Hari Terakhirmu



Katanya cinta bisa menyembuhkan,
Katanya cinta bisa berbuat sesuatu di luar apa yang kita kira,
Katanya cinta bisa membuat duniamu jungkir balik.
Itu katanya dan aku orang yang telah merasakan 'katanya' itu.

Sosoknya bukan hal spesial, tidak tampan ataupun kaya raya. Tidak seperti lelaki berkuda putih impian setiap gadis. Aku pun bukan puteri bermandikan cahaya kecantikan.
Tapi kita sama-sama tahu, kita sama-sama merasa. Bahwa hati yang bersama adalah segalanya.

Berawal dari kumpul komunitas, obrolan pribadi yang nyambung.
Dia memintaku menjadi kekasih hatinya walau sebentar.

Dia sakit.


Sejak awal kebersamaan yang singkat dia mengutarakan bahwa dia ingin bersamaku, namun tidak egois dia menceritakan bahwa sebisa mungkin dia akan berusaha hidup lebih lama. Aku tersentuh.
Sungguh bukan karena aku kasihan tapi murni karena aku ingin merasakan hadirnya, tertawa bersamanya, bersedih bersamanya. Ingin kulakukan seribu ingin hanya bersamanya. Bukan karena dia mungkin saja akan meninggalkanku besok.
Aku ingin bersamanya, ingin lebih lama dengannya, ingin mencintainya.
Ingin menjadikannya sosok pujaan meski sebentar saja. Hatiku sudah menjadi miliknya sejak kita berbagi tawa yang sama, perspektif yang sama.

Orang yang selama 38 tahun belum pernah menyentuh cinta, belum pernah merasakan bagaimana berpegang erat dan tidak rela kehilangan, bagaimana menitikkan air mata demi kekasih yang pergi.
Aku mungkin merasakan betapa beruntungnya, sebelum dia menutup mata Tuhan mempertemukan kami dalam keriaan luar biasa.

"Banyak yang berubah darinya", komentar bernada kekaguman yang kutemui dari keluarganya. Aku bertanya apa
"Dia sudah berani masuk dapur, sebenarnya kami juga gak mengijinkan, takut dia terlalu lelah".
Aku tersenyum haru mendengarnya.

Dua tahun dia berjuang sendirian menahan sakit itu, mengetahui kenyataan yang menyakitkan hati dan keluarga namun makin meneguhkan iman.
Mungkin dia pernah bertanya kenapa, mungkin dia pernah merasa sesal, mungkin dia pernah berkata haruskah dia yang terkena penyakit itu.
Namun dia tetap tersenyum.
Ketika kami bersama pun aku harus berhati-hati, agar tidak membuatnya terlalu lelah, menyentuhnya terlalu keras.
Pernah ku bertanya pada Tuhan, mengapa.
Pernah sekali ku bertanya bisakah.
Namun seringnya aku berdoa memohon kekuatan.
Kekuatan untuk menjadi kuat, aku ingin berada disisinya bukan dengan berlinang air mata.
Bukan dengan rasa takut akan kehilangan.
Bukan dengan rasa yang sungguh membuatku hilang harap.
Aku ingin berada di sisinya dengan senyum mengembang seperti yang dia lakukan padaku,
Aku ingin menjadi kekuatan baginya ketika dia dengan baik menyembunyikan sakitnya.
Aku ingin menjadi orang yang cukup berarti bagaimana dia menambah kebahagiaan dalam detik hidupku.

Aplastic Anemia.

Penyakit langka yang awalnya kupikir itu penyakit dari planet lain, entah apa penyebabnya tidak ada obatnya.

Sesekali kami merencanakan bagaimana masa depan kami, merajut kisah asmara sampai kakek nenek, merancang pesta pernikahan dalam angan.
Kami tertawa sekerasnya,
Kami tersenyum setipisnya,
Hanya membicarakannya saja membuat kami bahagia, seulas senyum tipis mengembang makin besar.
Dan Tuhan selalu tepat mengambil apa kepunyaannya.

Dia meninggalkanku sendiri, dalam hari terakhirnya pun dia masih memberikan senyum yang begitu menawan.
Bila aku belum pernah melihat keikhlasan meninggalkan dunia, aku menemui dia meninggalkan dunia dalam damai yang begitu indah, dalam senyum yang akan sangat kurindukan.
Iya, dia meninggal dalam balutan kedamaian yang menyejukkan hati.
Sama sekali tidak meninggalkan rasa sesal,
Tidak meninggalkan rasa sedih,
Tidak meninggalkan rasa kedukaan.
Perpisahan yang sangat indah dan menyentuh.
Aku pun tidak pernah menyesal melepasnya,
Aku tidak pernah menyesal pernah mengenalnya,
Aku tidak pernah menyesal menyayanginya.
Aku bahagia karena itu kamu.

Teruntuk kamu disana yang sudah bersanding dengan Tuhan, cinta masa laluku.


Notes :
Kupersembahkan dengan sangat lambat untuk seorang teman. Cinta tulus yang berhasil membuatku meneteskan air mata dan terpaksa menyiapkan tisu manakala ceritamu mengalir dengan indah.  

No comments:

Post a Comment