16 Januari 2009
Bagiku sederet tanggal itu bukan hanya tanggal biasa. Bagiku itu adalah sebuah tanggal dimana kami saling mengucap janji kebersamaan, bertukar hati dan pemikiran.
Belum lama dia putus waktu itu, membuatku sempat tak percaya dan menguji.
Namun Tuhan selalu memiliki cara untuk meyakinkanku bahwa segalanya akan baik-baik saja bila bersamanya.
Hati kami sudah saling terpaut,
keberadaan kami seperti tidak terpisahkan.
Hariku selalu ada untuknya,
Harinya selalu ada untukku.
Bukan hanya hati kami yang saling memiliki, namun hari-hari yang kami lewati tidak lengkap tanpa bertemu pandang.
9 tahun sudah kami lewati kebersamaan,
Pandangan, kritikan dari orang-orang lain tak elak menghampiri. Menanyakan hubungan kami yang sudah terlalu lama.
Aku tidak masalah, ini adalah hubungan kami berdua.
Kesiapan kamilah yang utama, bukan bagaimana pendapat orang.
Banyak yang mendoakan semoga dilanggengkan, ada juga yang mencibir.
Tidak bagiku ataupun baginya menjadi masalah.
Hal-hal yang kami jalanilah yang harus kami hadapi bukan mengenai pandangan orang-orang.
Kami saling belajar, menyatakan rasa dan asa.
Menyatakan suka dan tidak.
Bersuara lantang.
Kami tumbuh bersama.
Kami berubah bersama.
Bersama kami mencapai tujuan yang sama.
Hubungan yang kami bangun bukan sekedar bangunan bertembok dingin, didalamnya terdapat kenangan yang telah kami rajut bersama dalam harap dan cita.
Dalam besarnya rasa yang luar biasa.
Tidak ada orang yang menyukai tanpa rasa syukur.
Kami saling melempar rasa syukur.
Syukur dipertemukan Tuhan,
Syukur berbagi hati,
Syukur karena mengenalnya,
Syukur bahwa itu dia dan bukan orang lain.
Rasa memang tidak dapat dipaksa, bagaimanapun juga aku dan dia tidak sekali dua kali bertengkar.
Bertengkar hebat lalu saling berkejaran meminta penjelasan. Menuntut serinci mungkin dengan harapan diselesaikan sampai tuntas.
Tidak sekali dua kali kami saling berbagi air mata, berbagi teriakan dan kesalan.
Tidak sekali dua kali kami saling merasa kesal dan sebal.
Tidak sekali dua kali kami merasa bahwa dia tidak pengertian dan tidak mau mengerti.
Namun sekali dua kali itu tidak akan menjadikan kata perpisahan.
Seakan kata itu haram kami pun mulai tumbuh dalam perubahan.
Untuk saling mengerti, kami butuh waktu bertahun-tahun
Untuk saling tahu, kami butuh waktu yang lama
Untuk paham, kami butuh waktu tidak sebentar.
Kami tumbuh dalam kesabaran yang sama.
Bahwa segalanya akan baik-baik saja seiring waktu,
bahwa takdir bersama tidak lebih penting dari rasa ingin bersama, dari rasa mempertahankan.
Aku untukmu, kamu untukku dan kita dengan kesadaran penuh saling mempertahankan.
Kami selalu bertukar canda, banyolan, lawakan dari lucu sekali sampai garing parah. Tapi itulah kami, ke absurdan yang membentuk hari.
Orang mungkin berpendapat kami terlalu berlebihan.
Orang mungkin berpendapat bahwa kami pasangan biasa.
Orang mungkin berpendapat kami tidak berani melangkah.
Namun bagaimana kami menjalani semua ini, bagaimana kami menjalani hal-hal ini adalah sebuah proses.
Bagaimana aku kebahagiaan dan dia, berkembang menjadi sebuah pohon yang dengan tegak berdiri.
Bukankah hidup tidak hanya sebatas kritikan pedas yang membuat sakit perut?
Notes :
ditulis dengan hati-hati untuk si pasangan 9 tahun. Bagaimana perjuangan kalian dan bagaimana "terlalu berlebihan" kalian ibarat pasangan yang kompak. Kompak "lebih"nya. Haha.
No comments:
Post a Comment