nyata. Hidup memang kadang terasa tidak nyata kan?" aku hanya melihatnya sekilas, lucu sekali bagaimana dia mengatakan hidup terasa tidak nyata.

Pemanduku pergi dan lonceng berbunyi, tak lama teriakan terdengar. Aku berlari ke arah suara namun tidak jelas dari mana suara itu, ketika aku keluar dari bangunan kelas , aku berlari sekencangnya, menyusuri semua jalan yang tadi aku telusuri bersama mereka. 
Capek gila.
Ketika aku bertemu mereka di pelataran dimana ada danau didepannya, sang ayah mengatakan 
"ayo lari"
kami pun berlari, kulihat ditangannya tergenggam tanduk berwarna putih bercahaya, aku menoleh kebelakang tepatnya ke arah atas. 
Gila.. dia mematahkan tanduk itu, gila dia mencuri didalam mimpiku!
Aku berhenti dan melihat mereka begitu bersemangat berlari, sial.
Tak berapa lama pemanduku memelukku, membuat para penjaga yang mengejar melewatkanku, lalu melemparkan badan kami berdua ke danau tersebut.
"Yang hilang biarlah hilang, ikhlaskan sampai ke tulangmu"

dan aku terbangun saat malam telah menjadi pagi dan obrolan anak-anak yang kini bangun sahur terus bermain bergema.




No comments:

Post a Comment