Udah ada yang nonton Nanti Kita Cerita Hari Ini?
Film yang tenar di masa penayangannya, berhubung gue kurang suka film mengenai keluarga gue cuman nunggu film ini di lain kesempatan jika gue bisa nonton.
Waktu penayangannya juga rame banget di twitter, sepotong-sepotong malah dapet spoiler gimana film ini bekerja kepada orang kebanyakan.
Seputaran timeline membahas betapa miripnya mereka dengan kehidupan baik anak pertama, kedua dan ketiga,
“ah gue mirip banget nih sama anak kedua”
“nah ini tuh beban anak pertama”
“manjanya anak ketiga..”
begitu kira-kira.
Dan sejauh itu gue engga menemukan ada yang bilang kehidupannya mirip dengan sosok ayah atau ibu.
“Apakah tidak ada orang tua yang menonton film ini?”
Lalu setelah menonton, apakah film ini relatable dengan kehidupan gue?
Sepenuhnya engga, setiap keluarga punya masalah sendiri dan penyelesaian sendiri.
Kebanyakan bahkan tidak diselesaikan.
Selama ini gue hidup dan mendengar banyak orang berkisah,
Dari arti tidak memiliki pilihan hidup sampai memilih untuk tidak memiliki pilihan,
sebanyak itu juga orang-orang menemukan solusi untuk setiap masalahnya, baik buruknya entah bagaimana menilainya.
Tugas gue saat itu hanya mendengarkan, bukan juri kehidupan, bahkan bagi satu dua orang yang bercerita sudah lelah hidup, sekali lagi tugas gue hanya mendengarkan.
Ada keluarga yang memilih untuk mendisiplinkan anak dengan memukul, ada keluarga yang memilih untuk berusaha semaksimal memanjakan anak dengan alasan masa kecil mereka kurang bahagia, ada keluarga yang memilih untuk membuat keputusan-keputusan bagi anaknya.
Tidak ada yang setepatnya dan sepatutnya.
Orang tua hanya berusaha maksimal,
Anak hanya berusaha secukupnya.
Bila ada yang bermasalah,
kembalilah kepada pokok pengajaran bahwa banyak hal-hal yang tidak bisa dihindari dan dikendalikan.
Ketika kecil tugas orang tua menjaga dan mengajari bagaimana menaati peraturan kehidupan.
Ketika dia beranjak dewasa tugas orang tua mengajari teori-teori kehidupan,
Ketika sudah dewasa tugas orang tua adalah mengawasi dan membiarkan sang dewasa pergi dari rumah.
Namun tugas belum kunjung usai sampai nyawa meregang.
Orang tua diberikan anugrah oleh Tuhan untuk terus khawatir,
Anak diberikan anugrah untuk terus merancang,
cucu diberikan sebagai pendisiplinan diri bahwa lonceng kehidupan akan segera usai.
Bahwa segala ada masanya dan aturan kehidupan tidak dapat didobrak,
Kebahagiaan hanya sekejap namun kenangannya akan kekal menjadi pondasi,
Bahagia bukan berarti hanya tertawa haha hihi tanpa arti berlalu begitu saja,
Bahagia bukan berarti tanpa duka,
Duka, khawatir, cemas, ketakutan adalah sebuah jalan kehidupan yang harus dilalui.
Bagaimana menyikapinya adalah terserah kalian.
Tidak ada yang bisa memaksakan apapun terhadap kehendak kalian,
itu pun jika kalian yakin bahwa kehendak itu bukan pilihan yang kalian ambil.
Rasa memiliki yang besar yang menjadikan orang tua hilang tua-nya menjadikan orang yang merasa bahwa ini wajib dimiliki dijaga, lupa bahwa anak adalah mereka juga.
manusia adalah manusia.
Bagaimanapun bentuk dan rupanya,
Ketika ia kecil dan dianggap rapuh,
Ketika ia beranjak dewasa dan masih dianggap rapuh,
Ketika ia dewasa dan tetap rapuh.
Itu adalah pilihannya untuk tidak membuat pilihan dan menjadi rapuh.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment