Teruntuk Sang Bunda

Malam semakin larut, kutulis surat ini teruntukmu..
Yang selalu temani Aku, manakala siang menerjang malam menerpa, manakala cerah memeluk dan dingin membekukan.
Ketika dunia akhirnya kulihat menjadi hal terindah, ketika dunia akhirnya menjadi makna yang sangat manis untuk dikecap.
Engkau bukan saja menghangatkan hati ini tapi selalu mengisi relung hati ini dengan cinta, cinta yang tak terbatas cinta yang tak terbalas.
Aku ingat bagaimana kadang Aku menghardik Engkau dengan kata-kata kasar, Aku ingat bagaimana kadang Aku mengabaikanmu, Aku ingat bagaimana Aku menghujam hati Engkau dengan sebaris ketidakpedulianku, dengan kearogansianku, dengan egoku, dan Engkau hanya bisa mengusap dada lalu tersenyum, mengabaikan apa yang kulakukan yang telah menyakitimu dan menggantinya dengan senyum manis bahwa tidak apa-apa Anakku hanya sedang melakukan hal yang tidak benar, semua akan baik saja seiring waktu.

Bunda.. ah, satu kata banyak arti, Engkau bukan saja memberiku nafas kehidupan, bukan saja memberikan kebaikanmu pada diriku, memberiku kehidupan yang layak, juga mengenalkanku kepada kehidupan ini, berusaha sekuat tenaga bahwa ini benar dan itu salah, bahwa ini baik dan itu tidak baik dan bahwa hidup ini sangat manis dan sedikit pahit dengan rasa syukur.
Bunda.. ah, satu kata banyak makna, Aku selalu ingat bagaimana kita tertawa bersama, bagaimana kita menangis bersama, bagaimana kita saling bertengkar, bagaimana ketika aku berteriak ketakutan ketika melihat ular atau kecoa tidak berani beranjak dari tempat berdiri dan hanya meneriakkan namamu, lalu seketika Engkau datang dan menyingkirkan itu semua dariku, Aku ingat bagaimana ketika udara dingin merasuki diri ini Aku akan turun dari tempat tidur dan bergelung dalam pelukanmu, Aku ingat bagaimana ketika petir saling menyambar dan hatiku gentar Aku akan kembali padamu, mencari rasa aman dari dirimu.
Bunda.. Aku ingat bagaimana hangatnya dirimu, bagaimana rasa aman selalu kau berikan kepadaku, bagaimana pelukan bisa menjadi sebuah keajaiban dan nasihat bisa menjadi guru dari kehidupan, ajarkan aku hidup melalui cerita-cerita yang telah kau alami, ajarkan aku ketegaran dan bagaimana menghadapi rasa kehilangan. Belajar untuk bercerita dengan baik, memberikanku semangat tak berujung.
Seringnya Aku tak memberikan apapun padamu, hanya tawa yang kuberikan kepadamu, rasa dari pertengkaran, dan pelukan ini, dan ijinkan aku Bunda, memberikan rasa cinta yang tulus sebagai anakmu ini untuk dirimu, untuk segala cinta yang telah kau berikan, dan jejak kehidupan yang telah kau abdikan untuk diriku.

No comments:

Post a Comment