"Hanya Adik"



Semua orang ingin bahagia, siapa yang tidak mau.
Semua orang ingin hal-hal yang membuatnya tersenyum kecil ataupun tertawa lebar lalu seterusnya mengenang hal itu, siapa yang tidak mau.

Aku pun begitu.

Pernah kutatap langit lalu berkata kapan sang jodoh akan datang menyapa. Sudah terlalu banyak lelaki sekejap mata bilang aku cantik dan lainnya, sekejap kemudian berfikir ulang. Katanya aku manis ramah dan mudah diajak berteman. Ah, temanku sudah banyak. Aku butuh orang yang kurindukan.


Satu hal yang kuingat dari kisah asmaraku. Membuatku duduk menikmati segelas jus dari family mart, duduk di bangkuku dan menatap keluar melalui pintu kaca kantor.
Hal menyenangkan memang mudah dikenang, namun seakan semua sirna ketika kenangan akan hal menyakitkan itu menyerbu.

"Harapannya sih kita lebih dari teman, aku emang gak suka ikatan status gitu tapi aku mau kamu ngerti aku serius"
Sebaris kata manis yang dia ucapkan waktu itu membuatku tersenyum kecil. Kuminta waktu satu minggu sebelum memutuskan pertanyaan yang lebih menyerupai pernyataan itu.

Pertama kami mengenal dari genggam tangan singkat lalu tatap mata penuh arti, saat itu kurasakan ada yang berbeda darinya untukku.
Bincang singkat kurasakan keakraban memayungi kami, pembicaraan yang nyambung membuat kami saling melempar tawa lalu melempar nomor dan beberapa ID sosmed.
Siapa tahu itu dia..
Pemikiran optimisku muncul membuatku bersemangat.
Wibawa usianya terlihat membuatku berpikir dia tak akan mungkin mempermainkanku.

Pekerjaannya adalah memberikan kebahagiaan lewat indera pendengar, baik permainan jemari ataupun suaranya manapun itu membuatku mabuk kepayang dan berkhayal seperti gadis kecil yang akan mendapatkan barang impiannya.

"Aku performance besok, ikut yuk", ada acara digerejanya, membuatku tersenyum dan langsung mengatakan ya.
Sebelumnya dia mengatakan tidak suka ada ikatan status, aku jadi berfikir bagaimana dia akan mengenalkan teman-temannya padaku. Namun hal seperti itu kutepiskan, kukatakan kepada diriku bahwa banyak hal-hal bahagia beranjak dari ketidakpastian dan kepercayaan yang lebih.

Aku mencoba mempercayainya.

Mungkin aku memang menyukainya, aku menyukai ketika dia tersenyum, aku menyukai ketika dia bermain, aku menyukai ketika dia benar-benar menikmati apa yang dia sukai dan dia kuasai. Aku menyukai dia sebagaimana dia menyukaiku.

Bagaimana kami bertatapan,
Bagaimana kami saling melempar senyum,
Bagaimana kami tertawa,
Bagaimana kami mulai percaya,
Bagaimana kami mulai menukar hati,
Bagaimana hal-hal yang ada berubah dari aku menjadi kami, dari seorang menjadi bersama.
Aku menikmati setiap momen kebersamaan kami, hari sabtu adalah hari yang paling kunanti.
Menjejaki langkah bersama.

"Ya, aku mau kita bersama meski kamu bilang kamu maunya tanpa status. Aku tahu kamu pasti serius", aku tersenyum dan kukirimkan kata-kata itu padanya. Entah mengapa ada rasa yang begitu menyenangkan, aku membayangkan banyak hal bersamanya.
Terlebih lagi aku sudah ambil cuti untuk melihat penampilannya di Bali.
Aku tidak sabar karena begitu banyak hal-hal yang akan kulakukan bersamanya.

Bagaimana aku menanggapinya, dia pun begitu.
Begitulah yang kupikir awalnya.
Setelah aku mengatakan hal itu, dia sama senangnya denganku, dia sama bahagianya. Kami mulai mendaratkan kata sayang demi sayang.
Kupikir kami sama-sama bahagia akan hal ini, itulah yang kupikirkan..

"Maaf rupanya gak bisa. Aku udah anggep kamu sebagai adikku"
Entah lelaki mana yang lebih brengsek daripada yang seperti ini.
Semalam aku mengiyakan bahwa aku ingin bersamanya, paginya kutemui sebaris kata-kata aneh membuat malam bahagiaku menjadi gelap.

Kukatakan candaannya gak lucu, dia katakan itu keseriusannya.
Hanya adik setelah kebersamaan aneh yang kami lakukan,
Hanya adik setelah bagaimana dia mengajakku mondar mandir kesana kemari,
Hanya adik setelah dia mengatakan bahwa dia ingin bersamaku,
Hanya adik setelah dia menunjukkan keseriusan dan membuatku terenyuh pada hal-hal yang dia lakukan.
Memang adiknya kurang atau dia adalah aktor yang terlalu berbakat?
Emosiku meletup hatiku tersayat.
Mungkin aku tidaklah pintar tapi bukan berarti air mataku tidak berharga.
Aku menangis sejadinya,
Aku menatap diriku dalam amarah yang tidak biasa,
Sebodoh itukah aku atau lelaki itu yang memiliki kebrengsekan sempurna?
Maka tidaklah heran untukku bagaimana dia selalu diselingkuhi pacar ataupun tidak memiliki hati yang menetap.

Kutatap langit biru, hari ini cerah namun hatiku mendung. Air mataku seakan tidak terbendung, ingin menumpahkan terus terlalu berharga rasanya.
Memori demi memori kebersamaannya mendadak muncul dalam kepalaku, mengalir begitu indah dan menyakitkan.
Aku sudah percaya padanya, aku menyukainya.
Harus berapa kali lagi aku merasakan hal-hal seperti ini, teman-temanku berkata betapa bodohnya aku, betapa mudahnya aku dibohongi.
Aku pun menangis dalam pilu, kalian tahu bagaimana aku sendiri merasa bodoh namun aku masih ingin percaya, aku masih ingin mempercayai cinta, betapapun hal yang harus kulalui demi mendapatkannya harus menyakitkan seperti ini.
Aku hanya mencoba percaya, percaya pada cinta dan hati yang memang ditakdirkan untukku.

Nb : Cerita ini untuk teman 12.30-13.00 wib dengan jadwal senin-jumat yang dengan setianya nanggepin kegilaan gue. Bagaimana lu memandang cinta dengan polos adalah hal paling mengagumkan loh! semangat yaa! 

No comments:

Post a Comment